Guru Non Muslim Mengajar di Madrasah? Begini Respons Muhammadiyah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beberapa waktu lalu, seorang guru non muslim bernama Eti Kurniawati viral karena mengajar mata pelajaran geografi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tana Toraja. Hal ini pun menjadi perdebatan, pasalnya Eti merupakan pemeluk agama Kristen.
Menanggapi hal ini, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menganggap pengangkatan tersebut tidak masalah sepanjang memenuhi tiga unsur yakni pertama tempat, kedua kedaruratan, dan ketiga tidak mengajar pelajaran agama Islam.
Menurut Dadang, jika suatu daerah itu merupakan daerah dengan jumlah umat muslim yang minoritas dan tidak ada tenaga pengajar muslim lainnya, maka layak untuk menempatkan guru yang berbeda agama di madrasah Islam dengan catatan tidak mengajar pelajaran agama.
Sebaliknya, jika suatu daerah itu merupakan daerah dengan penganut Islam mayoritas, maka pengangkatan tersebut hendaknya dipertimbangkan kembali.
“Logikanya muslim mayoritas 80 persen lebih, kenapa mesti memakai guru beragama lain kalau masih banyak yang beragama Islam. Kecuali di daerah minoritas muslim yang gurunya terbatas,” ungkap Dadang dikutip dari laman Muhammadiyah, Rabu (3/2/2021).
Diketahui, Tana Toraja sendiri merupakan daerah mayoritas umat Kristiani. Publikasi data dari Badan Pusat Statistik tahun 2020 menyebutkan bahwa umat Islam hanya mencapai 12,04%.
Sementara itu, dikutip secara terpisah, Eti yang akan bertugas mengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tana Toraja menyatakan akan menyesuaikan dengan budaya tempatnya mengajar dengan memakai pakaian lengan dan rok panjang.
Menanggapi hal ini, Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad menganggap pengangkatan tersebut tidak masalah sepanjang memenuhi tiga unsur yakni pertama tempat, kedua kedaruratan, dan ketiga tidak mengajar pelajaran agama Islam.
Menurut Dadang, jika suatu daerah itu merupakan daerah dengan jumlah umat muslim yang minoritas dan tidak ada tenaga pengajar muslim lainnya, maka layak untuk menempatkan guru yang berbeda agama di madrasah Islam dengan catatan tidak mengajar pelajaran agama.
Sebaliknya, jika suatu daerah itu merupakan daerah dengan penganut Islam mayoritas, maka pengangkatan tersebut hendaknya dipertimbangkan kembali.
“Logikanya muslim mayoritas 80 persen lebih, kenapa mesti memakai guru beragama lain kalau masih banyak yang beragama Islam. Kecuali di daerah minoritas muslim yang gurunya terbatas,” ungkap Dadang dikutip dari laman Muhammadiyah, Rabu (3/2/2021).
Diketahui, Tana Toraja sendiri merupakan daerah mayoritas umat Kristiani. Publikasi data dari Badan Pusat Statistik tahun 2020 menyebutkan bahwa umat Islam hanya mencapai 12,04%.
Sementara itu, dikutip secara terpisah, Eti yang akan bertugas mengajar di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tana Toraja menyatakan akan menyesuaikan dengan budaya tempatnya mengajar dengan memakai pakaian lengan dan rok panjang.
(mpw)