Tantangan Pendidikan Era Generasi 'Z' dan Milenial
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saat ini Indonesia tengah memperoleh Bonus Demografi (Demographic Dividend). Bonus demografi adalah potensi pertumbuhan ekonomi yang tercipta akibat perubahan struktur umur penduduk, dimana proporsi usia Produktif (15-65 tahun) lebih besar daripada proporsi usia Nonproduktif (0-14 tahun dan >65 tahun).
Dalam bonus demografi yang dialami Indonesia ini, diperkirakan memiliki angka ketergantungan (dependency ratio berkisar antara 0,4-0,5), jadi dapat dikatakan bahwa setiap 100 orang usia produktif menanggung 40-50 orang usia Non produktif. Dan ini akan berlangsung dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2035.
"Perlu kita ketahui bersama, bahwa bonus Demografi bukanlah sesuatu yang dapat terjadi berulang dinikmati oleh suatu negara. Tetapi bonus demografi ini suatu situasi yang hanya terjadi sekali dalam sejarah suatu bangsa," kata Dosen FEIS Universitas Bakrie Jakarta , Dr. Hermiyetti, SE.,MSi.,CSRA dalam keterangan pers, Sabtu (11/9/2021).
Menurut rumusan United Nations Population Fund (UNFPA), suatu negara dapat menikmati bonus demografi apabila setiap orang menikmati kesehatan yang baik, pendidikan yang berkualitas, pekerjaan yang layak, dan kemandirian anak muda (usia produktif) yang dipadukan dengan kebijakan negara yang baik dan tepat.
Menurut data yang dirilis BPS, berdasar hasil sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,20 juta jiwa, dengan persentase penduduk usia produktif (15–64 tahun) sebesar 70,72 persen dari total populasi pada tahun 2020, dan penduduk usia nonproduktif (0–14 tahun dan 65 tahun ke atas) sebesar 29,28%.
"Tentu ini selain sebagai peluang emas Indonesia untuk ke depan berkembang menjadi negara maju sepanjang kita dapat memanage dan mengelola sumber daya manusia yang sangat besar dan potensial itu secara baik dan benar, juga ada tantangannya bagaimana kebijakan negara dalam hal ini sektor pendidikan merespon tumbuh kembangnya generasi baru tersebut," terangnya.
Klasifikasi Generasi
Dalam terminologi sosial, ada beberapa istilah sebutan untuk klasifikasi generasi muda, yaitu sebagai berikut:
1. Baby boomer, yaitu generasi yang lahir setelah perang dunia kedua, antara tahun 1945 dan pertengahan 1960-an
2. Generasi X atau GenX, yaitu: generasi yang lahir dari baby boomer, antara pertengahan 1960-an dan awal 1980-an
3. Generasi Y atau GenY, yaitu Generasi yang lahir di era komputer, antara 1980 dan 1995
4. Generasi Z atau GenZ, yaitu generasi yang lahir di era Internet dan sekitar abad ke-21, antara 1995 dan 2010
5. Generasi Alfa atau Genalfa, adalah generasi yang lahir di era ponsel cerdas, setelah tahun 2010
Dari klasifikasi keberadaan generasi muda tersebut, terdapat beberapa ciri dan perbedaan kebiasaan atau perilaku generasinya. Sehingga untuk membuat kebijakan dan mengambil keputusan dalam konteks pendidikan idealnya dapat menyesuaikan secara sosiologis karakteristik dari keberadaan generasi tersebut.
Adapun generasi muda Indonesia yang mewarnai keberadaan bonus demografi, berdasar hasil Sensus Penduduk 2020, adalah generasi Milenial yang lahir pada tahun 1981 – 1996 sebanyak 25,87 persen, dan 'Generasi Z' yang lahir pada tahun 1997–2012 sebanyak 27,94 persen dari total populasi penduduk Indonesia 270,20 juta jiwa.
Kedua, generasi ini termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Fenomena Sosial
Fenomena saat ini, Indonesia sedang berada di pusaran Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, karenanya dampak perubahan sosiologis maupun antropologis sebagai konsekuensi memasuki era ini, haruslah di cermati dengan seksama.
Selain tentang generasi yang mewarnai era ini, juga yang harus direspons dengan baik adalah kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat.
"Seperti kita ketahui bersama, bahwa era Revolusi Industri 4.0 adalah merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi, dimana konsep penerapannya berpusat pada konsep otomatisasi yang dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya," jelas Dr. Hermiyetti.
