Kaum Milenial Harus Berani Jadi Agen Perubahan dan Ciptakan Sejarah Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saat ini, generasi muda atau Milenial diharapkan menjadi Game Changer atau agen perubahan dengan membuat inovasi dan berbagai perubahan positif baru. Selain itu, kalangan ini juga mampu menciptakan peluang dengan merubah berbagai tantangan atau masalah menjadi sebuah inovasi yang diyakini akan mampu mendorong terjadinya transformasi dunia ke arah yang lebih baik.
“Generasi muda atau milenial satu hal yang bakal terjadi mereka memiliki peluang besar menjadi game changer , dalam artian pengubah sejarah, pengubah situasi, punya peluang menciptakan sejarah-sejarah baru bagi bangsa ini,” kataWakil Rektor 3 London School of Public Relations (LSPR) Jakarta Taufan Teguh Akbari, Ph.D di Jakarta, Sabtu (2/10/2021).
Menurutnya, survei BPS Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 lalu bahwa jumlah usia produktif yang terdiri dari lintas generasi tersebut, baik generasi Y, milenial, dan Alfa, jumlahnya hampir 180 juta sendiri. Sisanya, baru generasi boomer, maupun generasi X dan lain-lain.
Namun, ini hanyalah angka yang belum tentu berbanding lurus dengan kualitas dan tidak ada jaminan Indonesia bisa besar sama seperti jumlah rakyatnya. Oleh Karena itu, dirinya selalu bilang dari ratusan juta anak muda ini, pihaknya hanya berfokus sama mereka-mereka yang memiliki kompetensi, bisa, mau dan ingin melakukan kesuatu.
Dalam artian, dirinya selalu pakai prinsip pareto, sebuah prinsip yang percaya bahwa 80% hasil dari kinerja seseorang merupakan buah dari 20% upaya yang telah dilakukan. “Karena yang 20 ini akan menggerakan yang 80. Kalau bicara kenapa anak-anak muda punya kesempatan untuk mengubah bangsa ini, karena juga dibarengi dengan momentum kebangkitan bagai macam trobosan-trobosan digital,” terangnya.
Kuncinya adalah percepatan, membuat sesuatu menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan dinamis dari sebelumnya. Ada yang mengatakan kalau anak muda sukanya yang instan sehingga mengindahkan proses. Menurutnya, hal tersebut tidak salah. Secara karakteristik diakuinya iya, tapi yang lebih tepat adalah anak muda itu cepat dan efisien.
“Mereka tetap menghargai proses. Di setiap rangkaian keberhasilan itu ada proses yang harus mereka lalui, mereka selalu berfikir bagaimana proses yang tadinya sulit menjadi mudah dan sederhana. Sebab, karakteristik mereka adalah cepat dan efisien,” kata Founder Rumah Millennials tersebut.
Dosen LSPR Jakarta ini juga mengaku tidak begitu setuju dengan istilah demografi, tapi setuju dengan istilah peluang. Sebab, kalau bicara peluang, itu ada. Kalau kapabilitas angkatan kerja Indonesia bagus, maka akan melesat menjadi negara maju dengan angkatan kerja dan angkatan muda produktif. Atau kalau salah langkah, salah treatmen, salah arah, maka akan semakin terpuruk.
Taufan berharap legislatif dan eksekutif bisa lebih memaksimalkan peran dan tanggung jawab mereka dalam ranah kebijakan publik, yakni kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada narasi kepemudaan. Yakni, kebijakan-kebijakan yang mengedepankan Aksesibilitas juga pembinaan terhadap anak-anak muda. Pancasila yang menjadi fundamentalnya dan narasi yang paling kuat.
Senada dengan Taufan, Ketua DPR Puan Maharani menegaskan, lembaganya akan terus mendukung generasi milenial untuk berperan lebih besar dalam usaha mencapai kemajuan bersama. Terutama dalam persiapan menghadapi bonus demografi pada satu dekade ke depan.
“Kami ingin saat bonus demografi terjadi, angkatan kerja Indonesia didominasi pemuda yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing. Sehingga mampu menggerakkan perekonomian dengan cara-cara yang kreatif,” kata Puan di Jakarta.
Menurut Puan, inovasi dan kreativitas adalah salah satu kunci untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks. Selain itu, generasi muda juga harus terbuka pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan akar sejarah dan budaya Indonesia.
Ketua DPP PDIP ini juga meminta para pemuda untuk terus meng-upgrade dirinya dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Sehingga, akan menjadi generasi yang relevan di segala zaman,” ujarnya.
Tak lupa, Puan meminta generasi muda mengingat pesan Bung Karno agar terus berpikir dan berimajinasi agar mempunyai konsepsi besar, mempunyai keberanian dan terus berdinamika. “Mereka yang mempunyai imaginasi akan menjadi penentu sejarah,” pesannya.
