3 Mahasiswa ITS Rancang Tongkang Bertangki Coselle untuk Distribusi Gas Bumi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kondisi geografis yang ekstrem di wilayah timur Indonesia menyebabkan distribusi hasil produksi gas bumi dirasa kurang ekonomis. Tim mahasiswa ITS merancang kapal tongkang bertangki coselle untuk mendistribusikan permintaan gas bumi di wilayah timur Indonesia.
3 mahasiswa yang menamakan dirinya Anglung Team ini ialah Mujadid Aldin Albasyir, Adiv Gayu Athallah, dan Annisa Aulia. Ketiganya mahasiswa Departemen Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS. Inovasinya adalah kapal tongkang dengan Winged Air Induction Pipe (WAIP) sebagai Air Lubrication System.
Ketua Tim Mujadid Aldin Albasyir menjelaskan, inovasi tersebut diangkat dari potensi wilayah timur Indonesia yang memiliki produksi gas bumi kurang lebih 1.000-1.500 MMSCFD dan 87 persennya diekspor ke negara lain.
Tetapi, karena kondisi geografis yang kurang mendukung akibat pulau-pulau yang terpencar menjadikan distribusi gas bumi di Indonesia menjadi susah. “Oleh karena itu, kita menginovasikan teknologi distribusi gas bumi dengan menggunakan kapal tongkang agar lebih mudah dan murah,” ucapnya melalui siaran pers, Senin (19/4).
Teknologi yang dirancang ini, menurut Aldin, pada prinsipnya menggabungkan tiga teknologi yang ada di industri maritim. Tiga teknologi tersebut yaitu Kapal Tongkang, Tangki Coselle Compressed Natural Gas (CNG), dan WAIP.
“Teknologi tersebut kami rasa lebih tepat dibandingkan menggunakan pipa dan kapal carrier dalam distribusi gas bumi,” imbuh mahasiswa 19 tahun ini.
Sambung Aldin, kapal tongkang dan tangki coselle digunakan untuk memaksimalkan kapasitas gas bumi yang akan dibawa. Sedangkan WAIP sendiri digunakan untuk mengurangi resistansi dan gesekan pada kapal.
Sehingga, dikatakan Aldin, dengan menggunakan inovasi WAIP secara otomatis dapat mengurangi sekaligus menghemat bahan bakar sebesar 10 % dibandingkan dengan kapal tongkang konvensional.
3 mahasiswa yang menamakan dirinya Anglung Team ini ialah Mujadid Aldin Albasyir, Adiv Gayu Athallah, dan Annisa Aulia. Ketiganya mahasiswa Departemen Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS. Inovasinya adalah kapal tongkang dengan Winged Air Induction Pipe (WAIP) sebagai Air Lubrication System.
Ketua Tim Mujadid Aldin Albasyir menjelaskan, inovasi tersebut diangkat dari potensi wilayah timur Indonesia yang memiliki produksi gas bumi kurang lebih 1.000-1.500 MMSCFD dan 87 persennya diekspor ke negara lain.
Tetapi, karena kondisi geografis yang kurang mendukung akibat pulau-pulau yang terpencar menjadikan distribusi gas bumi di Indonesia menjadi susah. “Oleh karena itu, kita menginovasikan teknologi distribusi gas bumi dengan menggunakan kapal tongkang agar lebih mudah dan murah,” ucapnya melalui siaran pers, Senin (19/4).
Teknologi yang dirancang ini, menurut Aldin, pada prinsipnya menggabungkan tiga teknologi yang ada di industri maritim. Tiga teknologi tersebut yaitu Kapal Tongkang, Tangki Coselle Compressed Natural Gas (CNG), dan WAIP.
“Teknologi tersebut kami rasa lebih tepat dibandingkan menggunakan pipa dan kapal carrier dalam distribusi gas bumi,” imbuh mahasiswa 19 tahun ini.
Sambung Aldin, kapal tongkang dan tangki coselle digunakan untuk memaksimalkan kapasitas gas bumi yang akan dibawa. Sedangkan WAIP sendiri digunakan untuk mengurangi resistansi dan gesekan pada kapal.
Sehingga, dikatakan Aldin, dengan menggunakan inovasi WAIP secara otomatis dapat mengurangi sekaligus menghemat bahan bakar sebesar 10 % dibandingkan dengan kapal tongkang konvensional.