Teliti Popok Bayi, Siswa MAN 2 Kota Malang Raih Medali Emas KoPSI 2020
loading...
A
A
A
JAKARTA - Medali emas ajang Kompetisi Penelitian Siswa Indonesia (KOPSI) tahun 2020 diraih oleh Tim Olimpiade Penelitian MAN 2 Kota Malang (TOP M2KM). Medali emas tersebut diraih dalam bidang Matematika Sains dan Teknologi (MST).
“Alhamdulillah, medali emas sejak 2017 secara berturut-turut selalu kami dapatkan. Setiap tahunnya TOP M2KM meraih dalam bidang yang sama,” terang Kepala MAN 2 Kota Malang Binti Maqsudah di Malang, Senin (09/11). (Baca juga: Hasil Reses Anggota DPR, Kuota Rp7,2 T Belum Dirasakan Semua Guru-Siswa )
Menurut Binti Maqsudah, tercatat ada 1.740 proposal penelitian dari seluruh Indonesia yang masuk dalam seleksi kompetesi penelitian KoPSI tahun ini. Dari jumlah tersebut, terseleksi 1.298 naskah penelitian dan selanjutnya diseleksi kembali menjadi 150 naskah penelitian ke tingkat nasional.
TOP M2KM diwakili oleh Hafidza Fatma Yona (XII IPA6) dan Siti Andriyani (XII IPA 5). Dalam KoPSI 2020, tim ini membawa karya berjudul “WOPLASTIC: Inovasi Plastik Pembungkus Popok Bayi yang Bersifat Self Degradable”
Hafidza Fatma Yona menjelaskan bahwa penelitian ini diawali keprihatinan atas fakta bahwa limbah popok bayi dengan polyethylene (PE) sebagai lapisan terluar kini menempati peringkat ke-3 terbesar di tempat pembuangan sampah. Padahal durasi degradasi sangat lambat, dalam keadaan normal saja bisa sampai 250-500 tahun. Tingkat degradasi PE di TPA sangat lambat karena sistem pembuangan sampah di Indonesia, open dumping. Sehingga, sampah tidak bercampur dengan tanah dan isolat bakteri yang mampu mendegradasi lembaran PE. (Baca juga: Kemenag Minta Guru Madrasah Perkuat Pendidikan Karakter di Era Teknologi )
“Hal ini memotivasi peneliti untuk menginovasikan bioplastik self-degrade pembungkus popok bayi dengan pemanfaatan bakteri endogenous mealworm pendegradasi polyethylene,” jelas Hafidza.
Bioplastik inovasi TOP M2KM terbuat dari tepung limbah singkong, ditambahkan konsorsium bakteri endogenous mealworm pada adonannya. Dalam keadaan kering, bakteri yang terkandung dalam bioplastik sedang dalam fase endospora. Bakteri ini akan teraktifkan saat terkena urin atau air yang kemudian akan mendegradasi polyethylene untuk ia manfaatkan sebagai sumber karbon. “Dengan senyawa lain berupa N dari urin serta H dan O dari air, bakteri dapat menghasilkan makanan untuk dirinya,” ujar Hafidza.
Siti Andriyani menambahkan, penelitian ini dilakukan pada Januari hingga November 2020. Penelitian dilakukan di Research Command Center MAN 2 Kota Malang, Lembaga Sentral Ilmu Hayati, dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Brawijaya. (Baca juga: Sempat Tertunda, Kenaikan Dana BOS Rp100 Ribu per Siswa Madrasah Segera Cair )
“Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisolasi bakteri endogenous mealworm yang dapat mendegradasi PE, menjadikannya konsorsium bakteri, dan menambahkannya pada adonan bioplastik tepung limbah singkong yang akan digunakan sebagai kantong plastik self-degrade pembungkus limbah popok bayi,” tutur Siti Andriyani.
“Setelah itu, dilakukan pengujian biodegradasi pada kantong plastik dan limbah popok bayi oleh bakteri yang ada. Hasilnya, proses degradasi yang awalnya 250-500 tahun bisa dipercepat 500 kali sehingga plastik hanya membutuhkan 1 tahun untuk terdegradasi seluruhnya,” sambungnya.
