JAKARTA - Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan saat ini kecenderungan sikap diskriminatif dalam segala hal di tengah masyarakat menunjukkan tren peningkatan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus berperan strategis untuk penguatan moderasi beragama.
“Sebagaimana kita ketahui bahwa kecenderungan sikap diskriminatif dalam segala bentuknya di tengah masyarakat dari tahun ke tahun, dari waktu menunjukkan tren yang terus meningkat,” ungkap Gus Yaqut dalam keterangan video saat membuka diskusi Moderasi Beragama di Kalangan Mahasiswa Muslim, Kamis (25/2/2021).
Baca juga: Eli, Anak Petani yang Menjadi Sarjana Kedokteran dengan Beasiswa di Unej
Gus Yaqut mengatakan, beberapa hasil riset yang dilakukan baik oleh Kementerian Agama maupun lembaga menunjukkan kelompok yang memiliki cara pandang ekstrem dan diskriminasi secara religi menyemai pandangannya lebih masif di tengah-tengah masyarakat.
Hasil penelitian Badan Litbang Kementerian Agama tahun 2015 misalnya menunjukkan peran dan fungsi PAI atau Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum lebih banyak dilakukan oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan dan organisasi kemasyarakatan dibandingkan dengan peran dosen PAI itu sendiri.
“Fungsi dan tanggung jawab dosen PTU seakan telah diambil alih oleh organisasi kemahasiswaan maupun oleh organisasi kemasyarakatan yang ada di lingkungan kampus melalui berbagai tawaran kegiatan keagamaan yang dikoordinasikan oleh mahasiswa maupun ormas tersebut,” kata Gus Yaqut.
Baca juga: Ini 20 Universitas Terbaik Indonesia versi 4ICU Unirank 2021
Dan sayangnya, kata Gus Yaqut, organisasi kemahasiswaan dan organisasi kemasyarakatan yang diikuti lebih banyak mengembangkan ide-ide pemikiran yang diskriminatif dan ideologi-ideologi yang transnasional.
“Sementara itu di sisi yang lain, sebenarnya Lembaga Pendidikan termasuk Perguruan Tinggi memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dalam menyemai prinsip keberagamaan yang menjunjung tinggi sikap moderat,” katanya.
Oleh karena itu, tegas Gus Yaqut, peserta didik atau mahasiswa itu yang perlu diberikan pemahaman yang memadai tentang fitroh ragam perbedaan umat manusia dalam berbagai dimensinya baik dalam konteks keberagamaan, kehidupan sosial kemasyarakatan, maupun kehidupan kebangsaan. “Sehingga pengaruh keutamaan prinsip moderasi beragama melalui peran lembaga pendidikan keagamaan menjadi sangat strategis,” tegasnya.
“Sebagaimana kita ketahui bahwa kecenderungan sikap diskriminatif dalam segala bentuknya di tengah masyarakat dari tahun ke tahun, dari waktu menunjukkan tren yang terus meningkat,” ungkap Gus Yaqut dalam keterangan video saat membuka diskusi Moderasi Beragama di Kalangan Mahasiswa Muslim, Kamis (25/2/2021).
Baca juga: Eli, Anak Petani yang Menjadi Sarjana Kedokteran dengan Beasiswa di Unej
Gus Yaqut mengatakan, beberapa hasil riset yang dilakukan baik oleh Kementerian Agama maupun lembaga menunjukkan kelompok yang memiliki cara pandang ekstrem dan diskriminasi secara religi menyemai pandangannya lebih masif di tengah-tengah masyarakat.
Hasil penelitian Badan Litbang Kementerian Agama tahun 2015 misalnya menunjukkan peran dan fungsi PAI atau Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum lebih banyak dilakukan oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan dan organisasi kemasyarakatan dibandingkan dengan peran dosen PAI itu sendiri.
Baca Juga:
“Fungsi dan tanggung jawab dosen PTU seakan telah diambil alih oleh organisasi kemahasiswaan maupun oleh organisasi kemasyarakatan yang ada di lingkungan kampus melalui berbagai tawaran kegiatan keagamaan yang dikoordinasikan oleh mahasiswa maupun ormas tersebut,” kata Gus Yaqut.
Baca juga: Ini 20 Universitas Terbaik Indonesia versi 4ICU Unirank 2021
Dan sayangnya, kata Gus Yaqut, organisasi kemahasiswaan dan organisasi kemasyarakatan yang diikuti lebih banyak mengembangkan ide-ide pemikiran yang diskriminatif dan ideologi-ideologi yang transnasional.
“Sementara itu di sisi yang lain, sebenarnya Lembaga Pendidikan termasuk Perguruan Tinggi memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dalam menyemai prinsip keberagamaan yang menjunjung tinggi sikap moderat,” katanya.
Oleh karena itu, tegas Gus Yaqut, peserta didik atau mahasiswa itu yang perlu diberikan pemahaman yang memadai tentang fitroh ragam perbedaan umat manusia dalam berbagai dimensinya baik dalam konteks keberagamaan, kehidupan sosial kemasyarakatan, maupun kehidupan kebangsaan. “Sehingga pengaruh keutamaan prinsip moderasi beragama melalui peran lembaga pendidikan keagamaan menjadi sangat strategis,” tegasnya.
(mpw)

Berita Terkait
- Beasiswa ADik Kemendikbud Segera Dibuka, Cek Syaratnya
- Tertarik Ikut Pertukaran Mahasiswa Merdeka, Ini Link Pendaftarannya
- Fakultas Kedokteran UIN Jakarta Ambil Sumpah 12 Dokter Baru
- Tim UNAIR Rancang Teknologi Hiperspektral untuk Tambak Udang Vanamei
- Begini Mahasiswa ITB dan Mahasiswa Universitas Nomor 1 di Korea Bahas Managemen Waktu dan Daya Juang
- Mahasiswa UEU Dampingi Anak Panti Asuhan untuk Belajar, Bermain dan Berbagi
- Tim Mahasiswa UNNES Raih Juara di Ajang Internasional Chem-E Car
- Dorong Prestasi Mahasiswa, Kejuaraan Nasional Esa Unggul Cup Kembali Digelar
- Kenali KMMI, Program untuk Mahasiswa yang Ingin Belajar di Luar Kampus
- Pertukaran 1.000 Mahasiswa, Kemendikbud Gandeng Universitas di AS dan Kanada
TULIS KOMENTAR ANDA!
Berita Rekomendasi
- Makhluk Campuran Manusia-Monyet Ciptaan Ilmuwan AS Dibiarkan Hidup 20 Hari
- Anggota Satpol PP Diringkus Saat Asyik Berhubungan Seks di Hotel dengan Selingkuhannya
- Reformasi Birokrasi, ASN Naik Pangkat Tiap 2 Tahun dan Usia Pensiun Ditambah
- Disangka Orang Asia, Nenek 70 Tahun Dipukuli dengan Brutal di Bus
- Aceh Gempar, Ibu Muda Cantik Warga Pidie Jaya Melahirkan Bayi Dalam Pembalut
- Hanya 2 Menit, Anies Berhasil Pengaruhi Sekjen PBB untuk Setujui Usulan terkait Dukungan Aksi Iklim
- Medan Mencekam, Minggu Dini Hari Ratusan Pemuda Bersenjata Terlibat Tawuran