Ada tiga karakter utama era revolusi industri 4.0 bila dibandingkan dengan era sebelumnya yaitu: inovasi, otomasi dan transfer informasi, yang tentu sangat berbeda dengan era sebelumnya, yaitu :
1) Inovasi, Semua bidang kehidupan yang berpacu menghasilkan ragam inovasi cipta dan karya untuk mempermudah kehidupan.
2) Otomasi. Banyak bidang pekerjaan yang mengubah dan mengurangi peran manusia dan digantikan penggunaan peran mesin
3) Transformasi informasi terjadi secara cepat karena dukungan internet dengan Kapasitas penampungan data semakin besar tetapi ukurannya semakin kecil.
Jadi kekuatan utamanya dalam era revolusi industri 4.0 adalah data dan informasi.
Begitu juga Society 5.0 atau Masyarakat 5.0 adalah teknologi masyarakat yang berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Thing (IoT) untuk menyelesaikan masalah sosial yang terintegrasi pada ruang dunia maya dan nyata.
Dalam konsep Society 5.0 ini mengusung keseimbangan dalam 5 unsur utama yang ada dalam kehidupan seorang manusia, yaitu; Emosional, Intelektual, Fisikal, Sosial, dan; Spiritualitas.
Jadi konsepsi Society 5.0 mengusulkan untuk memajukan potensi hubungan individu dengan teknologi dalam mendorong peningkatan kualitas hidup semua orang melalui masyarakat super pintar (super smart society) (Serpa & Ferreira, 2018).
Peluang Dunia Kerja
Terjadinya perubahan sosial yang begitu cepat dan mendasar dalam revolusi industri 4.0 dan Society 5.0, juga akan berdampak hilangnya beberapa profesi pekerjaan lama yang akan digantikan oleh jenis pekerjaan baru di era tersebut.
Seperti yang di sampaikan oleh, World Economic Forum (WEF) pada akhir tahun 2020 yang merilis laporan The Future Jobs yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang diprediksi akan menjadi pekerjaan yang prospektif mulai tahun 2025 nanti. Dan menurut prediksi WEF, di tahun 2025 nanti diperkirakan ada 85 juta pekerjaan yang selama ini ditangani manusia akan digantikan mesin.
Sedangkan dalam kontes profesi aparatur sipil negara (ASN) atau PNS, menurut Plt Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana, memprediksi 75 persen bisa punah dalam 5 sampai 10 tahun ke depan. Hal itu disebabkan oleh disrupsi yang tidak bisa dibendung.
Melihat fenomena sosial ini, yang mungkin akan terjadi ke depan, maka sudah seharusnya dunia pendidikan juga melakukan penyesuaian terhadap tantangan perubahan yang akan segera terjadi dan tak terhindarkan.
Tentu saja ada beberapa bidang pendidikan dan keilmuan secara filosofis tidak berubah, tetapi dalam implementasi teknis mungkin dipaksa berubah oleh arus zaman yang dijanlani oleh generasi milenial dan generasi “Z” itu.
Tantangan Generasi Milenial dan Generasi Z
Generasi Milenial adalah sebutan yang berkaitan dengan istilah milenium yakni penyebutan hitungan untuk setiap Seribu Tahun. Saat ini kita berada di Milenium yang kedua sejak tahun 2000.
Menurut para ahli bahwa generasi Milenial, adalah Kelompok anak-anak yang lahir pada awal 1980-an sebagai awal kelahiran, dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Generasi milenial juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y.
Karakteristik Generasi Milenial
Adapun karakteristik dari generasi milenial dapat dicirikan yaitu, antara lain sebagai berikut:
1) Gadget menjadi prioritas utama kebutuhan; 2) Eksistensialis yang dicirikan suka Selfie dan Wefie and Share; 3) Multitasking; 4) Cinta Kebebasan; 5) Suka yang serba Instan; 6) Cepat bosan; 7) Memilih Pengalaman Daripada Aset,
Sedangkan Generasi Z atau GenZ, yaitu generasi yang lahir di era Internet, antara 1995 dan 2010, mempunyai karakteristik, antara lain sebagai berikut:
yaitu :
1) Bekerja keras untuk memastikan pendapatan yang stabil sepanjang hidup mereka.
2) Lebih banyak mengakses media sosial, tapi lebih sedikit berbagi tentang diri mereka sendiri di depan publik
3) Sangat paham tentang harga barang kebutuhan mereka, karena terbiasa melakukan komparasi harga barang secara online
4) Terlatih membuat perencanaan keuangan
Dengan memiliki latar belakang dan ciri yang berbeda antara generasi Milenial dan generasi Z, tapi kedepan mereka menghadapi persoalan peluang dan tantangan yang mungkin relatif sama, karena kedepan paling tidak ada 10 Jenis pekerjaan yang mungkin akan menjadi primadona profesi pada saat itu.
