Tim Mahasiswa ITS Inovasikan Elektrolit Baterai Berbahan Pupuk ZA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Inovasi akademisi dan mahasiswa ITS kini intens digiatkan melalui kompetisi. Kreativitas ilmiah yang diwujudkan nyata siap beradu kehebatan dengan kompetitor lain. Hal inilah yang diwujudkan tim Spectronics 19 ITS melalui inovasinya berupa purwarupa mobil dengan sumber tenaga baterai berbahan pupuk ZA.
Mereka adalah Rasyendria Rangga, Rahardian Mahendra Daniswara, Naning Retno Astuti, Bernardus Krisna Brata, Wahyu Febianto, mahasiswa ITS yang berada di balik inovasi ini. Melalui serangkaian riset hingga pengerjaan prototipe dilalui oleh tim ini hingga menghasilkan inovasi sumber daya baterai yang merupakan hasil buatan sendiri.
Ketua tim Rasyendria Rangga menjelaskan, ide purwarupa ini mulanya dirancang menggunakan DC motor. Dalam perencanaannya, akan digunakan dua sistem gerak dalam purwarupa ini, yakni driving system dan stopping system. Driving system sendiri merupakan mekanisme agar purwarupa dapat berjalan, sedangkan stopping system adalah sebuah sistem yang berkaitan dengan cara purwarupa untuk berhenti.
Lebih lanjut, mahasiswa yang akrab disapa Rangga ini menuturkan, driving system yang digunakan memanfaatkan baterai zinc-air yang dicelupkan ke elektrolit dan direaksikan ke peroksida dengan konsentrasi tertentu. Dengan demikian, baterai akan memiliki tenaga, sehingga dapat berfungsi untuk menggerakkan purwarupa.
Sedangkan terkait mekanisme stopping system, reaksi kimia berupa dekomposisi hidrogen yang digunakan sebagai konsep utama. “Salah satu inovasi besar dalam purwarupa ini terletak pada sumber daya baterai zinc-air yang merupakan buatan kami sendiri,” katanya dikutip dari laman ITS di its.ac.id, Senin (3/5).
Rangga melanjutkan, penginovasian baterai ini sendiri berdasar riset yang dilakukan tim Spectronics 19. Berdasar hal itu, ia bersama timnya menemukan bahwa penggunaan amonium klorida sebagai elektrolit dalam baterai zinc-air memiliki availibilitas yang kurang maskimal.
Oleh karenanya, tim Spectronics 19 ini menggantinya dengan amonium sulfat yang didapat dari pupuk ZA. “Berdasar hasil uji kami, amonium sulfat memiliki performa yang lebih bagus daripada amonium klorida,” tandasnya.
Dalam purwarupa mobil yang diciptakan timnya, ulas Rangga, setidaknya terdapat sepuluh baterai zinc-air yang digunakan untuk menghasilkan tegangan listrik sebesar sepuluh volt.
Menggunakan sistem elektrik yang sederhana dan dibantu performa baterai berbahan pupuk ZA, tim yang dibimbing oleh Prof Hamzah Fansuri SSi MSi PhD ini berhasil menginovasikan purwarupa mobil yang efisien. Hal ini dibuktikan dengan adanya penghematan dalam penggunaan daya baterai untuk kerja yang sama.
Sempat mengalami kesulitan untuk mendapat bahan manufaktur dari luar negeri, tim yang menyelesaikan pembuatan purwarupa mobil dalam waktu satu bulan ini tak patah semangat. Benar saja, kategori best presentation pun berhasil diraihnya dalam kompetisi Indonesia Chem-E-Car Competition (ICECC) 2021. “Kami berharap sumber daya prototipe ini bisa dikembangkan menjadi sel bahan bakar atau fuel cell tersendiri,” harapnya menutup.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
Mereka adalah Rasyendria Rangga, Rahardian Mahendra Daniswara, Naning Retno Astuti, Bernardus Krisna Brata, Wahyu Febianto, mahasiswa ITS yang berada di balik inovasi ini. Melalui serangkaian riset hingga pengerjaan prototipe dilalui oleh tim ini hingga menghasilkan inovasi sumber daya baterai yang merupakan hasil buatan sendiri.
Ketua tim Rasyendria Rangga menjelaskan, ide purwarupa ini mulanya dirancang menggunakan DC motor. Dalam perencanaannya, akan digunakan dua sistem gerak dalam purwarupa ini, yakni driving system dan stopping system. Driving system sendiri merupakan mekanisme agar purwarupa dapat berjalan, sedangkan stopping system adalah sebuah sistem yang berkaitan dengan cara purwarupa untuk berhenti.
Lebih lanjut, mahasiswa yang akrab disapa Rangga ini menuturkan, driving system yang digunakan memanfaatkan baterai zinc-air yang dicelupkan ke elektrolit dan direaksikan ke peroksida dengan konsentrasi tertentu. Dengan demikian, baterai akan memiliki tenaga, sehingga dapat berfungsi untuk menggerakkan purwarupa.
Sedangkan terkait mekanisme stopping system, reaksi kimia berupa dekomposisi hidrogen yang digunakan sebagai konsep utama. “Salah satu inovasi besar dalam purwarupa ini terletak pada sumber daya baterai zinc-air yang merupakan buatan kami sendiri,” katanya dikutip dari laman ITS di its.ac.id, Senin (3/5).
Rangga melanjutkan, penginovasian baterai ini sendiri berdasar riset yang dilakukan tim Spectronics 19. Berdasar hal itu, ia bersama timnya menemukan bahwa penggunaan amonium klorida sebagai elektrolit dalam baterai zinc-air memiliki availibilitas yang kurang maskimal.
Oleh karenanya, tim Spectronics 19 ini menggantinya dengan amonium sulfat yang didapat dari pupuk ZA. “Berdasar hasil uji kami, amonium sulfat memiliki performa yang lebih bagus daripada amonium klorida,” tandasnya.
Dalam purwarupa mobil yang diciptakan timnya, ulas Rangga, setidaknya terdapat sepuluh baterai zinc-air yang digunakan untuk menghasilkan tegangan listrik sebesar sepuluh volt.
Menggunakan sistem elektrik yang sederhana dan dibantu performa baterai berbahan pupuk ZA, tim yang dibimbing oleh Prof Hamzah Fansuri SSi MSi PhD ini berhasil menginovasikan purwarupa mobil yang efisien. Hal ini dibuktikan dengan adanya penghematan dalam penggunaan daya baterai untuk kerja yang sama.
Sempat mengalami kesulitan untuk mendapat bahan manufaktur dari luar negeri, tim yang menyelesaikan pembuatan purwarupa mobil dalam waktu satu bulan ini tak patah semangat. Benar saja, kategori best presentation pun berhasil diraihnya dalam kompetisi Indonesia Chem-E-Car Competition (ICECC) 2021. “Kami berharap sumber daya prototipe ini bisa dikembangkan menjadi sel bahan bakar atau fuel cell tersendiri,” harapnya menutup.
Lihat Juga: Pertama di Indonesia, Terbentuk Asosiasi Mahasiswa Internasional China di President University
(mpw)