Mahasiswa ITS Teliti Buah Butun untuk Anestesi Alami Ikan Kerapu
loading...
A
A
A
Setelah melewati berbagai proses penelitian, pemuda yang akrab disapa Rama ini menyimpulkan, ekstrak biji Barringtonia asiatica sangat berpotensi sebagai bahan anestetik dengan senyawa metabolit sekunder saponin yang dibuktikan dari pengukuran secara kuantitas dan kualitas melalui uji fitokimia.
Hasil terbaik adalah pemingsanan ikan dengan konsentrasi 15 mg/L yang dapat digunakan untuk transportasi rantai kering kerapu cantang selama tidak lebih dari 8 jam dengan tingkat kelangsungan hidup 100 persen.
Baca juga: Wajib Tahu, Ini Persyaratan Umum Beasiswa Pendidikan Indonesia 2022 dan Tahapan Seleksinya
Ekstrak biji Barringtonia asiatica atau butun saat proses anestesi juga mengakibatkan penurunan respon ikan dan gerak operkulum yang melambat, sehingga akan menurunkan tingkat respirasi ikan yang akan mengganggu proses metabolisme. "Turunnya metabolisme menyebabkan ikan sulit merespon dan akan terjadi penurunan kerja otak pada ikan," ujar Rama.
Ketika ditanya mengenai strategi SDGs dari hasil penelitian ini, mahasiswa bimbingan Prof Setiyo Gunawan ST PhD ini mengaku menggunakan tiga unsur triple helix dan prinsip timbal balik yang meliputi akademisi (perguruan tinggi serta lembaga penelitian dan pengembangan), pemerintah (government), dan para pelaku sektor bisnis. "Dengan hal tersebut, inovasi anestesi ikan dari ekstrak biji buah butun dapat diimplementasikan secara luas," tandasnya optimistis.
Akademisi dapat menjadi pusat pengembangan inovasi dengan bimbingan para ahli di dalamnya. Pemerintah sendiri dapat memberikan dukungan aktif melalui apresiasi, ruang, kesempatan, maupun dana dalam proyek penelitian. Pelaku bisnis dalam triple helix dapat menjadi pusat pengembangan inovasi menjadi proyek industri, dalam hal ini adalah bisnis.
Berdasarkan penelitiannya tersebut, tim ITS ini juga telah berhasil meraih juara tiga dalam kompetisi Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA), beberapa waktu lalu. Dalam ajang tersebut, tim ini berhasil mengalahkan ratusan tim dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Rama berharap hasil penelitian timnya ini tak hanya dapat membantu peneliti lainnya, tetapi juga untuk para nelayan dan industri. Diharapkan nilai jual ikan hidup lebih mahal dibanding ikan yang sudah mati, khususnya nilai jual ikan kerapu cantang sebagai komoditas ekspor terbesar di Indonesia.
Lihat Juga: Daftar 4 Judul Penelitian Anies Baswedan yang Dipamerkan di Linkedin, Bikin HRD Merinding
Hasil terbaik adalah pemingsanan ikan dengan konsentrasi 15 mg/L yang dapat digunakan untuk transportasi rantai kering kerapu cantang selama tidak lebih dari 8 jam dengan tingkat kelangsungan hidup 100 persen.
Baca juga: Wajib Tahu, Ini Persyaratan Umum Beasiswa Pendidikan Indonesia 2022 dan Tahapan Seleksinya
Ekstrak biji Barringtonia asiatica atau butun saat proses anestesi juga mengakibatkan penurunan respon ikan dan gerak operkulum yang melambat, sehingga akan menurunkan tingkat respirasi ikan yang akan mengganggu proses metabolisme. "Turunnya metabolisme menyebabkan ikan sulit merespon dan akan terjadi penurunan kerja otak pada ikan," ujar Rama.
Ketika ditanya mengenai strategi SDGs dari hasil penelitian ini, mahasiswa bimbingan Prof Setiyo Gunawan ST PhD ini mengaku menggunakan tiga unsur triple helix dan prinsip timbal balik yang meliputi akademisi (perguruan tinggi serta lembaga penelitian dan pengembangan), pemerintah (government), dan para pelaku sektor bisnis. "Dengan hal tersebut, inovasi anestesi ikan dari ekstrak biji buah butun dapat diimplementasikan secara luas," tandasnya optimistis.
Akademisi dapat menjadi pusat pengembangan inovasi dengan bimbingan para ahli di dalamnya. Pemerintah sendiri dapat memberikan dukungan aktif melalui apresiasi, ruang, kesempatan, maupun dana dalam proyek penelitian. Pelaku bisnis dalam triple helix dapat menjadi pusat pengembangan inovasi menjadi proyek industri, dalam hal ini adalah bisnis.
Berdasarkan penelitiannya tersebut, tim ITS ini juga telah berhasil meraih juara tiga dalam kompetisi Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA), beberapa waktu lalu. Dalam ajang tersebut, tim ini berhasil mengalahkan ratusan tim dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia.
Rama berharap hasil penelitian timnya ini tak hanya dapat membantu peneliti lainnya, tetapi juga untuk para nelayan dan industri. Diharapkan nilai jual ikan hidup lebih mahal dibanding ikan yang sudah mati, khususnya nilai jual ikan kerapu cantang sebagai komoditas ekspor terbesar di Indonesia.
Lihat Juga: Daftar 4 Judul Penelitian Anies Baswedan yang Dipamerkan di Linkedin, Bikin HRD Merinding
(nz)