Adapun ke 10 Profesi itu antara lain adalah :
1. Data analyst and data scientist. Data analyst bertugas mengolah data dan menyajikan data yang tersedia. Sedangkan data scientist mencari cara untuk mendapatkan data dan menganalisisnya untuk digunakan oleh analis.
2. Spesialis AI and Machine Learning (artificial intelligence (AI) and machine learning specialist) Memprogram mesin atau komputer yang dapat melakukan pekerjaan dan belajar seperti manusia, bahkan mungkin dapat lebih baik dari hasil pekerjaan manusia.
3. Big Data Specialist, yaitu Memproses data yang volumenya sangat besar yang tumbuh secara eksponensial seiring berjalannya waktu. Baca juga: 5 Jurusan Kuliah IPA Sepi Peminat, tetapi Berprospek Cerah
4. Digital Marketing and Strategy Specialist, yaitu Menyusun dan menjalankan strategi penjualan secara digital.
5. Process Automation Specialist, yaitu Menggunakan teknologi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang berulang yang bisa menggantikan pekerjaan manual.
6. Business Development Professionals, yaitu mencari strategi agar bisnis perusahaan bisa terus tumbuh dalam jangka panjang.
7. Digital Transformation Specialist, yaitu Menerapkan teknologi yang ada dan yang akan dayang untuk membuat perusahaan semakin berkembang dan kompetitif.
8. Information Security Analyst, yaitu Bertugas memantau dan melindungi data dan informasi penting perusahaan menggunakan perangkat lunak, seperti firewall dan program enskripsi data.
9. Software and Application Developer, yaitu gadget seperti laptop dan smartphone telah menjadi kebutuhan utama bagi sebagian besar masyarakat masa kini. Maka, kebutuhan lulusan yang ahli untuk mengembangkan perangkat lunak semakin dibutuhkan.
10. Internet of Things Specialist, yaitu Merancang dan membuat alat-alat yang terkoneksi dan beroperasi dengan jaringan internet.
Berdasarkan data dan uraian di atas, inilah pada hakekatnya tantangan dunia pendidikan dalam memfasilitasi generasi milenial dan generasi Z dari sisi pendidikan untuk dapat merespon perubahan dan kemajuan dari fenomena di era revolusi Industri 4.0 maupun Society 5.0 tersebut.
Artikel ini ditulis:
Dr Hermiyetti, SE, MSi, CSRA
Dosen FEIS Universitas Bakrie, Jakarta
Dalam bonus demografi yang dialami Indonesia ini, diperkirakan memiliki angka ketergantungan (dependency ratio berkisar antara 0,4-0,5), jadi dapat dikatakan bahwa setiap 100 orang usia produktif menanggung 40-50 orang usia Non produktif. Dan ini akan berlangsung dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2035.
"Perlu kita ketahui bersama, bahwa bonus Demografi bukanlah sesuatu yang dapat terjadi berulang dinikmati oleh suatu negara. Tetapi bonus demografi ini suatu situasi yang hanya terjadi sekali dalam sejarah suatu bangsa," kata Dosen FEIS Universitas Bakrie Jakarta , Dr. Hermiyetti, SE.,MSi.,CSRA dalam keterangan pers, Sabtu (11/9/2021).
Menurut rumusan United Nations Population Fund (UNFPA), suatu negara dapat menikmati bonus demografi apabila setiap orang menikmati kesehatan yang baik, pendidikan yang berkualitas, pekerjaan yang layak, dan kemandirian anak muda (usia produktif) yang dipadukan dengan kebijakan negara yang baik dan tepat.
Menurut data yang dirilis BPS, berdasar hasil sensus Penduduk 2020, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,20 juta jiwa, dengan persentase penduduk usia produktif (15–64 tahun) sebesar 70,72 persen dari total populasi pada tahun 2020, dan penduduk usia nonproduktif (0–14 tahun dan 65 tahun ke atas) sebesar 29,28%.
"Tentu ini selain sebagai peluang emas Indonesia untuk ke depan berkembang menjadi negara maju sepanjang kita dapat memanage dan mengelola sumber daya manusia yang sangat besar dan potensial itu secara baik dan benar, juga ada tantangannya bagaimana kebijakan negara dalam hal ini sektor pendidikan merespon tumbuh kembangnya generasi baru tersebut," terangnya.
