Tokoh Sejarah Ajak Generasi Muda Amalkan Nilai-nilai Pancasila yang Mulai Terkikis

Selasa, 12 Oktober 2021 - 21:34 WIB
loading...
Tokoh Sejarah Ajak Generasi Muda Amalkan Nilai-nilai Pancasila yang Mulai Terkikis
Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Sumardiansyah Perdana Kusuma. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia ( AGSI ) Sumardiansyah Perdana Kusuma menilai, peryataan Ketua DPR Puan Maharani yang mengatakan jangan sekali-kali meninggalkan sejarah atau ‘jas merah’ sangat tepat. Peryataan itu adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada HUT Republik Indonesia pada 17 Agustus 1966.

“Namun, sebagai Ketua DPR jangan hanya retorika politik yang dikedepankan, melainkan mengajak para elit legislative dan eksekutif agar menjadi teladan bagi masyarakat, khususnya generasi muda , dengan bercermin dari para pendiri bangsa,” kata Sumardiansyah di Jakarta, Selasa (12/10/2021).



Sebelumnya, Ketua DPR Puan Maharani mengimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk selalu menanamkan prinsip 'jas merah' atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Menurut Puan, prinsip jas merah memang dikenalkan oleh Presiden Soekarno dan berlaku sepanjang masa. Menurutnya, bangsa yang besar bisa selalu belajar dari masa lalunya. Hal ini termasuk mengakui kekurangan dan berani untuk melakukan perbaikan demi masa depan yang semakin baik.

Sumardiansyah berpandangan, kesadaran sejarah yang memuat memori kolektif generasi muda sebagai bangsa harus disadari sebagai identitas dan alat pemersatu. Kesadaran ini bisa dibangun dari budaya literasi, diskusi, dan penelitian yang mengarahkan kepada keterampilan berpikir.

“Strategi pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru sejarah adalah model blanded melalui penggunaan ragam metode dan media pembelajaran yang aktif, menyenangkan, serta bermakna,” kata alumni Prodi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNJ angkatan 2014 tersebut.



Dia melanjutkan, sejarah bisa ditampilkan melalui berbagai cara mulai dari pembuatan infografis, videografis, maket, poadcast, film, novel, komik, dan pameran. Informasi kesejarahan juga tidak hanya terpaku dari buku teks, melainkan sumber-sumber lain seperti buku referensi, jurnal ilmiah, surat kabar, dan arsip.

Bahkan di tengah perkembangan digital informasi kesejarahan juga bisa diperoleh dari internet dan media sosial. “Nilai-nilai Pancasila yang digali dari para pendiri bangsa harus bisa dikemas secara menarik melalui sentuhan teknologi animasi kekinian seperti penggunaan augmented reality (AR) dan Artificial Intellegence (AI) yang juga dikampanyekan secara aktif melalui media social,” terangnya.

Selain itu, lanjut Sumardiansyah, faktor keteladanan yang hadir dari lingkungan sekitar generasi muda yang memberikan contoh praktik Pancasila dalam tindakan, merupakan kunci dari pengarusutamaan Pancasila dalam kehidupan generasi muda Indonesia.

Soekarno dikenal sebagai tokoh revolusioner yang sangat mencintai bangsa dan negaranya. Ia juga sangat mengedepankan persatuan nasional. Sukarno adalah role model dari sisi literasi dan orasi. Kemampuan menulis dan berbicara mampu mempengaruhi orang banyak karena sarat dengan substansi pemikiran, nilai, dan falsafah perjuangan.

Republik Indonesia yang lahir sebagai akibat Proklamasi dan diterimanya Pancasila sebagai Filsafat Ideologi bangsa adalah masterpiece seorang Sukarno, tentu tanpa mengabaikan peran tokoh-tokoh lain yang juga ikut berjuang mendirikan Republik ini.

“Jadi, cara menanamkan nilai-nilai Pancasila harus dibangun dari narasi sejarah yang utuh, mengenai asal usul Pancasila mulai dari kehidupan kebudayaan masyarakat Indonesia yang bahkan sejak awal nenek moyang sudah sarat dengan nilai-nilai Pancasila, sidang BPUPK dan PPKI, sampai perkembangan Pancasila dewasa ini,” pungkasnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1291 seconds (0.1#10.140)