Profil Prof Adi Utarini, Peneliti UGM yang Masuk 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia
loading...
A
A
A
Kiprahnya pun tidak hanya mendapat pengakuan dari luar negeri. Di dalam negeri, upayanya untuk mengendalikan DBD di Indonesia juga mengantarnya mendapatkan Habibie Award 2019 di bidang ilmu kedokteran dan bioteknologi.
Kini, masuknya Prof Uut dalam daftar 100 pioner berpengaruh dunia 2021 pun mendapat apresiasi dari Rektor UGM Prof Panut Mulyono. Rektor mengatakan, masuknya Prof Adi Utarini dalam daftar 100 pioner berpengaruh dunia 2021, tentu menjadi kebangaan bagi UGM.
Sebab, kiprahnya lewat penelitian dalam memberantas penyakit demam berdarah yang diaplikasikan tim WMP bukan hanya dapat menurunkan kasus demam berdarah di Yogyakarta sampai 77% namun juga diakui dunia.“Kami mengucapkan selamat kepada Prof Uut, kami sangat senang dan bangga,” katanya, Kamis (16/9/2021).
Panut pun berharap hasil penelitian tersebut dapat dikloning dan diterapkan di daerah-daerah lain di Indonesia, sehingga secara nasional dapat menurunkan kasus demam berdarah. Untuk itu, perlu sinergi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pemda di Indonesia, untuk program ini.
“UGM sendiri memfasilitasi tempat, baik uji maupun laboratorium serta bekerjasama dengan mitra untuk kegiatan penelitian,” paparnya.
Kini, masuknya Prof Uut dalam daftar 100 pioner berpengaruh dunia 2021 pun mendapat apresiasi dari Rektor UGM Prof Panut Mulyono. Rektor mengatakan, masuknya Prof Adi Utarini dalam daftar 100 pioner berpengaruh dunia 2021, tentu menjadi kebangaan bagi UGM.
Sebab, kiprahnya lewat penelitian dalam memberantas penyakit demam berdarah yang diaplikasikan tim WMP bukan hanya dapat menurunkan kasus demam berdarah di Yogyakarta sampai 77% namun juga diakui dunia.“Kami mengucapkan selamat kepada Prof Uut, kami sangat senang dan bangga,” katanya, Kamis (16/9/2021).
Panut pun berharap hasil penelitian tersebut dapat dikloning dan diterapkan di daerah-daerah lain di Indonesia, sehingga secara nasional dapat menurunkan kasus demam berdarah. Untuk itu, perlu sinergi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Pemda di Indonesia, untuk program ini.
“UGM sendiri memfasilitasi tempat, baik uji maupun laboratorium serta bekerjasama dengan mitra untuk kegiatan penelitian,” paparnya.
(mpw)