Kisah Guru Mubarok, Dengan Pembelajaran Menyenangkan Ajak Siswa Menjadi Penemu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Guru IPA SMP Negeri 23 Semarang, Jawa Tengah, Mubarok menjadi salah satu tenaga pendidik pada program Jateng PINTAR. Melalui pembelajaran yang menyenangkan, Mubarok memiliki misi mendorong siswanya memahami mata pelajaran IPA dengan cara yang menarik.
Jawa Tengah merupakan wilayah strategi yang diapit oleh Jawa Timur dan Jawa Barat. Provinsi dengan jumlah penduduk terpadat ketiga di Pulau Jawa ini menyimpan potensi sumber daya alam, ekonomi, dan sosial yang perlu dikelola dengan baik.
Berangkat dari hal ini, Tanoto Foundation tergerak untuk berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui program Jateng PINTAR. Program ini dijalankan guna membentuk kebiasaan baik serta dalam rangka penataan sistem pengelolaan pendidikan yang sehat. Program ini diharapkan bisa menciptakan dampak yang lebih besar bagi kemajuan kualitas pendidikan di Indonesia.
Baca juga: 5 Manfaat Ikut Paskibraka, Disiplin hingga Tumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air
Menurut Mubarok, pembentukan karakter siswa adalah prioritas utama. Adaptif dan mudah bersosialisasi merupakan kemampuan dasar yang diperlukan agar dapat menciptakan karakter siswa yang sadar akan kolaborasi.
Hal itu tercetus dalam pikirannya setelah melihat dampak pembelajaran jarak jauh yang seharusnya menciptakan rindu antar siswa-siswi, justru kenyataannya semakin menjauhkan hubungan.
Mubarok menyaksikan sendiri siswa-siswinya sibuk memainkan gawai masing-masing. Tak ada suasana cair, berisik nan seru khas remaja. Pandemi benar- benar membuat situasi yang tak biasa bagi pendidikan di Indonesia.
Kondisi ini membuatnya resah. Berangkat dari itu, tuntutan mengejar materi dari kurikulum bukan lagi menjadi prioritas utama. Sebaliknya, pembelajaran yang ringan dan menyenangkan akhirnya dipilih untuk mengawali pertemuan yang dingin tersebut.
Mubarok kemudian menginisiasi adanya permainan dan kegiatan menyanyi bersama untuk menghangatkan suasana. Tekadnya telah bulat. Walaupun diharuskan menjaga jarak fisik, namun kedekatan sosial tak boleh ikut renggang.
“Siswa-siswi harus berani saling berkenalan dan berinteraksi. Hasilnya pun sesuai dengan harapan, pembelajaran jadi lebih berkesan,” katanya, melalui siaran pers, Rabu (17/8/2022).
Agar terus bisa menciptakan ekosistem pembelajaran yang berkesan bagi siswa-siswi, tentu Mubarok tidak dapat melangkah sendiri. Dukungan berbagai pihak menjadi bahan bakar utama untuk merawat semangatnya menjadi pendidik.
Mubarok beruntung. Rekan-rekan guru di tempatnya mengajar, SMP Negeri 23 Semarang, juga memiliki semangat yang sama untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan.
Bagai gayung bersambut, Program PINTAR Tanoto Foundation yang diterapkan mulai bulan Agustus 2021 di sekolahnya, juga turut mendukung apa yang diyakini Mubarok tentang pentingnya menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan.
Baginya, Program PINTAR Tanoto Foundation dapat membantu guru untuk lebih memahami siswa. Baginya, penerapan asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif menjadi bekal berharga guna menciptakan aneka ide pembelajaran.
Dengan memahami profil siswa, Mubarok dapat menjauhkan diri dari kecenderungan guru yang meremehkan kemampuan siswa. Baginya kemampuan dan kebiasaan belajar siswa berbeda-beda dan tak bisa dipukul rata.
