Wejang Guru Madrasah, Dirjen Pendis: Ini 5 Konsep yang Harus Ditanamkan ke Siswa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pendidikan adalah proses transformasi ilmu atau transformasi nilai untuk memberikan nilai kepada manusia dan kemanusian. Dalam kaitan itu, Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani mengenalkan lima konsep dalam proses pendidikan Islam yang terangkum dalam kata IHSAN.
Kelima konsep ini digulirkan pria yang akrab disapa Dhani ini saat mengisi Workshop Pembinaan Guru Madrasah di Makasar Sulawesi Selatan, Rabu (04/11). Menurutnya, kata IHSAN merupakan akronim dari Integritas, Humanisme, Spritualitas, Adaptability, Nationality. (Baca juga: Kurang Sosialisasi, Mendikbud: Kurikulum Darurat Ringankan Beban Guru-Anak )
Pertama, Integritas. Dhani mengatakan, Pendidikan Islam harus mampu menciptakan atau melahirkan alumni madrasah yang memiliki integritas. “Proses pengajaran dalam pendidikan Islam, tidak hanya sebatas transformasi keilmuan atau mengajarkan learning knowlagde learning to do, akan tetapi siswa madrasah harus memahami betul tentang eksistensi dia sebagai manusia dengan integritas yang baik, serta pemahaman yang baik tentang makna kejujuran dalam kehidupannya,” terangnya.
“Nilai yang tidak bisa dipertukarkan dengan apapun adalah nama baik, yang terekspresi dalam nilai-nilai kesalehan sosial,” imbuhnya.
Kedua, Humanity. Proses pendidikan yang berlangsung di madrasah, harus mampu menampilkan nilai-nilai kemanusiaan. Setiap proses pengajaran di madrasah jangan sampai menjadi beban tersendiri bagi anak didik. (Baca juga: Dorong Prestasi Siswa, Kemendikbud Gelar Kompetisi Sains Nasional )
“Jangan kita bebani anak didik kita dengan hal yang di luar kemampuan mereka. Sebab esensi dari humanisme adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai porsinya. Humanisme menjadi penyeimbang dari konsep integritas,” ujarnya.
Ketiga, Sprituality. Orang yang memiliki nilai-nilai spiritual, aktivitasnya selalu diniatkan sebagai ibadah. Guru yang sadar bahwa proses dan eksistensi hidupnya adalah memberikan makna terhadap orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri, maka dia memiliki nilai spiritual yang baik.
“Setiap guru dalam mengajar harus selalu diniatkan sebagai sebuah ibadah. Ibadah dalam menyiapkan generasi berintegritas yang akan mengisi peradaban mendatang,” tegasnya. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Perubahan Skema Dana BOS )
Keempat, Adaptability. Yaitu, kemampuan manusia untuk menyelaraskan diri dan berdialog dengan lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.
Menurut Dhani, adaptasi harus menjadi kekuatan untuk memahami, bahwa sebuah lembaga pendidikan harus menghadirkan anak zaman, mereka yang beribukan waktu berayahkan zaman, menari bersama zaman untuk menarikan zaman. Dalam konteks pendidikan, dinamika zaman hari ini adalah kebutuhan kita terhadap penguasaan teknologi.
Kelima konsep ini digulirkan pria yang akrab disapa Dhani ini saat mengisi Workshop Pembinaan Guru Madrasah di Makasar Sulawesi Selatan, Rabu (04/11). Menurutnya, kata IHSAN merupakan akronim dari Integritas, Humanisme, Spritualitas, Adaptability, Nationality. (Baca juga: Kurang Sosialisasi, Mendikbud: Kurikulum Darurat Ringankan Beban Guru-Anak )
Pertama, Integritas. Dhani mengatakan, Pendidikan Islam harus mampu menciptakan atau melahirkan alumni madrasah yang memiliki integritas. “Proses pengajaran dalam pendidikan Islam, tidak hanya sebatas transformasi keilmuan atau mengajarkan learning knowlagde learning to do, akan tetapi siswa madrasah harus memahami betul tentang eksistensi dia sebagai manusia dengan integritas yang baik, serta pemahaman yang baik tentang makna kejujuran dalam kehidupannya,” terangnya.
“Nilai yang tidak bisa dipertukarkan dengan apapun adalah nama baik, yang terekspresi dalam nilai-nilai kesalehan sosial,” imbuhnya.
Kedua, Humanity. Proses pendidikan yang berlangsung di madrasah, harus mampu menampilkan nilai-nilai kemanusiaan. Setiap proses pengajaran di madrasah jangan sampai menjadi beban tersendiri bagi anak didik. (Baca juga: Dorong Prestasi Siswa, Kemendikbud Gelar Kompetisi Sains Nasional )
“Jangan kita bebani anak didik kita dengan hal yang di luar kemampuan mereka. Sebab esensi dari humanisme adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai porsinya. Humanisme menjadi penyeimbang dari konsep integritas,” ujarnya.
Ketiga, Sprituality. Orang yang memiliki nilai-nilai spiritual, aktivitasnya selalu diniatkan sebagai ibadah. Guru yang sadar bahwa proses dan eksistensi hidupnya adalah memberikan makna terhadap orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri, maka dia memiliki nilai spiritual yang baik.
“Setiap guru dalam mengajar harus selalu diniatkan sebagai sebuah ibadah. Ibadah dalam menyiapkan generasi berintegritas yang akan mengisi peradaban mendatang,” tegasnya. (Baca juga: Mendikbud Sosialisasikan Perubahan Skema Dana BOS )
Keempat, Adaptability. Yaitu, kemampuan manusia untuk menyelaraskan diri dan berdialog dengan lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.
Menurut Dhani, adaptasi harus menjadi kekuatan untuk memahami, bahwa sebuah lembaga pendidikan harus menghadirkan anak zaman, mereka yang beribukan waktu berayahkan zaman, menari bersama zaman untuk menarikan zaman. Dalam konteks pendidikan, dinamika zaman hari ini adalah kebutuhan kita terhadap penguasaan teknologi.