Bagaimana Cara Terbaik untuk Memimpin Generasi Z?

Jum'at, 11 Februari 2022 - 00:01 WIB
loading...
Bagaimana Cara Terbaik...
Generasi Z. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Selama ini, gaya kepemimpinan di tempat kerja memang menjadi tantangan tersendiri. Apalagi ketika tim yang bekerja terdiri atas beberapa kelompok usia. Setiap generasi memiliki karakter masing-masing. Manajemen SDM yang ada memang sudah seharusnya bisa merangkul semua kepentingan.

Sebelum kita membahas tentang gaya kepemimpinan yang cocok, ada baiknya untuk kita ingat kembali tentang macam-macam generasi. Setidaknya saat ini terdapat empat macam pembagian generasi, yaitu Baby Boomers, generasi X, generasi Y atau Millennials, dan generasi Z .



Dihitung berdasarkan tahun lahir, Baby Boomers lahir sebelum 1965, generasi X lahir antara 1965-1979, generasi Y atau Millennials lahir antara 1980-1996, dan generasi Z lahir antara 1997-2010. Hal tersebut diungkapkan oleh Don Tapscott dalam bukunya yang berjudul Grown Up Digital.

Tapi, sebenarnya penggolongannya berdasarkan tahun itu tidak bersifat mutlak. Ada juga yang lebih mudah mengingat bahwa Gen Z adalah anak muda yang lahir pada tahun 2000-an awal.

Pentingnya Kepemimpinan untuk Mengelola Setiap Generasi
Setiap generasi ada keunikan tersendiri, baik itu kelebihan maupun kekurangan. Agar tidak memicu kesalahpahaman, sudah semestinya setiap generasi saling memahami perbedaan. Perbedaan memang bukan untuk diubah atau dihilangkan, tapi dikelola dengan seoptimal mungkin. Di sebuah organisasi atau lembaga, termasuk di tempat kerja, tantangan seperti ini bisa diatasi dengan gaya kepemimpinan yang tepat.



Beberapa tahun ke belakang, mungkin Anda juga sudah sering membaca betapa seringnya generasi milenial dibahas dari berbagai sudut pandang. Kali ini ada generasi Z yang mulai memasuki dunia profesional. Generasi Z ini bertumbuh seiring dengan perkembangan media sosial dan kecepatan informasi. Mereka juga tertarik dengan pengembangan diri dan ekspresi kreatif.

Bagaimana Seharusnya Memimpin Generasi Z?

1. Memahami Semangat Bekerja dari Generasi
Secara naluriah manusia terdorong melakukan sesuatu yang baik dan mengembangkan dirinya. Dalam hal ini di tempat kerja, setiap kelompok generasi cenderung memiliki etos kerja yang dibangun sesuai pengalaman masing-masing.

Para pekerja dari generasi baby boomers dan gen X yang sudah berpengalaman bertahun-tahun dalam dunia kerja selama. Golongan tersebut cenderung ingin mendapat apresiasi atas usaha atau perjuangan yang dilakukan selama ini. Tidak heran jika ada kecenderungan untuk menasihati yang lebih muda.

Generasi millennials yang kreatif dan mandiri sangat menyukai fleksibilitas, yaitu ketika mereka bisa melakukan sesuatu dengan gagasan mereka sendiri. Generasi Z yang paling muda di dunia kerja juga bisa lebih kreatif lagi, dan yang pasti mereka lebih menyukai kecepatan atau hal-hal yang instan. Pada titik itulah, seorang pemimpin seharusnya memahami kondisi SDM yang ada pada timnya.

2. Bertanya dan Mendengarkan
Pemimpin yang baik dan bijak akan menanyakan bagaimana tim bisa melakukan pekerjaan dengan lebih baik, kemudian mendengarkan aspirasi anggota tim. Meskipun kedengarannya cukup sederhana. Tetapi efek dari pendekatan ini bisa sangat kuat.

Orang yang ditanya dan kemudian didengarkan akan merasa lebih dihargai. Ketika orang merasa lebih dihargai, maka kepercayaan dirinya meningkat dan bisa lebih lancar dalam menyampaikan ide-ide. Bukankah pemimpin juga membutuhkan ide-ide yang bisa membuat perusahaan lebih kompetitif.

3. Menjadi Pemimpin Rendah Hati
Kualitas para pemimpin hebat yang kita kenal selama ini sering dikaitkan dengan sifat visioner, berani, dan karismatik. Tapi ternyata ada fakta di lapangan yang menunjukkan hal lain, seperti yang ditulis oleh Dan Cable dalam artikel How Humble Leadership Really Works.

Begitu juga dalam sebuah survei terhadap 105 perusahaan perangkat lunak dan perangkat keras komputer yang diterbitkan dalam Journal of Management mengungkapkan bahwa kerendahan hati para CEO menghasilkan kinerja tim kepemimpinan yang lebih tinggi, peningkatan kolaborasi dan kerja sama, serta fleksibilitas dalam mengembangkan strategi.

Humble Leadership sebagai Gaya Kepemimpinan yang Baru
Humble leadership memang menjadi tren kepemimpinan di era saat ini. Mengapa kerendahan hati menjadi kualitas yang begitu penting? Para pemimpin yang rendah hati memahami bahwa mereka bukanlah orang yang paling hebat. Pemimpin yang hebat akan mendorong orang lain untuk berbicara dan menghormati perbedaan pendapat.

Apakah Anda familiar dengan momen seperti ini? Seorang manajer mengadakan tanya jawab kinerja mingguan, setelah itu memeriksa daftar masalah, keluhan, dan kesalahan. Posisinya berdiri di depan staf dengan clipboard dan pena, yang secara otomatis akan mengintimidasi. Meskipun niatnya untuk bisa tampil lebih tegas, tapi ternyata hal seperti ini tidak menginspirasi perubahan.

Jenis kepemimpinan top-down seperti itu bisa dikatakan sudah ketinggalan zaman, dan, yang lebih penting, justru kontraproduktif. Memang tidak ada yang keliru dengan sikap fokus pada pengendalian dan tujuan akhir.

Tapi, pemimpin yang berdampak adalah yang memperhatikan peningkatan kapasitas orang-orangnya, khususnya adalah generasi Z yang masih muda. Kuncinya adalah membantu orang merasa memiliki tujuan dan termotivasi sehingga mereka dapat membawa diri mereka yang terbaik untuk bekerja.

Tantangan yang terjadi tentang manajemen SDM akan selalu muncul seiring dengan perkembangan dunia kerja dan peradaban manusia secara umum. Bagaimana dengan keadaan di tempat Anda sekarang?

Penulis Artikel:
Team Universitas Bakrie
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3796 seconds (0.1#10.140)