Universitas Darunnajah Resmi Berdiri, Inspirasi bagi Perguruan Tinggi Pesantren di Indonesia
loading...
A
A
A
Saat ini Universitas Darunnajah memiliki 10 program studi, yaitu Sains Aktuaria, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Sitem dan Informasi Teknologi, Bisnis Digital, Kewirausahaan, Hukum Keluarga Islam (HKI), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah (PGMI), dan Administrasi Bisnis.
Sesuai dengan grand design-nya, Universitas Darunnajah menjadi Perguruan Tinggi berbasis Pesantren. Hal ini sebagai bentuk upaya menjaga amanah pendiri untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan nilai-nilai Islam dengan cara ilmiah yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan mencetak kader-kader ulama.
Amanah pendiri yang besar tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa mendirikan Perguruan Tinggi berbasis Pesantren. Perguruan Tinggi berbasis Pesantren adalah wadah pendidikan yang mengintegrasikan sistem Perguruan Tinggi dan sistem Pesantren yang merupakan indigenous pendidikan Indonesia. Para mahasiswa tinggal di asrama dan kegiatannya dikontrol selama 24 jam sehari untuk memaksimalkan pendidikan dan khazanah keilmuan.
“Ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan dari permasalahan umat yang muncul dewasa ini. Juga sekaligus sebagai media untuk mencetak kader-kader ulama yang intelek, moderat, dan berakhlaqul karimah,” ujarnya.
Menurutnya, ada gambaran umum yang mewakili sebuah Universitas berbasis Pesantren. Gambaran tersebut di antaranya para mahasiswa tinggal di dalam asrama dan berkegiatan layaknya di dalam Pesantren. Apapun prodi yang diambil, mereka akan belajar tentang Islam, belajar kepemimpinan, belajar membaca kitab kuning, mengikuti kajian-kajian, belajar khutbah, bisa mengajar, dan lain sebagainya.
“Apapun prodi yang diambil, lulus harus siap berjuang si mana saja. Dengan dinamika Perguran Tinggi berbasis Pesantren tersebut, mereka diharapkan menjadi lulusan yang berkarakter fleksibilitas kognitif. Dengan begitu, para alumni akan mampu mengelola pikiran, tindakan, dan emosi mereka untuk menyelesaikan berbagai hal dan tantangan,” pungkasnya.
Sesuai dengan grand design-nya, Universitas Darunnajah menjadi Perguruan Tinggi berbasis Pesantren. Hal ini sebagai bentuk upaya menjaga amanah pendiri untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan nilai-nilai Islam dengan cara ilmiah yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan mencetak kader-kader ulama.
Amanah pendiri yang besar tersebut tidak akan berjalan dengan baik tanpa mendirikan Perguruan Tinggi berbasis Pesantren. Perguruan Tinggi berbasis Pesantren adalah wadah pendidikan yang mengintegrasikan sistem Perguruan Tinggi dan sistem Pesantren yang merupakan indigenous pendidikan Indonesia. Para mahasiswa tinggal di asrama dan kegiatannya dikontrol selama 24 jam sehari untuk memaksimalkan pendidikan dan khazanah keilmuan.
“Ini merupakan upaya untuk menjawab tantangan dari permasalahan umat yang muncul dewasa ini. Juga sekaligus sebagai media untuk mencetak kader-kader ulama yang intelek, moderat, dan berakhlaqul karimah,” ujarnya.
Menurutnya, ada gambaran umum yang mewakili sebuah Universitas berbasis Pesantren. Gambaran tersebut di antaranya para mahasiswa tinggal di dalam asrama dan berkegiatan layaknya di dalam Pesantren. Apapun prodi yang diambil, mereka akan belajar tentang Islam, belajar kepemimpinan, belajar membaca kitab kuning, mengikuti kajian-kajian, belajar khutbah, bisa mengajar, dan lain sebagainya.
“Apapun prodi yang diambil, lulus harus siap berjuang si mana saja. Dengan dinamika Perguran Tinggi berbasis Pesantren tersebut, mereka diharapkan menjadi lulusan yang berkarakter fleksibilitas kognitif. Dengan begitu, para alumni akan mampu mengelola pikiran, tindakan, dan emosi mereka untuk menyelesaikan berbagai hal dan tantangan,” pungkasnya.
(nnz)