Inovatif, Mahasiswa UB Buat Baterai Mobil Listrik dari Tempurung Kelapa
loading...
A
A
A
JAKARTA - 5 mahasiswa Teknik Kimia dari Universitas Brawijaya (UB) menemukan inovasi menarik dengan menyulap tempurung kelapa menjadi baterai mobil listrik.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Aditya Bayu Pratama, Akmal Estu Wijaya, Dyah Nurfitri Solikhah, Erina Azahra Amalia dan Prisma Ardaneshwari Khairina dibimbing Supriyono menemukan alternatif baterai dengan substitusi bahan yang ramah lingkungan.
Melihat kondisi saat ini, sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil pada kendaraan khususnya mobil konvensional menghasilkan gas karbon dioksida melalui proses pembakaran.
Karbon dioksida merupakan zat penangkap cahaya sehingga dapat meningkatkan temperatur pada permukaan bumi sebesar 1,5oC per-tahun. Apabila terjadi peningkatan konsentrasi CO2, sudah dipastikan pemanasan global akan terjadi sehingga berdampak pada iklim yang tidak stabil.
Pada akhirnya akan menyebabkan bencana alam di berbagai wilayah dunia. Meninjau dari hal tersebut, timbul banyak inovasi untuk menekan jumlah emisi karbondioksida salah satunya dengan optimalisasi penggunaan mobil listrik.
Melihat 60% komponen mobil listrik adalah baterai. Maka baterai yang digunakan saat ini adalah lithium ion yang rechargeable (dapat diisi ulang). Baterai lithium-ion memiliki siklus hidup yang panjang, kapasitas penyimpanan yang besar dan tentunya ramah lingkungan. Tetapi memiliki kelemahan karena harganya yang mahal.
Maka dari itu, tim peneliti menggunakan substitusi bahan yang melimpah, luas permukaan dan porinya yang bagus dan berasal dari limbah tempurung kelapa (biochar) untuk digunakan sebagai pengganti grafit pada anoda baterai lithium-ion.
Menurut tim peneliti, adanya penggantian bahan yang awalnya grafit menjadi biochar tempurung kelapa secara ekonomis mampu menurunkan harga baterai lithium-ion yang mahal, bahkan kapasitas simpan spesifiknya yang tinggi (372 mAh/g) dan mampu menghasilkan sel baterai berkerapatan energi tinggi (0.1 A/g).
Kelima mahasiswa tersebut adalah Aditya Bayu Pratama, Akmal Estu Wijaya, Dyah Nurfitri Solikhah, Erina Azahra Amalia dan Prisma Ardaneshwari Khairina dibimbing Supriyono menemukan alternatif baterai dengan substitusi bahan yang ramah lingkungan.
Melihat kondisi saat ini, sebagian besar masih menggunakan bahan bakar fosil pada kendaraan khususnya mobil konvensional menghasilkan gas karbon dioksida melalui proses pembakaran.
Karbon dioksida merupakan zat penangkap cahaya sehingga dapat meningkatkan temperatur pada permukaan bumi sebesar 1,5oC per-tahun. Apabila terjadi peningkatan konsentrasi CO2, sudah dipastikan pemanasan global akan terjadi sehingga berdampak pada iklim yang tidak stabil.
Pada akhirnya akan menyebabkan bencana alam di berbagai wilayah dunia. Meninjau dari hal tersebut, timbul banyak inovasi untuk menekan jumlah emisi karbondioksida salah satunya dengan optimalisasi penggunaan mobil listrik.
Melihat 60% komponen mobil listrik adalah baterai. Maka baterai yang digunakan saat ini adalah lithium ion yang rechargeable (dapat diisi ulang). Baterai lithium-ion memiliki siklus hidup yang panjang, kapasitas penyimpanan yang besar dan tentunya ramah lingkungan. Tetapi memiliki kelemahan karena harganya yang mahal.
Maka dari itu, tim peneliti menggunakan substitusi bahan yang melimpah, luas permukaan dan porinya yang bagus dan berasal dari limbah tempurung kelapa (biochar) untuk digunakan sebagai pengganti grafit pada anoda baterai lithium-ion.
Menurut tim peneliti, adanya penggantian bahan yang awalnya grafit menjadi biochar tempurung kelapa secara ekonomis mampu menurunkan harga baterai lithium-ion yang mahal, bahkan kapasitas simpan spesifiknya yang tinggi (372 mAh/g) dan mampu menghasilkan sel baterai berkerapatan energi tinggi (0.1 A/g).