Klasifikasi Generasi
Dalam terminologi sosial, ada beberapa istilah sebutan untuk klasifikasi generasi muda, yaitu sebagai berikut:
1. Baby boomer, yaitu generasi yang lahir setelah perang dunia kedua, antara tahun 1945 dan pertengahan 1960-an
2. Generasi X atau GenX, yaitu: generasi yang lahir dari baby boomer, antara pertengahan 1960-an dan awal 1980-an
3. Generasi Y atau GenY, yaitu Generasi yang lahir di era komputer, antara 1980 dan 1995
4. Generasi Z atau GenZ, yaitu generasi yang lahir di era Internet dan sekitar abad ke-21, antara 1995 dan 2010
5. Generasi Alfa atau Genalfa, adalah generasi yang lahir di era ponsel cerdas, setelah tahun 2010
Dari klasifikasi keberadaan generasi muda tersebut, terdapat beberapa ciri dan perbedaan kebiasaan atau perilaku generasinya. Sehingga untuk membuat kebijakan dan mengambil keputusan dalam konteks pendidikan idealnya dapat menyesuaikan secara sosiologis karakteristik dari keberadaan generasi tersebut.
Adapun generasi muda Indonesia yang mewarnai keberadaan bonus demografi, berdasar hasil Sensus Penduduk 2020, adalah generasi Milenial yang lahir pada tahun 1981 – 1996 sebanyak 25,87 persen, dan 'Generasi Z' yang lahir pada tahun 1997–2012 sebanyak 27,94 persen dari total populasi penduduk Indonesia 270,20 juta jiwa.
Kedua, generasi ini termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Fenomena Sosial
Fenomena saat ini, Indonesia sedang berada di pusaran Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0, karenanya dampak perubahan sosiologis maupun antropologis sebagai konsekuensi memasuki era ini, haruslah di cermati dengan seksama.
Selain tentang generasi yang mewarnai era ini, juga yang harus direspons dengan baik adalah kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat.
"Seperti kita ketahui bersama, bahwa era Revolusi Industri 4.0 adalah merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi, dimana konsep penerapannya berpusat pada konsep otomatisasi yang dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya," jelas Dr. Hermiyetti.
Ada tiga karakter utama era revolusi industri 4.0 bila dibandingkan dengan era sebelumnya yaitu: inovasi, otomasi dan transfer informasi, yang tentu sangat berbeda dengan era sebelumnya, yaitu :
1) Inovasi, Semua bidang kehidupan yang berpacu menghasilkan ragam inovasi cipta dan karya untuk mempermudah kehidupan.
2) Otomasi. Banyak bidang pekerjaan yang mengubah dan mengurangi peran manusia dan digantikan penggunaan peran mesin
3) Transformasi informasi terjadi secara cepat karena dukungan internet dengan Kapasitas penampungan data semakin besar tetapi ukurannya semakin kecil.
Jadi kekuatan utamanya dalam era revolusi industri 4.0 adalah data dan informasi.
Begitu juga Society 5.0 atau Masyarakat 5.0 adalah teknologi masyarakat yang berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Thing (IoT) untuk menyelesaikan masalah sosial yang terintegrasi pada ruang dunia maya dan nyata.
Dalam konsep Society 5.0 ini mengusung keseimbangan dalam 5 unsur utama yang ada dalam kehidupan seorang manusia, yaitu; Emosional, Intelektual, Fisikal, Sosial, dan; Spiritualitas.
Jadi konsepsi Society 5.0 mengusulkan untuk memajukan potensi hubungan individu dengan teknologi dalam mendorong peningkatan kualitas hidup semua orang melalui masyarakat super pintar (super smart society) (Serpa & Ferreira, 2018).
Peluang Dunia Kerja
Terjadinya perubahan sosial yang begitu cepat dan mendasar dalam revolusi industri 4.0 dan Society 5.0, juga akan berdampak hilangnya beberapa profesi pekerjaan lama yang akan digantikan oleh jenis pekerjaan baru di era tersebut.
Seperti yang di sampaikan oleh, World Economic Forum (WEF) pada akhir tahun 2020 yang merilis laporan The Future Jobs yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang diprediksi akan menjadi pekerjaan yang prospektif mulai tahun 2025 nanti. Dan menurut prediksi WEF, di tahun 2025 nanti diperkirakan ada 85 juta pekerjaan yang selama ini ditangani manusia akan digantikan mesin.
Sedangkan dalam kontes profesi aparatur sipil negara (ASN) atau PNS, menurut Plt Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Bima Haria Wibisana, memprediksi 75 persen bisa punah dalam 5 sampai 10 tahun ke depan. Hal itu disebabkan oleh disrupsi yang tidak bisa dibendung.
Melihat fenomena sosial ini, yang mungkin akan terjadi ke depan, maka sudah seharusnya dunia pendidikan juga melakukan penyesuaian terhadap tantangan perubahan yang akan segera terjadi dan tak terhindarkan.
