ITS Buat Pakan Ternak dari Fermentasi Limbah Pertanian

Jum'at, 13 November 2020 - 23:21 WIB
loading...
ITS Buat Pakan Ternak dari Fermentasi Limbah Pertanian
Mahasiswa dan dosen ITS membuat pakan ternak dari fermentasi limbah pertanian yang bermanfaat bagi peternak sapi di Lamongan. Foto/ist
A A A
SURABAYA - Pakan ternak menjadi kunci keberhasilan bagi para peternak sapi. Sayangnya, Masih banyak peternak sapi di Kabupaten Lamongan yang masih menggunakan pakan ternak dari tumbuhan hijau dan sisa pertanian. Sehingga mereka kesulitan mendapat pakan ternak saat musim kemarau.

Berangkat dari kebutuhan itu, beberapa dosen dan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan kegiatan Pengabdian Masyarakat (Abmas) Teknologi Tepat Guna dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk mengatasi hal tersebut. (Baca juga: Kemendikbud Luncurkan Merdeka Vokasi untuk Perbesar Serapan Lulusan ke DUDI )

Tim ITS itu terdiri dari Siti Zullaikah PhD (Departemen Teknik Kimia), Bambang Pramujati PhD (Departemen Teknik Mesin), Dr techn Endry Nugroho P (Departemen Biologi), dan Afifatul Jannah ST (Departemen Teknik Kimia). Para dosen tersebut juga dibantu tim mahasiswa KKN yang terdiri dari Yoga Ilham Maulidi (Departemen Teknik Mesin), Joseph Johannes De Brito Krisnanda Widiarta (Departemen Teknik Mesin), Fahreza Aji Taruna (Departemen Teknik Mesin), Rohmah Hidayah (Departemen Teknik Elektro Otomasi), dan Nur Jihan Salsabila (Departemen Statistika Bisnis).

Mereka tergabung dalam sebuah tim untuk membantu masyarakat Desa Bluri, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan untuk membuat pakan ternak murah dan mudah. Dalam pembuatannya, mereka memanfaatkan teknologi fermentasi pada limbah pertanian di masyarakat.

Ketua Tim ITS Siti Zullaikah PhD menuturkan, Lamongan merupakan kabupaten dengan komoditas pertanian padi dan jagung yang unggul. Namun selain menjadi petani, sebagian besar masyarakat di daerah tersebut juga menjadi peternak sapi. “Rata-rata warga desa tersebut memiliki satu sampai tiga ekor sapi,” kata Zulle, panggilan akrabnya, Jumat (13/11/2020). (Baca juga: Garap Video Edukasi, Mahasiswa ITS Juarai Lomba Puspiptek )

Ia melanjutkan, para peternak sapi di Desa Bluri ini masih memelihara ternaknya secara tradisional. Mereka hanya menggunakan pakan ternak dari tumbuhan hijau dan sisa pertanian. Hal ini menyebabkan para peternak kesulitan mendapat pakan ternak saat musim kemarau. “Karena hanya mengandalkan tumbuhan hijau dan sisa pertanian, pakan yang mereka hasilkan memiliki kualitas yang masih rendah,” ucapnya.

Zulle menambahkan, permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah warga di desa tersebut tidak memiliki lahan yang cukup untuk menanam budidaya tanaman hijau sebagai bahan pakan ternak. Umumnya, lahan yang mereka miliki hanya dapat digunakan untuk menanam tanaman pangan. “Hal ini tentu saja dapat berpengaruh terhadap produktivitas ternak, karena kurangnya jumlah pakan ternak yang ada,” ungkapnya.

Zulle menjelaskan, untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya pakan alternatif sebagai pengganti tumbuhan hijau. Pemanfaatan limbah pertanian dengan menggunakan bioteknologi dinilai cocok untuk diterapkan. Berdasarkan hal tersebut, Zulle dan tim sepakat menggunakan limbah jerami padi dan tebon jagung, karena jumlahnya yang melimpah di desa tersebut. (Baca juga: Vokasi UI Beri Pelatihan Wirausaha Mandiri Digital Art untuk Anak dan Remaja )

Doktor lulusan National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) ini menjelaskan, abmas timnya diawali dengan survei ke desa binaan untuk pencarian data primer dan sekunder. Selanjutnya mereka membuat mesin giling yang berfungsi untuk mengecilkan ukuran jerami padi dan tebon jagung.

Mesin giling ini kemudian disumbangkan ke Kelompok Masyarakat (Pokmas) MSA Mandiri di desa tersebut. "Lalu dilanjutkan dengan pembuatan biakan mikroba, pembuatan modul, dan pembuatan pakan ternak," katanya.

Zulle mengatakan bahwa secara umum pembuatan pakan ternak dimulai dengan mengecilkan ukuran jerami padi dan tebon jagung menggunakan mesin giling. Selanjutnya, bahan-bahan ini diaduk merata dan ditambahkan dengan campuran mikroba, tetes, garam dan air. Adonan tersebut dibuat dengan kadar air 30 sampai 40 persen. “Setelah itu, adonan difermentasi selama satu minggu,” ujarnya.

Setelah pakan ternak berhasil dibuat, Zulle bersama tim melakukan uji coba ke ternak sapi dan mengukur kenaikan bobot sapi perhari untuk melihat hasilnya. Abmas dilanjutkan dengan melakukan sosialisasi dan pelatihan pembuatan pakan ternak dari limbah pertanian kepada warga sekitar. "Tak lupa kami juga melakukan pelatihan kepada mereka," sambungnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1827 seconds (0.1#10.140)