Lihat Juga: Mahasiswa President University Sapu Bersih Medali di Global Hackathon Startup Competition
“Alhamdulillah, medali emas sejak 2017 secara berturut-turut selalu kami dapatkan. Setiap tahunnya TOP M2KM meraih dalam bidang yang sama,” terang Kepala MAN 2 Kota Malang Binti Maqsudah di Malang, Senin (09/11). (Baca juga: Hasil Reses Anggota DPR, Kuota Rp7,2 T Belum Dirasakan Semua Guru-Siswa )
Menurut Binti Maqsudah, tercatat ada 1.740 proposal penelitian dari seluruh Indonesia yang masuk dalam seleksi kompetesi penelitian KoPSI tahun ini. Dari jumlah tersebut, terseleksi 1.298 naskah penelitian dan selanjutnya diseleksi kembali menjadi 150 naskah penelitian ke tingkat nasional.
TOP M2KM diwakili oleh Hafidza Fatma Yona (XII IPA6) dan Siti Andriyani (XII IPA 5). Dalam KoPSI 2020, tim ini membawa karya berjudul “WOPLASTIC: Inovasi Plastik Pembungkus Popok Bayi yang Bersifat Self Degradable”
Hafidza Fatma Yona menjelaskan bahwa penelitian ini diawali keprihatinan atas fakta bahwa limbah popok bayi dengan polyethylene (PE) sebagai lapisan terluar kini menempati peringkat ke-3 terbesar di tempat pembuangan sampah. Padahal durasi degradasi sangat lambat, dalam keadaan normal saja bisa sampai 250-500 tahun. Tingkat degradasi PE di TPA sangat lambat karena sistem pembuangan sampah di Indonesia, open dumping. Sehingga, sampah tidak bercampur dengan tanah dan isolat bakteri yang mampu mendegradasi lembaran PE. (Baca juga: Kemenag Minta Guru Madrasah Perkuat Pendidikan Karakter di Era Teknologi )
“Hal ini memotivasi peneliti untuk menginovasikan bioplastik self-degrade pembungkus popok bayi dengan pemanfaatan bakteri endogenous mealworm pendegradasi polyethylene,” jelas Hafidza.
Bioplastik inovasi TOP M2KM terbuat dari tepung limbah singkong, ditambahkan konsorsium bakteri endogenous mealworm pada adonannya. Dalam keadaan kering, bakteri yang terkandung dalam bioplastik sedang dalam fase endospora. Bakteri ini akan teraktifkan saat terkena urin atau air yang kemudian akan mendegradasi polyethylene untuk ia manfaatkan sebagai sumber karbon. “Dengan senyawa lain berupa N dari urin serta H dan O dari air, bakteri dapat menghasilkan makanan untuk dirinya,” ujar Hafidza.
Siti Andriyani menambahkan, penelitian ini dilakukan pada Januari hingga November 2020. Penelitian dilakukan di Research Command Center MAN 2 Kota Malang, Lembaga Sentral Ilmu Hayati, dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Brawijaya. (Baca juga: Sempat Tertunda, Kenaikan Dana BOS Rp100 Ribu per Siswa Madrasah Segera Cair )
“Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisolasi bakteri endogenous mealworm yang dapat mendegradasi PE, menjadikannya konsorsium bakteri, dan menambahkannya pada adonan bioplastik tepung limbah singkong yang akan digunakan sebagai kantong plastik self-degrade pembungkus limbah popok bayi,” tutur Siti Andriyani.
“Setelah itu, dilakukan pengujian biodegradasi pada kantong plastik dan limbah popok bayi oleh bakteri yang ada. Hasilnya, proses degradasi yang awalnya 250-500 tahun bisa dipercepat 500 kali sehingga plastik hanya membutuhkan 1 tahun untuk terdegradasi seluruhnya,” sambungnya.
Lihat Juga: Mahasiswa President University Sapu Bersih Medali di Global Hackathon Startup Competition
(mpw)