Mahasiswa FK-UB: Cabai Puyang Sangat Ampuh untuk Mengobati Nyeri Otot
loading...
A
A
A
JAKARTA - Empat mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) angkatan 2020 memanfaatkan senyawa piperin pada cabai puyang (Piper retrofractum Vahl.) sebagai bahan baku utama pembuatan balsam untuk mengobati nyeri otot.
Mereka adalah Moh. Rifky Rafinsyah Mulyono (FTP), Zahra Cahya Ramadhani (FTP), Annisa Nur Fitriani (FK), dan Ajeng Budi Purwati (FK).
Moh. Rifky selaku ketua tim mengatakan cabai puyang merupakan salah satu tanaman obat kaya khasiat tetapi pengolahan produknya belum bervariasi, umumnya hanya berupa jamu dan bumbu dapur.
“Cabai puyang mengandung senyawa piperin yang menciptakan efek pedas dan memiliki efek antiinflamasi,” katanya melansir laman resmi UB di ub.ac.id, Kamis (26/8/2021).
Cabai puyang juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati nyeri otot (myalgia) yang sering terjadi pada 30-50% masyarakat Indonesia tiap tahunnya. Hasil penelitian dari suatu jurnal menunjukkan bahwa nyeri otot banyak diderita oleh orang berusia di atas 75 tahun.
Nyeri otot dapat diobati dengan penggunaan analgesik (pereda nyeri), baik internal analgesik (obat oral/minum) maupun eksternal analgesik (obat topikal/luar).
Jika dibandingkan dengan obat oral, maka obat topikal lebih dianjurkan karena dapat langsung bekerja pada bagian yang terdampak nyeri dan meminimalisir keracunan obat.
Salah satu obat topikal yang banyak digunakan ialah balsam. Namun, balsam yang beredar di pasaran cenderung mengandalkan asam salisilat yang memberikan efek panas sesaat tanpa meredakan nyeri ke sumbernya.
“Bahkan, menurut literatur yang kami baca, campuran asam salisilat dengan salep 1-15% dapat menyebabkan inflamasi yang diikuti pengelupasan kulit selama 2-14 hari,” tambah Annisa.
Berdasarkan kelemahan tersebut, keempat mahasiswa ini melakukan pengkajian mengenai bahan alternatif alami sebagai komposisi balsam yang efektif mengobati nyeri otot, yakni senyawa piperin pada cabai puyang.
“Cabai puyang mengandung piperin sebanyak 21,33 mg/g. Angka tersebut cukup besar bila dibandingkan dengan piperin pada buah sirih yang hanya 9,22 mg/g. Piperin pada cabai puyang dinilai sebagai senyawa terpedas di antara komposisi lainnya sekaligus mampu mengatasi peradangan. Hal ini didukung pula dengan sifat alami cabai puyang yang hampir tidak menimbulkan efek samping,” jelas Ajeng.
Melalui studi pustaka yang dilakukan oleh tim ini, Zahra menuturkan bahwa cabai puyang berwarna hijau dipilih sebagai bahan baku karena memiliki kadar piperin yang tinggi.
Cabai diolah dengan metode blansing HTST lalu dikeringkan dengan tray dryer. Piperin pada cabai puyang kemudian diekstrak, diisolasi, dan diuji kemurniannya secara kualitatif dan kuantitatif. Ekstrak piperin lalu diolah menjadi balsam dan diuji efektivitasnya melalui beberapa jenis pengujian.
Harapannya, penelitian terkait potensi pemanfaatan piperin pada cabai puyang menjadi balsam dapat dikembangkan lebih lanjut oleh keempat mahasiswa ini.
Senyawa piperin pada cabai puyang diharapkan dapat menjadi komponen utama dalam pembuatan balsam yang efektif dalam mengobati nyeri otot. Penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan nilai jual bagi para petani dan penggiat usaha melalui pemanfaatan cabai puyang yang lebih optimal.
