Bangga, Anak Kuli Bangunan dengan Segudang Prestasi Ini Masuk MIPA UGM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Betapa bahagianya Halimatus Sa’diyah saat dinyatakan lolos pengumuman SNMPTN 2021 . Ia dinyatakan lolos dan diterima kuliah di Departemen Matematika, Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada .
“Rasanya seneng, bisa sedikit memberikan kebahagiaan untuk bapak dan ibu karena saya lolos SNMPTN dengan program KIP Kuliah , mudah-mudahan meringankan," ucap Halimatus Sa’diyah dilansir dari laman resmi UGM di ugm.ac.id, Sabtu (26/6).
Bagi Halimatus Sa’diyah lolos SNMPTN program KIP Kuliah sebagai kebahagiaan di tengah keterbatasan karena ayahnya, Zainudin, bekerja sebagai kuli bangunan dan ibunya Siti Fatimah seorang ibu rumah tangga biasa.
Dengan pendapatan yang tidak menentu, ia membayangkan mustahil baginya bisa kuliah di perguruan tinggi. Dengan pendapatan Rp65 ribu per hari atau rata-rata 1.950.000 rupiah per bulan sungguh sangat tidak mencukupi dengan tanggungan empat anggota keluarga.
“Belum lagi bapak sekarang berumur 54 tahun dan mengidap penyakit liver semenjak umur 35 tahun dan membutuhkan obat jalan. Tapi bapak tak putus semangat untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga,” ungkapnya.
Bertempat tinggal di Dusun Bringin Rt 17 / Rw 07, Pondok Wuluh, Leces, Probolinggo, Kota Probolinggo Jawa Timur, Halimatus Sa’diyah dan keluarga hidup dengan sangat sederhana.
Merasakan hidup dalam serba kekurangan sejak kecil, menjadikan Halimatus Sa’diyah selalu meraih prestasi di setiap jenjang pendidikan yang ia lalui.
Dara kelahiran Probolinggo, 27 April 2003 berhasil lulus dari SDN 1 Pondok Wuluh tahun 2015, SMPN 1 Leces Excellent Class tahun 2018 dan SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang, Cambridge International School ID 113 tahun 2021.
Ia mengaku menempuh pendidikan SD normal selama 6 tahun dan di setiap akhir semester selalu mendapat ranking 1. Di jenjang SD ini, ia mengikuti ekstrakurikuler kepramukaan dan pernah mencoba untuk yang pertama kali cerdas cermat tingkat kecamatan tetapi belum berhasil.
Berlanjut jenjang SMP, ia tempuh normal selama 3 tahun dan di setiap akhir semester juga selalu mendapat ranking 1 dan 2. Di SMP, ia juga mengikuti ekstrakurikuler kepramukaan dan sempat mengikuti OSN Matematika serta pernah menjadi Duta Adiwiyata Mandiri Nasional.
“Pengalaman olimpiade sebenarnya sudah saya rintis semenjak kelas 7-9 SMP tetapi belum mendapatkan medali. Di SMP ini saya juga menambah kegiatan organisasi dengan menjadi anggota Remaja Masjid sebagai sekretaris," urainya.
Melalui dua jenjang pendidikan sebelumnya, di SMA Halimatus mencoba pengalaman yang sangat berbeda. Saat menempuh pendidikan SMA, ia memilih di pondok pesantren Darul Ulum Jombang.
Di jenjang pendidikan SMA inilah, menurutnya, lingkup pertemanan dan saingan yang semula hanya 1 kecamatan menjadi se-Indonesia. Tingkat persaingan menjadi semakin ketat. Di setiap semesternya dia bisa mempertahankan ranking 1 dan 2 serta pararel 5 dari 354 siswa di akhir wisuda.
"Saya pun mendapatkan pengalaman organisasi ScienceAnd Social Olympiad Nasional (SSO) sebagai koordinator soal Fisika dan Ipa terpadu selama 2 tahun berturut-turut di SMA Darul U’lum 2 dan sebagai koordinator umum di Asrama Al-Kautsar selama 1 tahun di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang,” terangnya.
