Manfaatkan Bakteri, Profesor ITS Kurangi Risiko Penggunaan Lahan Gambut

Rabu, 21 April 2021 - 02:23 WIB
loading...
Manfaatkan Bakteri,...
Prof Dr Enny Zulaikha M P saat menyampaikan orasi ilmiahnya dalam pengukuhan sebagai Guru Besar ITS. Foto/ITS
A A A
JAKARTA - Kebutuhan hunian dan sarana transportasi yang semakin meningkat menjadikan penggunaan lahan gambut sebagai suatu pilihan yang tak dapat dihindari.

Hal tersebut rupanya juga menimbulkan peningkatan pencemaran logam berat. Untuk itu, Prof Dr Enny Zulaika M P, salah satu guru besar (gubes) ITS memberikan alternatif berupa pemanfaatan bakteri yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan.

Baca juga: Sekolah Jalur Kedinasan: STIS, STAN dan IPDN Jadi Favorit

Enny menjelaskan bahwa tanah gambut pada dasarnya mempunyai angka pori dan kadar air yang sangat tinggi. Hal tersebut menyebabkan daya dukung tanah menjadi rendah dan kemampuan memampatnya sangat lama.

“Padahal, proses dekomposisi perlu dipercepat agar pemampatan dan penurunan kekuatan geser tanah tidak terjadi setelah konstruksi dioperasikan,” ungkap dosen Departemen Biologi tersebut.

Oleh karena itu, menurut Enny, alternatif yang dapat digunakan adalah dengan metode biologi ramah lingkungan, yakni melalui bioaugmentasi bakteri lignoselulolitik lokal gambut. Dengan metode tersebut, stabilisasi agregat gambut akan dapat dipercepat dan layak untuk dikonstruksi.

Baca juga: Singkirkan 20 Negara, Mahasiswa UNAIR Raih Emas di Kompetisi Internasional

“Setelah melewati uji biokimia, metabolisme, fisiologi, dan PCR gen 16S rRNA, bakteri gambut teridentifikasi sebagai Pseudomonas taiwanensis U3-MT373534 dan B. cereus U4-MT373535,” terang Enny yang menuangkan penelitiannya ini dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai gubes ITS pada 31 Maret lalu.

Enny menambahkan, bakteri gambut umumnya bersifat lignoselulolitik dan dapat mendegradasi lignin dan selulosa secara enzimatik. Proses dekomposisi serat gambut oleh bakteri dapat dibuktikan dari perubahan struktur gugus kimia fungsionalnya yang menjadi lebih sederhana dengan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).

Bakteri gambut tersebut, lanjutnya, mampu mendekomposisi serat gambut lebih dari 80 persen. Bakteri yang disebut-sebut sebagai bakteri unggul itu juga dapat dilepas kembali ke lahan gambut agar dapat berkembang biak.

Baca juga: Tertarik Ingin Masuk STAN, Ini Info Lengkapnya

“Hal tersebut dilakukan agar ketika gambut yang berfungsi sebagai sumber nutrisi sudah habis, bakteri dapat beralih ke gambut di sekitarnya untuk mencukupi nutrisi,” paparnya.

Di samping itu, untuk kasus logam berat, Merkuri (Hg) adalah salah satu penyumbang pencemaran terbesar lingkungan yang belum diketahui fungsi biologisnya secara jelas. Meski Menteri Kesehatan RI telah mensyaratkan konsentrasi merkuri yang diperbolehkan sebesar 0,001 ppm, namun teknik pengurangan logam berat harus segera diupayakan.

“Masalahnya, meski saat ini banyak penelitian yang dikembangkan terkait logam berat, namun biaya yang dikeluarkan cukup mahal,” tuturnya.

Bakteri memang dapat digunakan sebagai alternatif untuk bioremediasi. Strain bakteri cereus yang didapatkan dari Kalimas Surabaya, misalnya. Menurut Enny, bakteri tersebut mampu mengurangi logam Hg dan Cd lebih dari 50 % serta logam Pb, Cu, dan Fe lebih dari 75 %.

