Pernah Dapat IPK 1,66, Mahasiswa Unair Ini Berhasil Diwisuda dengan 2 Gelar
loading...
A
A
A
Meskipun pernah mendapatkan IPK 1,66 karena jadwal perkuliahan yang bertabrakan, semangat belajar mengantarkan Nailul untuk tetap lulus dengan IPK yang cukup memuaskan. Ia diwisuda pada Sabtu (13/8/2022) dengan IPK 3,21 untuk studi Ilmu Politiknya, dan 3,50 untuk program Magister Ilmu Hukum yang ia ambil.
“Tentu kebahagiaan yang tiada duanya dapat menuntaskan keduanya secara bersamaan,” kata Nailul bangga.
Baca juga: Raih 24 Medali, UIN Bandung Juara Umum PESONA I PTKN
Tak Ternilai Bagi Orang Tua
Tentu bukan hanya Nailul yang merasakan kebahagiaan tersebut. Menurut Nailul, terdapat kebahagiaan yang tak ternilai bagi orang tua ketika melihat anaknya diwisuda.
“Bagi orang tua saya, sekolah merupakan hal yg terpenting untuk mengangkat derajat kita. Sehingga semangat belajar selalu ada,” ucapnya.
Orang tua, lanjut Nailul, adalah motivasi terbesar dalam menyelesaikan tiga perkuliahannya. Ketika ia merasa malas dan jenuh dalam belajar, Nailul mengingat jasa kedua orang tua yang membiayai perkuliahannya. Orang tua menjadi support system terbaik yang ia miliki.
“Orang tua tidak pernah jenuh membiayai saya. Lantas mengapa saya jenuh berkuliah?,” ujarnya.
Kejenuhan berkuliah rasanya menjadi hal yang belum akan dirasakan Nailul dalam waktu dekat. Pasalnya, ia memiliki rencana untuk berkuliah lagi, mengambil program Magister Ilmu Politik di Unair.
“Jangan malas untuk tetap belajar dan bahagiakan orang-orang yang kalian cintai selagi ada waktu.” pungkasnya.
“Tentu kebahagiaan yang tiada duanya dapat menuntaskan keduanya secara bersamaan,” kata Nailul bangga.
Baca juga: Raih 24 Medali, UIN Bandung Juara Umum PESONA I PTKN
Tak Ternilai Bagi Orang Tua
Tentu bukan hanya Nailul yang merasakan kebahagiaan tersebut. Menurut Nailul, terdapat kebahagiaan yang tak ternilai bagi orang tua ketika melihat anaknya diwisuda.
“Bagi orang tua saya, sekolah merupakan hal yg terpenting untuk mengangkat derajat kita. Sehingga semangat belajar selalu ada,” ucapnya.
Orang tua, lanjut Nailul, adalah motivasi terbesar dalam menyelesaikan tiga perkuliahannya. Ketika ia merasa malas dan jenuh dalam belajar, Nailul mengingat jasa kedua orang tua yang membiayai perkuliahannya. Orang tua menjadi support system terbaik yang ia miliki.
“Orang tua tidak pernah jenuh membiayai saya. Lantas mengapa saya jenuh berkuliah?,” ujarnya.
Kejenuhan berkuliah rasanya menjadi hal yang belum akan dirasakan Nailul dalam waktu dekat. Pasalnya, ia memiliki rencana untuk berkuliah lagi, mengambil program Magister Ilmu Politik di Unair.
“Jangan malas untuk tetap belajar dan bahagiakan orang-orang yang kalian cintai selagi ada waktu.” pungkasnya.
(nnz)