Menag: Computational Thinking Sudah Diterapkan pada 50 Madrasah
loading...

Dirjen Pendis Muhammad Ali Ramdhani saat memberikan pembinaan dalam Agenda Ngobrol Asyik bertema Pembelajaran di Masa Pandemi, Guru Kreatif dan Produktif, Jumat (22/1). Foto/Dok/Humas Pendis Kemenag
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Agama sudah mulai menerapkan computational thinking (CT) pada pendidikan madrasah. Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani mengatakan program telah diinjeksikan pada 50 madrasah.
Menurut pria yang akrab disapa Dhani ini, penerapan CT sebagai ikhtiar membekali siswa agar dapat menguasai dunia digital sehingga mampu merespon isu utama di masa mendatang. Baca juga: Respons Masa Depan, Kemenag Haruskan Siswa Madrasah Kuasai Dunia Digital
“Computational thinking bukan ilmu matematika atau sosial, tapi ilmu yang berkaitan dengan cara membaca yang harus diajarkan sejak siswa berada di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah,” ujar Dhani saat memberikan pembinaan dalam Agenda Ngobrol Asyik yang mengangkat tema Pembelajaran di Masa Pandemi, Guru Kreatif dan Produktif , di Kendari, Jumat (22/1).
“Outputnya adalah kemampuan membaca ayat kauniyah pada prosedur- prosedur kemanusiaan dengan menghadirkan alat. Dan, ini harus kita ajarkan sejak di Madrasah ibtidaiyah,” tambahnya.
Ramdhani melanjutkan, ada 50 madrasah yang telah diinjeksikan computational thinking. Mereka juga telah diikutkan dalam beragam kompetisi di tingkat internasional. “Hebatnya, kita mendapat ranking lima dunia. Jadi orang Indonesia itu pintar-pintar, cerdas, smart,” tegasnya. Baca juga: Perjuangkan 68.064 Kuota PPPK Guru dan Dosen, Ini yang Akan Dilakukan Menag
Menurut pria yang akrab disapa Dhani ini, penerapan CT sebagai ikhtiar membekali siswa agar dapat menguasai dunia digital sehingga mampu merespon isu utama di masa mendatang. Baca juga: Respons Masa Depan, Kemenag Haruskan Siswa Madrasah Kuasai Dunia Digital
“Computational thinking bukan ilmu matematika atau sosial, tapi ilmu yang berkaitan dengan cara membaca yang harus diajarkan sejak siswa berada di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah,” ujar Dhani saat memberikan pembinaan dalam Agenda Ngobrol Asyik yang mengangkat tema Pembelajaran di Masa Pandemi, Guru Kreatif dan Produktif , di Kendari, Jumat (22/1).
“Outputnya adalah kemampuan membaca ayat kauniyah pada prosedur- prosedur kemanusiaan dengan menghadirkan alat. Dan, ini harus kita ajarkan sejak di Madrasah ibtidaiyah,” tambahnya.
Ramdhani melanjutkan, ada 50 madrasah yang telah diinjeksikan computational thinking. Mereka juga telah diikutkan dalam beragam kompetisi di tingkat internasional. “Hebatnya, kita mendapat ranking lima dunia. Jadi orang Indonesia itu pintar-pintar, cerdas, smart,” tegasnya. Baca juga: Perjuangkan 68.064 Kuota PPPK Guru dan Dosen, Ini yang Akan Dilakukan Menag
Lihat Juga :