Aplikasi Bacara, Inovasi Mahasiswa untuk Bantu Komunikasi Teman Tuli dan Teman Bisu

Senin, 18 Oktober 2021 - 19:14 WIB
loading...
Aplikasi Bacara, Inovasi...
Dosen Pengembangan Bisnis ITHB yang juga Pembimbing Bacara Maclaurin Hutagalung. Foto/neneng zubaidah
A A A
JAKARTA - Tim mahasiswa dari lintas perguruan tinggi mengembangkan aplikasi Bantu Bicara (Bacara) yang dapat menjembatani komunikasi teman tuli dan teman bisu. Aplikasi ini akan bekerja sebagai platform pembelajaran bahasa isyarat dan translasi bahasa isyarat Indonesia menjadi teks dan audio secara langsung.

Dosen Pengembangan Bisnis Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) yang juga Pembimbing Bacara Maclaurin Hutagalung mengatakan, aplikasi Bacara ini merupakan kerja sama tim mahasiswa yang berasal dari 4 kampus.



Mereka adalah Timotius Haniel dan Thomas Ken Ronaldi dari ITHB, Gita Ayu Salsabila dan Tobias Ivandito Margogo Silalahi dari Universitas Indonesia, Muhammad Rizky Perdana dari Universitas Esa Unggul dan Michelle Octavia Yolanda Sari dari Telkom University.

Maclaurin menuturkan, Bacara digagas karena masih adanya kendala komunikasi antara teman tuli dan teman bisu dengan masyarakat secara umum. Kendala yang kerap melanda ialah lawan bicara mereka tidak memahami bahasa isyarat.

Menurutnya, jumlah teman tuli di dunia berdasarkan data 2019 mencapai 6,07% dari total 7 miliar populasi dunia. Sedangkan di Indonesia sendiri menurut Pusat Data Teknologi dan Informasi pada 2019 ada 2 juta lebih orang tuli dan diperkirakan 5 ribu bayi terlahir tuli setiap tahunnya.



"Di sisi lain data menunjukkan di Indonesia minim juru bahasa isyarat. Data yang kami kumpulkan di Indonesia baru 34 orang juru bahasa isyarat," katanya pada diskusi Kedaireka dan Program Kompetisi Kampus Merdeka Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek, Senin (18/10/2021).

Oleh karena itu, ujar Maclaurin, Bacara hadir sebagai solusi untuk menghilangkan ataupun memperkecil jarak komunikasi antara teman tuli dan teman bisu dengan masyarakat pada umumnya. Sehingga melalui Bacara, peran juru bahasa isyarat dapat digantikan karena bisa menterjemahkan bahasa isyarat Indonesia menjadi tulisan dan suara secara langsung atau realtime.

Dengan Bacara masyarakat bisa mengarahkan kamera ke teman tuli atau teman bisu yang menggunakan bahasa isyarat. Melalui program yang berbasis machine learning, artificial intelligence dan cloud computing maka Bacara akan menghasilkan text translasi dan juga suara sebagai output/hasil translasi bahasa isyarat.

Dia menjelaskan, tim mahasiswa pengembang Bacara sebelumnya adalah peserta program Bangkit 2021 yang diinisasi Google untuk melatih mahasiswa di bidang pembelajaran machine learning, cloud computing dan android mobile development.

Inovasi tim mahasiswa, terangnya, ini telah mendapatkan suntikan dana senilai Rp70 juta dari dunia usaha serta Rp46 juta dari platform Kedaireka yang merupakan program matching fund Kemendikbudrsistek sehingga dia berharap inovasi ini bisa dihilirisasi menjadi produk yang berguna di masyarakat.

Tim menargetkan sekitar November dan Desember aplikasi ini bisa diuji coba untuk melihat tanggapan masyarakat secara langsung. Masukan dari pengguna ini pun bisa menjadi bahan evaluasi sehingga bisa memperbaiki apa yang salah dan memenuhi apa kebutuhan pengguna secara komprehensif.

Dia menjelaskan, untuk proses pengetesan ini ditargetkan sekitar 20 pengguna aktif aplikasi dari teman tuli dan teman bisu, instansi pendidikan SLB 10 pengguna, komunitas 10 pengguna, juga ke kursus bahasa isyarat, pemerintah dan juga 60 pengguna dari masyarakat umum.

"Jadi kenapa masyarakat umum ini banyak karena kami ingin memperkecil jarak komunikasi antara teman dengar dengan teman tuli dan teman bisu," katanya.

Ujicoba ini penting sehingga ketika aplikasi ini resmi diluncurkan maka Bacara bisa lebih mudah digunakan dan lebih memenuhi kebutuhan masyarakat pula.

Dia menjelaskan, timnya juga mendapat mentoring secara langsung dari 2 ahli dari Google. Dimana mereka diajarkan bagaimana praktik baik di Industri untuk diterapkan di kampus dan mentoring secara khusus untuk pengembangan Bacara ini.

Maclaurin menyatakan, bagi mahasiswa pengembangan Bacara ini merupakan salah satu implementasi program Kampus Merdeka agar lebih mahasiswa bisa merasakan pengalaman bekerja di luar kampus dan siap bekerja di dunia industri nantinya.

"Mereka mengumpulkan data, membuat aplikasi dan ujungnya kami harap bisa mendapatkan hak kekayaan intelektual," harapnya.

Sementara bagi dosen, turut serta dalam pengembangan aplikasi ini menjadi cara dosen untuk mengabdikan ilmu khususnya dibidang teknologi informasi.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1792 seconds (0.1#10.140)