Baca juga: Dirayakan Setiap 14 Agustus, Begini Sejarah Hari Pramuka di Indonesia
Ajak Siswa Jadi Penemu
Keyakinan tersebut Mubarok buktikan dalam salah satu pengalaman mengajar materi zat aditif. Jika biasanya guru akan menjelaskan terlebih dahulu definisi dan ciri zat additif kepada siswa. Maka Mubarok justru membalik prosesnya.
Ia menantang siswa untuk menjadi penemu. Mubarok memberikan misi kepada siswa untuk menemukan apa saja zat yang terkandung dalam makanan dan minuman ringan yang mereka konsumsi sehari-hari.
Siswa menyelesaikan misi dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai literatur. Hingga akhirnya, setelah melakukan presentasi dan diskusi bersama rekan sejawat, sebagian besar siswa dapat menyadari bahwa ternyata banyak makanan yang mereka konsumsi mengandung zat adiktif.
Metode discovery learning inilah yang kemudian kerap dipraktikkan Mubarok untuk mendorong kemampuan literasi, utamanya untuk mempertajam daya kritis siswa.
Ketulusannya dalam mengajar selama tiga dekade tak pernah luntur. “Menjadi orang yang bermanfaat,” menjadi mantra paling ampuh yang diwariskan orang tua kepada Mubarok.
Mantra itu yang membawa dirinya mengabdikan diri sebagai guru. Yang memantapkan langkahnya setiap pagi untuk bertemu siswa-siswi.
Terus Berinovasi
Sementara itu, Gubernur Provinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan, penting bagi guru untuk selalu berinovasi dan melakukan terobosan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
“Program Jateng PINTAR mendukung para guru untuk berkreasi menciptakan praktik baik pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan khususnya di masa pandemi. Praktik baik pembelajaran kemudian didiseminasikan kepada rekan-rekan guru di sekolah lain melalui berbagai platform seperti sosial media dan surat kabar, sehingga para guru saling menginspirasi untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan,” kata Ganjar dalam sambutannya.
Menurut Ganjar, program Jateng PINTAR yang merupakan bagian dari Program PINTAR Tanoto Foundation selaras dengan tujuan Provinsi Jawa Tengah meningkatkan kualitas pendidikan serta sejalan dengan salah satu misi Kemendikbudristek yaitu mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur dan teknologi.
Sementara itu Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation M Ari Widowati menuturkan bahwa pelatihan yang dilakukan oleh Tanoto Foundation telah menghasilkan kepala sekolah dan guru unggul atau fasilitator telah memberi banyak warna dalam kemajuan pendidikan di jantung Pulau Jawa.
Para fasilitator tersebut menjadikan kegiatan mendidik tidak hanya sekadar pekerjaan, namun juga pengabdian untuk membawa perubahan.
“Semangat itu pun melahirkan komitmen kuat untuk membangun lingkungan belajar yang sehat, yang berorientasi pada siswa, agar menjadi individu yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, berkebhinekaan, dan berakhlak. Keterbatasan tidak mengurangi kreativitas para fasilitator tersebut dalam menciptakan pembelajaran aktif selama pandemi,” pungkas Ari.
Jawa Tengah merupakan wilayah strategi yang diapit oleh Jawa Timur dan Jawa Barat. Provinsi dengan jumlah penduduk terpadat ketiga di Pulau Jawa ini menyimpan potensi sumber daya alam, ekonomi, dan sosial yang perlu dikelola dengan baik.
Berangkat dari hal ini, Tanoto Foundation tergerak untuk berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui program Jateng PINTAR. Program ini dijalankan guna membentuk kebiasaan baik serta dalam rangka penataan sistem pengelolaan pendidikan yang sehat. Program ini diharapkan bisa menciptakan dampak yang lebih besar bagi kemajuan kualitas pendidikan di Indonesia.
Baca juga: 5 Manfaat Ikut Paskibraka, Disiplin hingga Tumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air
Menurut Mubarok, pembentukan karakter siswa adalah prioritas utama. Adaptif dan mudah bersosialisasi merupakan kemampuan dasar yang diperlukan agar dapat menciptakan karakter siswa yang sadar akan kolaborasi.