Di bangku SMA, Halimatus mengikuti ekstrakurikuler cambridge examination, tahfidz, club bahasa inggris, dan teknologi informatika. Sedangkan prestasi yang berhasil ia raih Gold Medal International Science and Invention Fair 2020, Juara 3 Nasional Olimpiade Mipa dan Farmasi yang diselenggarakan Unair, juara 1 lomba KOPSI tingkat Sekolah dan Cambridge Examination Grade C 5.
Meski mengikuti banyak kegiatan ekstra, nilai akademik SMA Halimatus rata-rata di setiap semester minimal 90. Ia pun selalu mendapat ranking 1 dan 2 mulai dari kelas X semester 1 hingga kelas XII semester 5.
Ia mengaku bisa mendapatkan nilai akademik yang baik karena selalu membersihkan pikiran-pikiran selain menuntut ilmu. Disamping itu, ia selalu menanamkan dalam diri untuk bisa berhasil meraih cita-cita sehingga senantiasa memprioritaskan belajar secara tertata.
“Yang penting juga jangan menunda-nunda tugas, selalu berdoa dan tawakal serta mengatur waktu dengan mendahulukan yang utama baru yang sekunder, tersier. Selama tugas primer belum terselesaikan jangan mengerjakan yang sekunder," akunya.
Prestasi meraih Gold Medal International Science and Invention Fair 2020 merupakan faktor yang mungkin turut mendorong ia lolos diterima di FMIPA UGM jalur SNMPTN. Terbukti temannya yang satu tim dalam meraih prestasi ini juga diterima di ITS jalur SNMPTN dan soal ini ia memiliki cerita tersendiri.
Ia menceritakan keikutsertaan lomba Internasional Science and Invention Fair 2020 adalah coba-coba. Halimatus mengaku hanyalah anak biasa yang hanya memiliki ranking kelas. Tetapi ia yakin berawal dari coba-coba, semua pasti bisa jika dikerjakan dengan bersungguh-sungguh.
Ia mengaku sebagai inisiator mengikuti lomba ini dengan mengajak seorang teman dan guru pembimbing. Bertiga berkomitmen untuk tidak memberitahu soal ini kepada pimpinan kurikulum di sekolah.
“Karena jika lapor ke pimpinan kurikulum, lalu saya tidak lolos pasti akan malu. Maka saya lakukan secara diam-diam karena saya tahu, jika anak SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang mengikuti lomba pasti akan menang minimal tingkat kabupaten," tuturnya.
Halimatus bercerita untuk pendaftaran awal gratis. Baru setelah dinyatakan lolos di tahap penyisihan melakukan pembayaran sebesar 3 juta/tim. Pengumuman babak penyisihan bertepatan dengan diberlakukan Lock Down dikarenakan awal pandemi sekitar bulan Maret 2020. Nampaknya pengumuman lolos yang diterima oleh guru pembimbing ternyata diteruskan ke pimpinan kurikulum.
“Disinilah saya kaget, menerima kabar gembira lolos bukan dari guru pembimbing melainkan dari pimpinan kurikulum via telepon. Setelah mendapat amanah seperti itu, akhirnya yang tadinya hanya coba-coba mendapat dukungan penuh sekolah dan membuahkan hasil Gold Medal. Saya hanya berkeyakinan dan percaya bahwa semua orang memiliki peluang bisa berkiprah di tingkat Internasional. Siapapun itu, yang penting tetap fokus, bersungguh-sungguh dan yakin terhadap apa yang kita kerjakan," ujarnya.
Kini Halimatus bersiap diri menjadi mahasiswa baru di Departemen Matematika FMIPA UGM. Ia mengatakan alasan sederhana kenapa memilih matematika karena ia mencintai matematika dan ingin menjadi dosen.
“Saat pengumuman saya, bapak ibu terharu bercampur bahagia, sebab sesuai dengan cita-cita, dan perjuangan saya mulai dari SD, SMP, dan SMA tidak sia-sia,” pungkasnya.
