Tim Mahasiswa ITS Gagas Desain Alat Budidaya Ikan Lepas Pantai Otomatis

Jum'at, 26 Maret 2021 - 08:27 WIB
loading...
Tim Mahasiswa ITS Gagas...
(dari kiri) Muhammad Akbar Hardian, Dinda Febriani Analiyah, dan Brigitta Violyna El Tito selaku tim mahasiswa ITS penggagas ASTOR, alat budidaya ikan lepas pantai otomatis. Foto/ITS
A A A
JAKARTA - Sebagai negara maritim dengan luas laut 3,25 juta kilometer persegi, Indonesia memiliki potensi luar biasa. Salah satunya budidaya ikan lepas pantai. Guna meningkatkan potensi tersebut, 3 mahasiswa Departemen Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS menggagas desain alat budidaya ikan tuna lepas pantai otomatis bertenaga surya.

Tim Doa Ayah Ibu beranggotakan Muhammad Akbar Hardian, Dinda Febriani Analiyah, dan Brigitta Violna El Tito. Menurut Dinda Febriani, Indonesia memiliki potensi laut yang besar dan perlu lebih dimaksimalkan. “Salah satu potensi besar yang perlu dimaksimalkan adalah budidaya ikan tuna lepas pantai,” katanya melalui siaran pers, Kamis (25/3)



Dinda menjelaskan, saat ini budidaya ikan lepas pantai di Indonesia masih dilakukan secara manual. Diperlukan sekitar 15-20 orang per hari untuk mengurus tempat budidaya ikan. ada risiko pekerjaan yang dihadapi seperti tingginya angka kecelakaan kerja.

Berangkat dari permasalahan tersebut, tim yang diketuai oleh Muhammad Akbar Hardian ini berinovasi mendesain sebuah alat budidaya ikan lepas pantai bernama Automatic Offshore Aquaculture with Solar Energy (ASTOR).

Alat ini didesain untuk meningkatkan produksi budidaya ikan tuna lepas pantai. “Ikan tuna merupakan potensi besar yang dimiliki Indonesia dengan kontribusi penghasilan sebesar USD 480 juta per tahunnya,” terang Dinda.



ASTOR didesain untuk beroperasi secara otomatis yang dilengkapi dengan sistem monitor (monitoring system), sistem pemberiaan pakan (feeding system), ruang penyimpanan pakan (food storage), sistem sel surya (solar system), ruang penyimpanan (operational storage), dan sistem keamanan (security system) menggunakan kamera CCTV.

Dijelaskan Dinda, pemberian pakan dalam sistem tersebut dilakukan melalui feeding system yang terhubung langsung dengan monitoring system. Seluruh sistem dapat bekerja dengan energi listrik yang dihasilkan oleh sel surya.

Pemberian pakan oleh sistem dilakukan dua kali sehari. Sistem pemberi pakan akan menerima perintah dari sensor yang ada di dalam sistem monitor untuk mengeluarkan pakan. Sensor pada monitor terbagi menjadi 2 bagian, yaitu underwater sensor dan camera underwater. Kedua sensor tersebut menempel pada dinding keramba kolam yang terbuat dari pipa HDPE.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.6935 seconds (0.1#10.140)