Riset Bioplastik PPBBI Bogor Banyak Menarik Perhatian Kalangan Industri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Riset bioplastik yang dikembangkan Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (PPBBI) Bogor banyak menarik perhatian kalangan industri. Hal tersebut terungkap dalam acara promosi hasil penelitian yang digelar Asosiasi Inventor Indonesia (AII).
Bioplastik yang memanfaatkan sampah kelapa sawit itu bisa terurai secara alami saat tak lagi terpakai. Temuan tersebut diyakini Ketua Umum AII, Prof Didiek Hadjar Goenadi dapat menjadi solusi dalam penanganan sampah plastik di Tanah Air.
“Tadi ada beberapa industri yang tertarik dengan riset bioplastik. Kami akan bantu pertemukan investor dengan inventornya agar produk itu bisa dikomersialisasikan, dan berguna bagi bangsa dan negara,” ucap Prof Didiek dalam acara bertajuk ‘Penguatan Industri Kelapa Sawit Berbasis Teknologi Baru’ tersebut.
Prof Didiek menegaskan, pihaknya tidak akan mengambil keuntungan dari hasil pertemuan investor dan inventor. Karena hal itu merupakan salah satu tugas AII, yaitu mendorong inventor dengan TRL (Tingkat Kesiapterapan Teknologi) 7 untuk menyeberang ke-8 dan ke-9 dengan dukungan dari industri.
Ditambahkan, bioplastik merupakan satu dari 13 riset yang sudah selesai dan layak dipromosikan kepada industri. Penelitian itu didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melalui Program Grand Riset Sawit 2015-2019.
Kepala Divisi Lembaga Kemasyarakatan dan Civil Society Badan Layanan Umum (BLU) BPDPKS Aida Fitria menjelaskan, kelapa sawit sebagai salah satu komoditas perkebunan strategis nasional sangat membutuhkan penelitian dan pengembangan.
“Kegiatan riset ini menjadi penting untuk pengembangan industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan. Sekaligus menjadi bahan pengambil kebijakan pemerintah dalam melawan kampanye hitam terhadap sawit,” katanya.
Aida menambahkan, program riset kelapa sawit dilakukan sejak 2015 hingga 2021. BPDPKS telah mendanai 840 peneliti, 346 mahasiswa, dan 69 lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dengan hasil 234 kontrak kerja sama, 6 buku, 213 publikasi ilmiah dan 42 paten.
Bioplastik yang memanfaatkan sampah kelapa sawit itu bisa terurai secara alami saat tak lagi terpakai. Temuan tersebut diyakini Ketua Umum AII, Prof Didiek Hadjar Goenadi dapat menjadi solusi dalam penanganan sampah plastik di Tanah Air.
“Tadi ada beberapa industri yang tertarik dengan riset bioplastik. Kami akan bantu pertemukan investor dengan inventornya agar produk itu bisa dikomersialisasikan, dan berguna bagi bangsa dan negara,” ucap Prof Didiek dalam acara bertajuk ‘Penguatan Industri Kelapa Sawit Berbasis Teknologi Baru’ tersebut.
Prof Didiek menegaskan, pihaknya tidak akan mengambil keuntungan dari hasil pertemuan investor dan inventor. Karena hal itu merupakan salah satu tugas AII, yaitu mendorong inventor dengan TRL (Tingkat Kesiapterapan Teknologi) 7 untuk menyeberang ke-8 dan ke-9 dengan dukungan dari industri.
Ditambahkan, bioplastik merupakan satu dari 13 riset yang sudah selesai dan layak dipromosikan kepada industri. Penelitian itu didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melalui Program Grand Riset Sawit 2015-2019.
Kepala Divisi Lembaga Kemasyarakatan dan Civil Society Badan Layanan Umum (BLU) BPDPKS Aida Fitria menjelaskan, kelapa sawit sebagai salah satu komoditas perkebunan strategis nasional sangat membutuhkan penelitian dan pengembangan.
“Kegiatan riset ini menjadi penting untuk pengembangan industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan. Sekaligus menjadi bahan pengambil kebijakan pemerintah dalam melawan kampanye hitam terhadap sawit,” katanya.
Aida menambahkan, program riset kelapa sawit dilakukan sejak 2015 hingga 2021. BPDPKS telah mendanai 840 peneliti, 346 mahasiswa, dan 69 lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) dengan hasil 234 kontrak kerja sama, 6 buku, 213 publikasi ilmiah dan 42 paten.