Lihat Juga: Pendidikan Prof Ichlasul Amal yang Meninggal Dunia Hari Ini, Pernah Berorasi saat Reformasi 1998
“Rasanya seneng, bisa sedikit memberikan kebahagiaan untuk bapak dan ibu karena saya lolos SNMPTN dengan program KIP Kuliah , mudah-mudahan meringankan," ucap Halimatus Sa’diyah dilansir dari laman resmi UGM di ugm.ac.id, Sabtu (26/6).
Bagi Halimatus Sa’diyah lolos SNMPTN program KIP Kuliah sebagai kebahagiaan di tengah keterbatasan karena ayahnya, Zainudin, bekerja sebagai kuli bangunan dan ibunya Siti Fatimah seorang ibu rumah tangga biasa.
Dengan pendapatan yang tidak menentu, ia membayangkan mustahil baginya bisa kuliah di perguruan tinggi. Dengan pendapatan Rp65 ribu per hari atau rata-rata 1.950.000 rupiah per bulan sungguh sangat tidak mencukupi dengan tanggungan empat anggota keluarga.
“Belum lagi bapak sekarang berumur 54 tahun dan mengidap penyakit liver semenjak umur 35 tahun dan membutuhkan obat jalan. Tapi bapak tak putus semangat untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga,” ungkapnya.
Bertempat tinggal di Dusun Bringin Rt 17 / Rw 07, Pondok Wuluh, Leces, Probolinggo, Kota Probolinggo Jawa Timur, Halimatus Sa’diyah dan keluarga hidup dengan sangat sederhana.
Merasakan hidup dalam serba kekurangan sejak kecil, menjadikan Halimatus Sa’diyah selalu meraih prestasi di setiap jenjang pendidikan yang ia lalui.
Dara kelahiran Probolinggo, 27 April 2003 berhasil lulus dari SDN 1 Pondok Wuluh tahun 2015, SMPN 1 Leces Excellent Class tahun 2018 dan SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang, Cambridge International School ID 113 tahun 2021.
Ia mengaku menempuh pendidikan SD normal selama 6 tahun dan di setiap akhir semester selalu mendapat ranking 1. Di jenjang SD ini, ia mengikuti ekstrakurikuler kepramukaan dan pernah mencoba untuk yang pertama kali cerdas cermat tingkat kecamatan tetapi belum berhasil.
Berlanjut jenjang SMP, ia tempuh normal selama 3 tahun dan di setiap akhir semester juga selalu mendapat ranking 1 dan 2. Di SMP, ia juga mengikuti ekstrakurikuler kepramukaan dan sempat mengikuti OSN Matematika serta pernah menjadi Duta Adiwiyata Mandiri Nasional.
“Pengalaman olimpiade sebenarnya sudah saya rintis semenjak kelas 7-9 SMP tetapi belum mendapatkan medali. Di SMP ini saya juga menambah kegiatan organisasi dengan menjadi anggota Remaja Masjid sebagai sekretaris," urainya.
Melalui dua jenjang pendidikan sebelumnya, di SMA Halimatus mencoba pengalaman yang sangat berbeda. Saat menempuh pendidikan SMA, ia memilih di pondok pesantren Darul Ulum Jombang.
Di jenjang pendidikan SMA inilah, menurutnya, lingkup pertemanan dan saingan yang semula hanya 1 kecamatan menjadi se-Indonesia. Tingkat persaingan menjadi semakin ketat. Di setiap semesternya dia bisa mempertahankan ranking 1 dan 2 serta pararel 5 dari 354 siswa di akhir wisuda.
"Saya pun mendapatkan pengalaman organisasi ScienceAnd Social Olympiad Nasional (SSO) sebagai koordinator soal Fisika dan Ipa terpadu selama 2 tahun berturut-turut di SMA Darul U’lum 2 dan sebagai koordinator umum di Asrama Al-Kautsar selama 1 tahun di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang,” terangnya.
