SMA Kolese De Britto Yogyakarta, Sekolah Unik yang Bolehkan Siswa Gondrong dan Tidak Berseragam
loading...
A
A
A
"Gimbal boleh, tetapi gimbal alami bukan gimbal buatan. Pokoknya asal alami maka diperbolehkan, termasuk gondrong mau sepanjang apa pun boleh," katanya.
Kebijakan tersebut bukan tanpa alasan. Karena SMA Kolese De Britto memiliki spirit kebebasan untuk menjadi pribadi yang bebas. Seragam, rambut gondrong sepatu itu hanya atribut hal utama dan bisa dipilih sejauh membantu sampai tujuan.
Kebijakan tersebut ternyata cara sekolah untuk mendidik siswa dalam mengambil keputusan. Apa pun keputusan yang diambil tentu akan membawa konsekuensi dan harus dipertanggungjawabkan, baik kepada diri sendiri ataupun orang lain.
"Pilihan merdeka anak ini mengajarkan Siswa untk membuat keputusan. Dan selama ini dibutuhkan untuk membangun leadership,"terang dia.
Tak hanya itu, sekolah ini juga ternyata memiliki ruang kelas yang unik. Di mana meskipun ada sekat dengan kelas yang lain, namun tembok utuh ruangan hanya berdiri di satu sisi. Sementara bagian depan kelas hanya berdiri tembok atau pagar setinggi 130 cm dan sama sekali tidak ada pintu.
Siswa di dalam kelas bisa melihat lalu lalang orang lain di dalam kelas. Dan orang yang berada di luar kelas juga bisa mengetahui aktivitas apapun yang berada di dalam ruang kelas, termasuk dengan jelas mendengar suara dari guru yang tengah mengajar.
"Ini desain sejak awal berdiri. Meski kelasnya terbuka tetapi tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, justru malah melatih konsentrasi siswa mengikuti pembelajaran karena terbiasa tidak terganggu dengan aktivitas lain di luar mereka," tambahnya.
SMA Kolese De Britto sebenarnya adalah sekolah Katolik Yesuit yang berdiri tanggal 19 Agustus 1948 bersamaan dengan sekolah Putra Putri. Namun sekolah putri kini berdiri sendiri yaitu menjadi SMA Stela Duce.
SMA Kolese De Britto awalnya adalah sekolah Kanisius. De Brito sendiri sebenarnya adalah nama Santo Biarawan dari portugal yang tinggal di India dan juga meninggal di negara tersebut.
Sekolah ini menerapkan pola pembelajaran yang menekankan 1L5C. Yaitu Leadership, Competen, Conscien, Compation, Consistent dan Comitment Leadership adalah berkaitan dengan kepemimpinan, competen adalah kecakapan intelektual, consien adalah hati nurani yang benar, Compation adalah kepandaian otak, Consisten adalah konsisten dalam pendirian dan Comitment.
Kebijakan tersebut bukan tanpa alasan. Karena SMA Kolese De Britto memiliki spirit kebebasan untuk menjadi pribadi yang bebas. Seragam, rambut gondrong sepatu itu hanya atribut hal utama dan bisa dipilih sejauh membantu sampai tujuan.
Kebijakan tersebut ternyata cara sekolah untuk mendidik siswa dalam mengambil keputusan. Apa pun keputusan yang diambil tentu akan membawa konsekuensi dan harus dipertanggungjawabkan, baik kepada diri sendiri ataupun orang lain.
"Pilihan merdeka anak ini mengajarkan Siswa untk membuat keputusan. Dan selama ini dibutuhkan untuk membangun leadership,"terang dia.
Tak hanya itu, sekolah ini juga ternyata memiliki ruang kelas yang unik. Di mana meskipun ada sekat dengan kelas yang lain, namun tembok utuh ruangan hanya berdiri di satu sisi. Sementara bagian depan kelas hanya berdiri tembok atau pagar setinggi 130 cm dan sama sekali tidak ada pintu.
Siswa di dalam kelas bisa melihat lalu lalang orang lain di dalam kelas. Dan orang yang berada di luar kelas juga bisa mengetahui aktivitas apapun yang berada di dalam ruang kelas, termasuk dengan jelas mendengar suara dari guru yang tengah mengajar.
"Ini desain sejak awal berdiri. Meski kelasnya terbuka tetapi tidak mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, justru malah melatih konsentrasi siswa mengikuti pembelajaran karena terbiasa tidak terganggu dengan aktivitas lain di luar mereka," tambahnya.
SMA Kolese De Britto sebenarnya adalah sekolah Katolik Yesuit yang berdiri tanggal 19 Agustus 1948 bersamaan dengan sekolah Putra Putri. Namun sekolah putri kini berdiri sendiri yaitu menjadi SMA Stela Duce.
SMA Kolese De Britto awalnya adalah sekolah Kanisius. De Brito sendiri sebenarnya adalah nama Santo Biarawan dari portugal yang tinggal di India dan juga meninggal di negara tersebut.
Sekolah ini menerapkan pola pembelajaran yang menekankan 1L5C. Yaitu Leadership, Competen, Conscien, Compation, Consistent dan Comitment Leadership adalah berkaitan dengan kepemimpinan, competen adalah kecakapan intelektual, consien adalah hati nurani yang benar, Compation adalah kepandaian otak, Consisten adalah konsisten dalam pendirian dan Comitment.