Cerita Dosen Unair Lebaran Pertama Kali di Jerman, Puasa 14 Jam dan Rindu Ngabuburit

Rabu, 18 Mei 2022 - 18:00 WIB
loading...
A A A
Baca juga: 8.105 Guru Mulai Jalani Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5

Jadwal shalat pada jam-jam tersebut membuat waktu beristirahat menjadi lebih sebentar. Terlebih pada bulan Ramadhan, ketika umat Muslim harus melaksanakan sahur.

“Di Jerman, Islam adalah agama minoritas sehingga tidak ada perlakuan khusus ketika bulan Ramadhan. Aktivitas tetap berjalan seperti biasa. Berbeda dengan Indonesia yang ketika bekerja atau bersekolah maka ada jam waktu pulang lebih cepat,” tutur Ilham.

Sebagai solusi, Ilham menuturkan bahwa mereka di Jerman biasa melakukan shalat isya dan tarawih di akhir waktu, mendekati subuh. Dengan begitu maka energi tidak terkuras habis karena dapat beristirahat cukup.

Rindu Suasana Indonesia

Beragam perbedaan membuat Ilham rindu suasana lebaran di Indonesia. “Rindu melihat orang dan merasakan ngabuburit, shalat tarawih berjamaah, serta mushala atau masjid yang membangunkan orang sahur,” ujarnya.

Belum lagi ketika berlebaran, Ilham dan keluarganya tidak bisa merasakan mudik. Mereka hanya berkomunikasi dengan keluarga besar secara daring.
(nz)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1884 seconds (0.1#10.140)