Di bangku SMA, Halimatus mengikuti ekstrakurikuler cambridge examination, tahfidz, club bahasa inggris, dan teknologi informatika. Sedangkan prestasi yang berhasil ia raih Gold Medal International Science and Invention Fair 2020, Juara 3 Nasional Olimpiade Mipa dan Farmasi yang diselenggarakan Unair, juara 1 lomba KOPSI tingkat Sekolah dan Cambridge Examination Grade C 5.
Meski mengikuti banyak kegiatan ekstra, nilai akademik SMA Halimatus rata-rata di setiap semester minimal 90. Ia pun selalu mendapat ranking 1 dan 2 mulai dari kelas X semester 1 hingga kelas XII semester 5.
Ia mengaku bisa mendapatkan nilai akademik yang baik karena selalu membersihkan pikiran-pikiran selain menuntut ilmu. Disamping itu, ia selalu menanamkan dalam diri untuk bisa berhasil meraih cita-cita sehingga senantiasa memprioritaskan belajar secara tertata.
“Yang penting juga jangan menunda-nunda tugas, selalu berdoa dan tawakal serta mengatur waktu dengan mendahulukan yang utama baru yang sekunder, tersier. Selama tugas primer belum terselesaikan jangan mengerjakan yang sekunder," akunya.
Prestasi meraih Gold Medal International Science and Invention Fair 2020 merupakan faktor yang mungkin turut mendorong ia lolos diterima di FMIPA UGM jalur SNMPTN. Terbukti temannya yang satu tim dalam meraih prestasi ini juga diterima di ITS jalur SNMPTN dan soal ini ia memiliki cerita tersendiri.
Ia menceritakan keikutsertaan lomba Internasional Science and Invention Fair 2020 adalah coba-coba. Halimatus mengaku hanyalah anak biasa yang hanya memiliki ranking kelas. Tetapi ia yakin berawal dari coba-coba, semua pasti bisa jika dikerjakan dengan bersungguh-sungguh.
Ia mengaku sebagai inisiator mengikuti lomba ini dengan mengajak seorang teman dan guru pembimbing. Bertiga berkomitmen untuk tidak memberitahu soal ini kepada pimpinan kurikulum di sekolah.
“Karena jika lapor ke pimpinan kurikulum, lalu saya tidak lolos pasti akan malu. Maka saya lakukan secara diam-diam karena saya tahu, jika anak SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT Jombang mengikuti lomba pasti akan menang minimal tingkat kabupaten," tuturnya.
Halimatus bercerita untuk pendaftaran awal gratis. Baru setelah dinyatakan lolos di tahap penyisihan melakukan pembayaran sebesar 3 juta/tim. Pengumuman babak penyisihan bertepatan dengan diberlakukan Lock Down dikarenakan awal pandemi sekitar bulan Maret 2020. Nampaknya pengumuman lolos yang diterima oleh guru pembimbing ternyata diteruskan ke pimpinan kurikulum.
“Disinilah saya kaget, menerima kabar gembira lolos bukan dari guru pembimbing melainkan dari pimpinan kurikulum via telepon. Setelah mendapat amanah seperti itu, akhirnya yang tadinya hanya coba-coba mendapat dukungan penuh sekolah dan membuahkan hasil Gold Medal. Saya hanya berkeyakinan dan percaya bahwa semua orang memiliki peluang bisa berkiprah di tingkat Internasional. Siapapun itu, yang penting tetap fokus, bersungguh-sungguh dan yakin terhadap apa yang kita kerjakan," ujarnya.
Kini Halimatus bersiap diri menjadi mahasiswa baru di Departemen Matematika FMIPA UGM. Ia mengatakan alasan sederhana kenapa memilih matematika karena ia mencintai matematika dan ingin menjadi dosen.
“Saat pengumuman saya, bapak ibu terharu bercampur bahagia, sebab sesuai dengan cita-cita, dan perjuangan saya mulai dari SD, SMP, dan SMA tidak sia-sia,” pungkasnya.
Lihat Juga: Pendidikan Prof Ichlasul Amal yang Meninggal Dunia Hari Ini, Pernah Berorasi saat Reformasi 1998
(mpw)