Literasi Sejak Dini Jadi Kunci Indonesia Maju dan Hebat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keberadaan perpustakaan kini semakin sentral di era teknologi yang kian berkembang maju. Sehingga, Perpustakaan Nasional yang menjadi motor gerakan budaya baca dan literasi tak henti-hentinya mengampanyekan gerakan literasi yang niscaya akan menghasilkan SDM unggul untuk Indonesia maju.
"Di tengah masa pandemi seperti saat ini, literasi sangat ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial," kata Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Deni Kurniadi dalam sesi Live Streaming Talk Show Publik Perpusnas, bertema “Meniti Jalan Literasi Untuk Wujudkan SDM Unggul Indonesia Maju”, yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (7/12/2021).
Menurutnya,di tengah masa pandemi seperti saat ini, ia mengatakan bahwa literasi sangat ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial.
Gerakan literasi berbasis inklusi sosial yang belakangan ini menjadi nadi utama Perpusnas, berdiri di atas empat sendi, yakni tersedianya akses kepada sumber-sumber bahan bacaan terbaru, kemampuan memahami secara tersirat dan tersurat, kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, kreativitas dan inovasi baru, dan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak banyak, sesuai dengan RPJMN 2020-2024.
Menurut Deni, literasi berbasis inklusi sosial sekali lagi menjadi kunci penting, karena melalui Perpusnas, perpustakaan di Indonesia kini tak lagi hanya sekadar menjadi pusat informasi bahan kepustakaan, tapi juga berkontribusi membangun masyarakat berpengetahuan melalui ikhtiar kolektif untuk menumbuhkan tradisi dan budaya baca masyarakat.
“Sebagai pusat ilmu pengetahuan, Perpusnas juga mampu mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat. Juga, perpustakaan pengembangkan potensi literasi masyarakat sesuai dengan kebutuhan setempat. Perpustakaan juga adalah pusat kebudayaan, untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan,” jelasnya.
Ia juga menggarisbawahi bahwa perpustakaan kini juga sudah berkontibusi nyata pada penambahan pendapatan keluarga dan masyarakat melalui sejumlah kegiatan kreasi yang diselenggarakan di setiap daerah.
Semua peran sentral ini kemudian membawa perpustakaan sebagai ruang berbagi pengalaman, ruang belajar kontekstual dan ruang berlatih keterampilan.
"Di tengah masa pandemi seperti saat ini, literasi sangat ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial," kata Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Deni Kurniadi dalam sesi Live Streaming Talk Show Publik Perpusnas, bertema “Meniti Jalan Literasi Untuk Wujudkan SDM Unggul Indonesia Maju”, yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (7/12/2021).
Menurutnya,di tengah masa pandemi seperti saat ini, ia mengatakan bahwa literasi sangat ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial.
Gerakan literasi berbasis inklusi sosial yang belakangan ini menjadi nadi utama Perpusnas, berdiri di atas empat sendi, yakni tersedianya akses kepada sumber-sumber bahan bacaan terbaru, kemampuan memahami secara tersirat dan tersurat, kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, kreativitas dan inovasi baru, dan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak banyak, sesuai dengan RPJMN 2020-2024.
Menurut Deni, literasi berbasis inklusi sosial sekali lagi menjadi kunci penting, karena melalui Perpusnas, perpustakaan di Indonesia kini tak lagi hanya sekadar menjadi pusat informasi bahan kepustakaan, tapi juga berkontribusi membangun masyarakat berpengetahuan melalui ikhtiar kolektif untuk menumbuhkan tradisi dan budaya baca masyarakat.
“Sebagai pusat ilmu pengetahuan, Perpusnas juga mampu mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat. Juga, perpustakaan pengembangkan potensi literasi masyarakat sesuai dengan kebutuhan setempat. Perpustakaan juga adalah pusat kebudayaan, untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan,” jelasnya.
Ia juga menggarisbawahi bahwa perpustakaan kini juga sudah berkontibusi nyata pada penambahan pendapatan keluarga dan masyarakat melalui sejumlah kegiatan kreasi yang diselenggarakan di setiap daerah.
Semua peran sentral ini kemudian membawa perpustakaan sebagai ruang berbagi pengalaman, ruang belajar kontekstual dan ruang berlatih keterampilan.