Angkat Isu Kekeringan, Mahasiswa Teknik Geologi ITB Borong Juara Ajang Internasional

Selasa, 08 Maret 2022 - 21:39 WIB
loading...
Angkat Isu Kekeringan, Mahasiswa Teknik Geologi ITB Borong Juara Ajang Internasional
Tim mahasiswa ITB berhasil memborong juara pada kompetisi bergengsi International Scientific Paper Competition SPACE UP 4.0 Pertamina University. Foto/Dok/ITB
A A A
JAKARTA - Tim mahasiswa Teknik Geologi ITB berhasil memborong juara pada kompetisi bergengsi International Scientific Paper Competition SPACE UP 4.0 Pertamina University. Mereka mendapatkan anugerah juara pertama sekaligus presentasi terbaik. Tim ini diperkuat oleh Karina Aerielle, Rismawan Nurhuda, dan Yusuf Fadhila.

Tahap pertama diawali dengan pengumpulan abstrak pada Desember lalu. Selanjutnya, sekitar 60 tim terbaik berhasil lolos dan mengumpulkan paper yang lengkap. Mereka berhasil mengungguli para pesaing lainnya dengan paper yang berjudul “Analisis Hidrogeologi dan Pemetaan Rute Perpipaan Air PDAM Optimal Menggunakan Metode Least-Cost Path Analysis untuk Mengatasi Bencana Kekeringan di Kecamatan Jenar, Sragen”.



“Jenar merupakan wilayah yang terdampak kekeringan paling parah di Jawa Tengah, apalagi ketika musim kemarau. Tempatnya terpencil dan belum terjangkau dengan PDAM. Ketersediaan air tanah sangat minim sehingga sumur Pamsimas yang dibangun jadi useless,” ungkap Karina. Ketika kekeringan melanda, masyarakat Jenar hanya bergantung pada pemberian air bersih dari pemerintah maupun relawan.

Analisis hidrogeologi dilakukan untuk mengetahui penyebab sumber air di Jenar yang minim dan tergolong payau. Mereka mengupas dari segi historis dan geokimia. “Dari sisi sejarah pembentukan, Jenar dulunya merupakan daerah laut dan terjadi pengangkatan sehingga air laut tersebut terjebak ke dalam akuifer. Dampaknya, air tanah akan terasa asin,” kata Rismawan.

Sementara dari segi geokimia, kadar TDS (Total Dissolve Solid) dan pH air tanah daerah itu melebihi batas normal air bersih yang ditetapkan Kemenkes. Hal ini menyebabkan kadar salinitasnya di atas rata-rata air tawar pada umumnya.



Perpipaan air bersih dari PDAM belum mampu menjamah Jenar karena faktor topografi dan kelerengan yang menyulitkan. “Karena itu, kami mengusulkan Least-Cost Path Analysis yang mampu mencari jalur perpipaan PDAM paling efektif. Hal ini didasarkan beberapa parameter, seperti peta DEM (Digital Elevation Model) dan kelerengan. Beberapa parameter yang digabungkan akan mengatur persentase prioritas pembuatan jalur,” beber Rismawan.

Karina menyebut, untuk membuat analisis tersebut mereka mengandalkan pengolahan data dengan software ArcMap dan QGIS.

Persiapan matang telah dilakukan sejak pertengahan Desember. Mereka sempat mengunjungi Jenar untuk melihat kondisi langsung. Kegiatan lain yang dilakukan adalah studi literatur, wawancara, dan penguasaan perangkat lunak. Keterbatasan data dan sarana pengolahnya tak menyurutkan semangat mereka untuk memaksimalkan hasil penelitian ini.

Urgensi permasalahan yang tim ini angkat cukup besar. Paper yang disajikan lebih spesifik dan mudah dipahami sehingga menjadi poin plus. “Fokus kami adalah problem solving permasalahan yang nyata,” jelas Rismawan.

Berkompetisi dalam kegiatan ilmiah internasional merupakan kali pertama bagi ketiga mahasiswa yang kini duduk di semester 4 itu. “Jangan takut untuk mencoba sesuatu meskipun belum memiliki pengalaman atau takut kaos. Di saat kita berani ambil risiko, kita akan dihadapkan dengan 2 pilihan, yakni menang dan kalah. Tapi, jika tidak mencoba sama sekali, kita bahkan tidak memiliki pilihan untuk menang,” pesan Karina.

Rismawan menambahkan, mahasiswa bisa memulainya dari permasalahan terdekat yang ada di sekitar. Mereka berniat untuk terus melanjutkan publikasi paper ini dengan riset yang lebih mendalam. “Semoga karya kami dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak serta mampu mengentaskan masalah kekeringan di Jenar,” harap Rismawan.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1262 seconds (0.1#10.140)