“Dengan bakteri tersebut, pemulihan pencemaran dapat lebih cepat, bersifat renewable, dan biayanya relatif murah,” tegasnya.

Menurut ibu 3 anak ini, bakteri tak boleh dipandang sebagai jasad tak kasat mata dan merugikan manusia saja. Jika dikaji lebih jauh, bakteri dapat memberikan banyak manfaat untuk kemajuan sains dan teknologi. “Ke depan, saya berharap dapat terus menyumbangkan karya kepada ITS dan bangsa Indonesia,” pungkasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Guru Besar UIN Jakarta...
Guru Besar UIN Jakarta Sebut Model Pendidikan Kemenag Membentuk Karakter Anak Didik Tidak Ringkih
Universitas Sanata Dharma...
Universitas Sanata Dharma Kukuhkan 3 Guru Besar Baru
Wujudkan Tridarma Perguruan...
Wujudkan Tridarma Perguruan Tinggi, Unika Atma Jaya Kukuhkan 3 Profesor
Profil Edy Meiyanto,...
Profil Edy Meiyanto, Guru Besar Farmasi UGM yang Dipecat karena Kasus Asusila
Siapa Mahasiswa Pertama...
Siapa Mahasiswa Pertama di UGM? Ini Profil Prof Hardjoso Prodjopangarso
2 Dosen President University...
2 Dosen President University Dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Manajemen Keuangan
Ajaib, Ilmuwan Temukan...
Ajaib, Ilmuwan Temukan Bakteri yang Bisa Menyalakan Lampu!
Guru Besar Unpad Sarankan...
Guru Besar Unpad Sarankan Pembahasan RKUHAP Dibarengi Revisi UU Polri dan Kejaksaan
UGM Tindak Tegas Kasus...
UGM Tindak Tegas Kasus Kekerasan Seksual oleh Guru Besar Farmasi, Dicopot dan Proses Kepegawaian Disiapkan
Rekomendasi
Running for Passion...
Running for Passion Dukung Gaya Hidup Aktif Para Pelari
Libur Waisak 2025, Contraflow...
Libur Waisak 2025, Contraflow Tol Jagorawi Arah Puncak Dihentikan Siang Ini
Menguak Kondisi Memprihatinkan...
Menguak Kondisi Memprihatinkan Truk di Indonesia, Bom Waktu di Jalan Raya?
3 Pati TNI Resmi Naik...
3 Pati TNI Resmi Naik Pangkat Jadi Bintang 3 di Awal Mei 2025, Ini Daftar Nama dan Profil Singkatnya
Taliban Melarang Catur,...
Taliban Melarang Catur, Dianggap sebagai Sarana Judi yang Dilarang Islam
Sinopsis Layar Drama...
Sinopsis Layar Drama Indonesia Gober Parijs Van Java Eps 15: Penumpang Misterius Didu
Berita Terkini
Kapan Pendaftaran Beasiswa...
Kapan Pendaftaran Beasiswa LPDP Tahap 2 2025 Dibuka? Ini Perkiraan Jadwalnya
Perbedaan 3 Nama Panggilan...
Perbedaan 3 Nama Panggilan Pelajar Sekolah Kedinasan, Taruna, Praja, dan Mahasiswa
2 Sekolah Kedinasan...
2 Sekolah Kedinasan Ini Siap Buka Pendaftaran Calon PNS 2025
Beasiswa LPDP Program...
Beasiswa LPDP Program Master ke Irlandia 2025 Dibuka, Simak Syaratnya
Terjawab Sudah, Ini...
Terjawab Sudah, Ini Perbedaan PIP dan KIP yang Perlu Diketahui Orang Tua
Kemitraan UI dan UC...
Kemitraan UI dan UC Berkeley Makin Erat, Dorong Riset Lintas Negara
Infografis
Makan Saat Tengah Malam...
Makan Saat Tengah Malam Tingkatkan Risiko Diabetes
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved