Di Balik Sosok Luhut yang Tegas, Ternyata Miliki Sekolah Terbaik di Indonesia

Selasa, 01 Juni 2021 - 14:47 WIB
loading...
Di Balik Sosok Luhut...
Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Del Luhut Binsar Pandjaitan, pendiri dan pembina Yayasan Del Devi Simatupang, dan Ketua Pengurus Yayasan Del Patuan P Simatupang dalam jumpa pers di Jakarta. Foto/SINDOnews/M Purwadi
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama istrinya, Devi Simatupang, menceritakan perjuangannya saat pertama kali mendirikan Yayasan Del, lembaga pendidikan berkualitas global di desa terpencil, Desa Sitoluma, Kecamatan Laguboti, kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Yayasan Del yang didirikan Luhut dan istrinya pada 2001 lalu di Kabupaten Toba, Sumut, kini sudah menjelma menjadi lembaga pendidikan terbaik di Indonesia. Bahkan, diulang tahunnya yang ke 20, Yayasan Del sudah sudah menaungi enam afiliasi.



"Awalnya, saya tak terpikir mendirikan yayasan yang namanya diambil dari bahasa Ibrani itu. Setelah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Singapura, saya hanya ingin membuka sekolah agar kualitas manusia, terutama yang berada kampung halamannya di Toba, meningkat," kata Luhut dalam Media Luncheon Ulang Tahun ke-20 Yayasan Del di Jakarta, Senin (31/5/2021).

Pendiri dan Ketua Pembina Yayasan Del ini menyampaikan bahwa pendidikan menjadi kata kunci pembangunan suatu bangsa. Apalagi, semakin ke sini teknologi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan bangsa.
Di Balik Sosok Luhut yang Tegas, Ternyata Miliki Sekolah Terbaik di Indonesia

Yayasan Del yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan kebudayaan akan berupaya memberikan kontribusi bagi pembangunan sumber daya manusia Indonesia, yakni dengan melebarkan sayap sehingga sumber daya manusia berkualitas dapat tercipta dan berguna bagi bangsa Indonesia.



Sekolah pertama yang didirikannya adalah Politeknik Informasi Del. Kampus itu fokus pada dua bidang, yakni teknologi informasi dan bioteknologi. Saat itu, ia meyakini kedua bidang tersebut akan jadi tumpuan di masa datang.

Ia menggandeng sejumlah dosen dari ITB University untuk memformulasikan kurikulum bagi calon mahasiswa sekaligus meminta mereka mengajar di sana. "Ternyata memang dua bidang itu kita butuhkan sekarang. Saya baru pulang dari Korea, di sana diperlihatkan bagaimana bioteknologi merasuk ke kehidupan kita. Bidang pertanian, kesehatan," ujar dia.

Setelah politeknik yang kini berganti nama jadi Institut Teknologi Del, Yayasan Del kemudian membuka Sekolah Noah. Sekolah itu dikelola anak pertama Luhut Binsar Pandjaitan. Kisahnya dipicu rasa frustasi sang anak saat disuruh mengelola bisnis ayahnya. Kini, sekolah tersebut tersedia dari jenjang TK hingga SMP.



"Setiap pulang ke rumah, dia nangis jengkel karena jiwanya bukan di bisnis, tapi pendidikan. Dari kecil, dia memang kepingin jadi guru. Lalu, kita ada rumah di Cijantung yang kosong. Saya suruh bikin sekolah untuk anak-anak sekitar. Bikinlah Sekolah Noah, dimulai dari preschool, sekarang dilengkapi dengan SD dan SMP," jelas Devi Pandjaitan.

Yayasan makin berkembang dengan membuka SMA Unggul Del yang merupakan sekolah berasrama pada 2012. Lokasinya tetap di daerah Toba. Saat ini, SMA Unggul Del menempati ranking ke 3 terbaik nasional berdasarkan nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) 2020.
Di Balik Sosok Luhut yang Tegas, Ternyata Miliki Sekolah Terbaik di Indonesia

Selanjutnya, pada 2013, sang cucu pertama, Faye Hasian Simanjuntak, mengusulkan untuk membuat rumah aman bagi anak-anak korban perdagangan manusia di Batam. Hingga kini, 136 anak sudah diselamatkan.



Tak berhenti di situ, pada 2018, Yayasan Del juga meresmikan Radio Del FM dan TobaTenun yang fokus pada pelestarian tradisi leluhur, khususnya ulos. Saat ini, Luhut mengaku hampir semua afiliasi sudah bisa mandiri dalam menghidupi operasionalnya. Kalau pun ada yang masih perlu disubsidi, angkanya tak sebesar dulu.

"Mungkin 2023, (IT Del) enggak disubsdi lagi, tapi mereka ada dana abadi. Dari mana sumbernya? Itu berasal dari keuntungan tiap tahun perusahaan saya, dikasihkan ke endowment," jelas Luhut.

Walau terkesan mulus-mulus saja, Luhut mengaku juga menghadapi hambatan, termasuk soal birokrasi, saat mengembangkan yayasan dan institusi pendidikan tersebut. "Birokrasi kita masih sangat feodal. Dalam menjadi menteri kan tugasnya harusnya melayani. Kenapa? Karena kita digaji rakyat, tapi sekarang sudah mulai terbalik," terangnya.



Luhut dan istri sengaja melibatkan anggota keluarga mereka dalam mengelola yayasan dengan enam afiliasi tersebut. Ia ingin meninggalkan warisan tradisi bila sudah meninggal nanti. Di samping, mengembangkan yayasan tak bisa sendiri, harus bekerja sama dengan tim yang punya passion yang sama agar maju. "Ini kontribusi kami sekeluarga, walau kecil tapi kuat. Saya imbau orang berada untuk bentuk semacam ini kalau mau bangsa ini maju," kata Luhut.

Maka itu, perayaan ulang tahun ke-20 Yayasan Del mengangkat tema "From Heritage to Legacy." Devi berharap bisa meninggalkan pemikiran bahwa pendidikan untuk orang lain itu sangat perlu. "Walau anak kami empat, kami selalu bilang anak kami itu ada lima. Yang ke-5 itu Del. Semua diperlakukan sama dan setara. Kalau kami check-out suatu hari nanti, kami sudah bilang yang ada itu nanti dibagi lima," pungkasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1777 seconds (0.1#10.140)