Tentu saja ada beberapa bidang pendidikan dan keilmuan secara filosofis tidak berubah, tetapi dalam implementasi teknis mungkin dipaksa berubah oleh arus zaman yang dijanlani oleh generasi milenial dan generasi “Z” itu.
Tantangan Generasi Milenial dan Generasi Z
Generasi Milenial adalah sebutan yang berkaitan dengan istilah milenium yakni penyebutan hitungan untuk setiap Seribu Tahun. Saat ini kita berada di Milenium yang kedua sejak tahun 2000.
Menurut para ahli bahwa generasi Milenial, adalah Kelompok anak-anak yang lahir pada awal 1980-an sebagai awal kelahiran, dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Generasi milenial juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y.
Karakteristik Generasi Milenial
Adapun karakteristik dari generasi milenial dapat dicirikan yaitu, antara lain sebagai berikut:
1) Gadget menjadi prioritas utama kebutuhan; 2) Eksistensialis yang dicirikan suka Selfie dan Wefie and Share; 3) Multitasking; 4) Cinta Kebebasan; 5) Suka yang serba Instan; 6) Cepat bosan; 7) Memilih Pengalaman Daripada Aset,
Sedangkan Generasi Z atau GenZ, yaitu generasi yang lahir di era Internet, antara 1995 dan 2010, mempunyai karakteristik, antara lain sebagai berikut:
yaitu :
1) Bekerja keras untuk memastikan pendapatan yang stabil sepanjang hidup mereka.
2) Lebih banyak mengakses media sosial, tapi lebih sedikit berbagi tentang diri mereka sendiri di depan publik
3) Sangat paham tentang harga barang kebutuhan mereka, karena terbiasa melakukan komparasi harga barang secara online
4) Terlatih membuat perencanaan keuangan
Dengan memiliki latar belakang dan ciri yang berbeda antara generasi Milenial dan generasi Z, tapi kedepan mereka menghadapi persoalan peluang dan tantangan yang mungkin relatif sama, karena kedepan paling tidak ada 10 Jenis pekerjaan yang mungkin akan menjadi primadona profesi pada saat itu.
Adapun ke 10 Profesi itu antara lain adalah :
1. Data analyst and data scientist. Data analyst bertugas mengolah data dan menyajikan data yang tersedia. Sedangkan data scientist mencari cara untuk mendapatkan data dan menganalisisnya untuk digunakan oleh analis.
2. Spesialis AI and Machine Learning (artificial intelligence (AI) and machine learning specialist) Memprogram mesin atau komputer yang dapat melakukan pekerjaan dan belajar seperti manusia, bahkan mungkin dapat lebih baik dari hasil pekerjaan manusia.
3. Big Data Specialist, yaitu Memproses data yang volumenya sangat besar yang tumbuh secara eksponensial seiring berjalannya waktu. Baca juga: 5 Jurusan Kuliah IPA Sepi Peminat, tetapi Berprospek Cerah
4. Digital Marketing and Strategy Specialist, yaitu Menyusun dan menjalankan strategi penjualan secara digital.
5. Process Automation Specialist, yaitu Menggunakan teknologi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang berulang yang bisa menggantikan pekerjaan manual.
6. Business Development Professionals, yaitu mencari strategi agar bisnis perusahaan bisa terus tumbuh dalam jangka panjang.
7. Digital Transformation Specialist, yaitu Menerapkan teknologi yang ada dan yang akan dayang untuk membuat perusahaan semakin berkembang dan kompetitif.
8. Information Security Analyst, yaitu Bertugas memantau dan melindungi data dan informasi penting perusahaan menggunakan perangkat lunak, seperti firewall dan program enskripsi data.
9. Software and Application Developer, yaitu gadget seperti laptop dan smartphone telah menjadi kebutuhan utama bagi sebagian besar masyarakat masa kini. Maka, kebutuhan lulusan yang ahli untuk mengembangkan perangkat lunak semakin dibutuhkan.
10. Internet of Things Specialist, yaitu Merancang dan membuat alat-alat yang terkoneksi dan beroperasi dengan jaringan internet.
Berdasarkan data dan uraian di atas, inilah pada hakekatnya tantangan dunia pendidikan dalam memfasilitasi generasi milenial dan generasi Z dari sisi pendidikan untuk dapat merespon perubahan dan kemajuan dari fenomena di era revolusi Industri 4.0 maupun Society 5.0 tersebut.
Artikel ini ditulis:
Dr Hermiyetti, SE, MSi, CSRA
Dosen FEIS Universitas Bakrie, Jakarta
(mpw)