Lihat Juga: Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Paling Besar Dialami Generasi Muda
“Generasi muda atau milenial satu hal yang bakal terjadi mereka memiliki peluang besar menjadi game changer , dalam artian pengubah sejarah, pengubah situasi, punya peluang menciptakan sejarah-sejarah baru bagi bangsa ini,” kataWakil Rektor 3 London School of Public Relations (LSPR) Jakarta Taufan Teguh Akbari, Ph.D di Jakarta, Sabtu (2/10/2021).
Menurutnya, survei BPS Badan Pusat Statistik (BPS) 2020 lalu bahwa jumlah usia produktif yang terdiri dari lintas generasi tersebut, baik generasi Y, milenial, dan Alfa, jumlahnya hampir 180 juta sendiri. Sisanya, baru generasi boomer, maupun generasi X dan lain-lain.
Namun, ini hanyalah angka yang belum tentu berbanding lurus dengan kualitas dan tidak ada jaminan Indonesia bisa besar sama seperti jumlah rakyatnya. Oleh Karena itu, dirinya selalu bilang dari ratusan juta anak muda ini, pihaknya hanya berfokus sama mereka-mereka yang memiliki kompetensi, bisa, mau dan ingin melakukan kesuatu.
Dalam artian, dirinya selalu pakai prinsip pareto, sebuah prinsip yang percaya bahwa 80% hasil dari kinerja seseorang merupakan buah dari 20% upaya yang telah dilakukan. “Karena yang 20 ini akan menggerakan yang 80. Kalau bicara kenapa anak-anak muda punya kesempatan untuk mengubah bangsa ini, karena juga dibarengi dengan momentum kebangkitan bagai macam trobosan-trobosan digital,” terangnya.
Kuncinya adalah percepatan, membuat sesuatu menjadi lebih mudah, lebih cepat, dan dinamis dari sebelumnya. Ada yang mengatakan kalau anak muda sukanya yang instan sehingga mengindahkan proses. Menurutnya, hal tersebut tidak salah. Secara karakteristik diakuinya iya, tapi yang lebih tepat adalah anak muda itu cepat dan efisien.
“Mereka tetap menghargai proses. Di setiap rangkaian keberhasilan itu ada proses yang harus mereka lalui, mereka selalu berfikir bagaimana proses yang tadinya sulit menjadi mudah dan sederhana. Sebab, karakteristik mereka adalah cepat dan efisien,” kata Founder Rumah Millennials tersebut.
Dosen LSPR Jakarta ini juga mengaku tidak begitu setuju dengan istilah demografi, tapi setuju dengan istilah peluang. Sebab, kalau bicara peluang, itu ada. Kalau kapabilitas angkatan kerja Indonesia bagus, maka akan melesat menjadi negara maju dengan angkatan kerja dan angkatan muda produktif. Atau kalau salah langkah, salah treatmen, salah arah, maka akan semakin terpuruk.
Taufan berharap legislatif dan eksekutif bisa lebih memaksimalkan peran dan tanggung jawab mereka dalam ranah kebijakan publik, yakni kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada narasi kepemudaan. Yakni, kebijakan-kebijakan yang mengedepankan Aksesibilitas juga pembinaan terhadap anak-anak muda. Pancasila yang menjadi fundamentalnya dan narasi yang paling kuat.
Senada dengan Taufan, Ketua DPR Puan Maharani menegaskan, lembaganya akan terus mendukung generasi milenial untuk berperan lebih besar dalam usaha mencapai kemajuan bersama. Terutama dalam persiapan menghadapi bonus demografi pada satu dekade ke depan.
“Kami ingin saat bonus demografi terjadi, angkatan kerja Indonesia didominasi pemuda yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing. Sehingga mampu menggerakkan perekonomian dengan cara-cara yang kreatif,” kata Puan di Jakarta.
Menurut Puan, inovasi dan kreativitas adalah salah satu kunci untuk menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks. Selain itu, generasi muda juga harus terbuka pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan akar sejarah dan budaya Indonesia.
Ketua DPP PDIP ini juga meminta para pemuda untuk terus meng-upgrade dirinya dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Sehingga, akan menjadi generasi yang relevan di segala zaman,” ujarnya.
Tak lupa, Puan meminta generasi muda mengingat pesan Bung Karno agar terus berpikir dan berimajinasi agar mempunyai konsepsi besar, mempunyai keberanian dan terus berdinamika. “Mereka yang mempunyai imaginasi akan menjadi penentu sejarah,” pesannya.
Lihat Juga: Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Paling Besar Dialami Generasi Muda
(mpw)