Cerita Inspiratif! Anaknya Penghafal Al-Qur'an, Emaknya Jebolan Harvard University
loading...
A
A
A
Sebagai seorang penghafal Al-Qur'an, Elhurr mengikuti jejak leluhurnya di Solo. Saat SMP, Elhurr bersekolah di SMP Al Islam 1 Surakarta dan menjadi santri di Pondok Jamsaren, salah satu pondok tertua di Pulau Jawa dengan Kiai Idris sebagai tokohnya.
Ketika ibunya mengajak berziarah ke makam kakeknya dan diceritakan bahwa sang kakek adalah penghafal Al-Qur'an, Elhurr lebih percaya diri bahwa jika kakek buyutnya bisa, maka dia pun akan berusaha. Program menghafal Al-Qur'an 30 juz akhirnya dia rampungkan di PQBS selama 10 bulan pada usia 14 tahun, tepat di awal pandemi melanda Indonesia.
"Setoran juga dilakukan lewat Zoom. Semua terjadi hanya karena izin dari Allah," tuturnya rendah hati.
Sejak usia 4 tahun, Elhurr sudah memiliki ketertarikan untuk menghafal Al-Qur'an, sama kuatnya dengan ketertarikannya kepada angka/ matematika. Bahkan, ketika menjadi perwakilan wisudawan untuk memberikan sambutan, Elhurr menyampaikan bahwa dia tidak pandai berpidato, lebih suka berjam-jam menyelesaikan persamaan matematika atau menghafal Al-Qur'an yang menurutnya sama-sama berpola.
Sementara itu, sang ibu, Sidrotun Naim berharap, selain menjaga hafalan Al-Qur'annya, Elhurr juga mampu menjaga akhlaknya hingga tumbuh dewasa dan tua kelak serta tercapai segala cita-citanya.
"Semoga anak kami selalu menjaga hafalannya dan akhlaknya, dikuatkan apapun cita-citanya profesinya ke depan, selalu menjadi pemersatu di manapun berada," ungkap Naim.
Menurut Naim, para penghafal Al-Qur'an memiliki posisi tersendiri di dalam masyarakat, khususnya umat muslim, seperti hiasan berkilau yang menerangi umat dan saling menjaga bersama Al-Quran.
"Para penghafal Al-Qur'an adalah keluarga Allah di muka bumi, sebuah kehormatan yang luar biasa," ucapnya.
Sidrotun Naim adalah Direktur Akademik di IPMI Business School Jakarta dan Tenaga Ahli Menteri Kesehatan bidang Inovasi Kesehatan. Dia pun pernah bekerja di industri dan NGO.
Naim adalah lulusan Harvard University, sedangkan ayah Elhurr bernama Dedi Priadi, seorang wirusahawan pemilik perusahaan Priadi dot id yang bergerak di bidang sumber daya manusia berbasis sidik jari.
Ketika ibunya mengajak berziarah ke makam kakeknya dan diceritakan bahwa sang kakek adalah penghafal Al-Qur'an, Elhurr lebih percaya diri bahwa jika kakek buyutnya bisa, maka dia pun akan berusaha. Program menghafal Al-Qur'an 30 juz akhirnya dia rampungkan di PQBS selama 10 bulan pada usia 14 tahun, tepat di awal pandemi melanda Indonesia.
"Setoran juga dilakukan lewat Zoom. Semua terjadi hanya karena izin dari Allah," tuturnya rendah hati.
Sejak usia 4 tahun, Elhurr sudah memiliki ketertarikan untuk menghafal Al-Qur'an, sama kuatnya dengan ketertarikannya kepada angka/ matematika. Bahkan, ketika menjadi perwakilan wisudawan untuk memberikan sambutan, Elhurr menyampaikan bahwa dia tidak pandai berpidato, lebih suka berjam-jam menyelesaikan persamaan matematika atau menghafal Al-Qur'an yang menurutnya sama-sama berpola.
Sementara itu, sang ibu, Sidrotun Naim berharap, selain menjaga hafalan Al-Qur'annya, Elhurr juga mampu menjaga akhlaknya hingga tumbuh dewasa dan tua kelak serta tercapai segala cita-citanya.
"Semoga anak kami selalu menjaga hafalannya dan akhlaknya, dikuatkan apapun cita-citanya profesinya ke depan, selalu menjadi pemersatu di manapun berada," ungkap Naim.
Menurut Naim, para penghafal Al-Qur'an memiliki posisi tersendiri di dalam masyarakat, khususnya umat muslim, seperti hiasan berkilau yang menerangi umat dan saling menjaga bersama Al-Quran.
"Para penghafal Al-Qur'an adalah keluarga Allah di muka bumi, sebuah kehormatan yang luar biasa," ucapnya.
Sidrotun Naim adalah Direktur Akademik di IPMI Business School Jakarta dan Tenaga Ahli Menteri Kesehatan bidang Inovasi Kesehatan. Dia pun pernah bekerja di industri dan NGO.
Naim adalah lulusan Harvard University, sedangkan ayah Elhurr bernama Dedi Priadi, seorang wirusahawan pemilik perusahaan Priadi dot id yang bergerak di bidang sumber daya manusia berbasis sidik jari.