Lihat Juga: Seleksi Mandiri Skor UTBK di UM Dibuka hingga 22 Juli, Ini 10 Prodi dengan Daya Tampung Terbanyak
Mereka adalah Moh. Rifky Rafinsyah Mulyono (FTP), Zahra Cahya Ramadhani (FTP), Annisa Nur Fitriani (FK), dan Ajeng Budi Purwati (FK).
Moh. Rifky selaku ketua tim mengatakan cabai puyang merupakan salah satu tanaman obat kaya khasiat tetapi pengolahan produknya belum bervariasi, umumnya hanya berupa jamu dan bumbu dapur.
“Cabai puyang mengandung senyawa piperin yang menciptakan efek pedas dan memiliki efek antiinflamasi,” katanya melansir laman resmi UB di ub.ac.id, Kamis (26/8/2021).
Cabai puyang juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati nyeri otot (myalgia) yang sering terjadi pada 30-50% masyarakat Indonesia tiap tahunnya. Hasil penelitian dari suatu jurnal menunjukkan bahwa nyeri otot banyak diderita oleh orang berusia di atas 75 tahun.
Nyeri otot dapat diobati dengan penggunaan analgesik (pereda nyeri), baik internal analgesik (obat oral/minum) maupun eksternal analgesik (obat topikal/luar).
Jika dibandingkan dengan obat oral, maka obat topikal lebih dianjurkan karena dapat langsung bekerja pada bagian yang terdampak nyeri dan meminimalisir keracunan obat.
Salah satu obat topikal yang banyak digunakan ialah balsam. Namun, balsam yang beredar di pasaran cenderung mengandalkan asam salisilat yang memberikan efek panas sesaat tanpa meredakan nyeri ke sumbernya.
“Bahkan, menurut literatur yang kami baca, campuran asam salisilat dengan salep 1-15% dapat menyebabkan inflamasi yang diikuti pengelupasan kulit selama 2-14 hari,” tambah Annisa.
Berdasarkan kelemahan tersebut, keempat mahasiswa ini melakukan pengkajian mengenai bahan alternatif alami sebagai komposisi balsam yang efektif mengobati nyeri otot, yakni senyawa piperin pada cabai puyang.
“Cabai puyang mengandung piperin sebanyak 21,33 mg/g. Angka tersebut cukup besar bila dibandingkan dengan piperin pada buah sirih yang hanya 9,22 mg/g. Piperin pada cabai puyang dinilai sebagai senyawa terpedas di antara komposisi lainnya sekaligus mampu mengatasi peradangan. Hal ini didukung pula dengan sifat alami cabai puyang yang hampir tidak menimbulkan efek samping,” jelas Ajeng.
Melalui studi pustaka yang dilakukan oleh tim ini, Zahra menuturkan bahwa cabai puyang berwarna hijau dipilih sebagai bahan baku karena memiliki kadar piperin yang tinggi.
Cabai diolah dengan metode blansing HTST lalu dikeringkan dengan tray dryer. Piperin pada cabai puyang kemudian diekstrak, diisolasi, dan diuji kemurniannya secara kualitatif dan kuantitatif. Ekstrak piperin lalu diolah menjadi balsam dan diuji efektivitasnya melalui beberapa jenis pengujian.
Harapannya, penelitian terkait potensi pemanfaatan piperin pada cabai puyang menjadi balsam dapat dikembangkan lebih lanjut oleh keempat mahasiswa ini.
Senyawa piperin pada cabai puyang diharapkan dapat menjadi komponen utama dalam pembuatan balsam yang efektif dalam mengobati nyeri otot. Penelitian ini juga diharapkan mampu meningkatkan nilai jual bagi para petani dan penggiat usaha melalui pemanfaatan cabai puyang yang lebih optimal.
Lihat Juga: Seleksi Mandiri Skor UTBK di UM Dibuka hingga 22 Juli, Ini 10 Prodi dengan Daya Tampung Terbanyak
(mpw)