Hal itu tercetus dalam pikirannya setelah melihat dampak pembelajaran jarak jauh yang seharusnya menciptakan rindu antar siswa-siswi, justru kenyataannya semakin menjauhkan hubungan.
Mubarok menyaksikan sendiri siswa-siswinya sibuk memainkan gawai masing-masing. Tak ada suasana cair, berisik nan seru khas remaja. Pandemi benar- benar membuat situasi yang tak biasa bagi pendidikan di Indonesia.
Kondisi ini membuatnya resah. Berangkat dari itu, tuntutan mengejar materi dari kurikulum bukan lagi menjadi prioritas utama. Sebaliknya, pembelajaran yang ringan dan menyenangkan akhirnya dipilih untuk mengawali pertemuan yang dingin tersebut.
Mubarok kemudian menginisiasi adanya permainan dan kegiatan menyanyi bersama untuk menghangatkan suasana. Tekadnya telah bulat. Walaupun diharuskan menjaga jarak fisik, namun kedekatan sosial tak boleh ikut renggang.
“Siswa-siswi harus berani saling berkenalan dan berinteraksi. Hasilnya pun sesuai dengan harapan, pembelajaran jadi lebih berkesan,” katanya, melalui siaran pers, Rabu (17/8/2022).
Agar terus bisa menciptakan ekosistem pembelajaran yang berkesan bagi siswa-siswi, tentu Mubarok tidak dapat melangkah sendiri. Dukungan berbagai pihak menjadi bahan bakar utama untuk merawat semangatnya menjadi pendidik.
Mubarok beruntung. Rekan-rekan guru di tempatnya mengajar, SMP Negeri 23 Semarang, juga memiliki semangat yang sama untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan.
Bagai gayung bersambut, Program PINTAR Tanoto Foundation yang diterapkan mulai bulan Agustus 2021 di sekolahnya, juga turut mendukung apa yang diyakini Mubarok tentang pentingnya menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan.
Baginya, Program PINTAR Tanoto Foundation dapat membantu guru untuk lebih memahami siswa. Baginya, penerapan asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif menjadi bekal berharga guna menciptakan aneka ide pembelajaran.
Dengan memahami profil siswa, Mubarok dapat menjauhkan diri dari kecenderungan guru yang meremehkan kemampuan siswa. Baginya kemampuan dan kebiasaan belajar siswa berbeda-beda dan tak bisa dipukul rata.
Baca juga: Dirayakan Setiap 14 Agustus, Begini Sejarah Hari Pramuka di Indonesia
Ajak Siswa Jadi Penemu
Keyakinan tersebut Mubarok buktikan dalam salah satu pengalaman mengajar materi zat aditif. Jika biasanya guru akan menjelaskan terlebih dahulu definisi dan ciri zat additif kepada siswa. Maka Mubarok justru membalik prosesnya.
Ia menantang siswa untuk menjadi penemu. Mubarok memberikan misi kepada siswa untuk menemukan apa saja zat yang terkandung dalam makanan dan minuman ringan yang mereka konsumsi sehari-hari.
Siswa menyelesaikan misi dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai literatur. Hingga akhirnya, setelah melakukan presentasi dan diskusi bersama rekan sejawat, sebagian besar siswa dapat menyadari bahwa ternyata banyak makanan yang mereka konsumsi mengandung zat adiktif.
Metode discovery learning inilah yang kemudian kerap dipraktikkan Mubarok untuk mendorong kemampuan literasi, utamanya untuk mempertajam daya kritis siswa.
Ketulusannya dalam mengajar selama tiga dekade tak pernah luntur. “Menjadi orang yang bermanfaat,” menjadi mantra paling ampuh yang diwariskan orang tua kepada Mubarok.
Mantra itu yang membawa dirinya mengabdikan diri sebagai guru. Yang memantapkan langkahnya setiap pagi untuk bertemu siswa-siswi.
Terus Berinovasi
Sementara itu, Gubernur Provinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan, penting bagi guru untuk selalu berinovasi dan melakukan terobosan guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
“Program Jateng PINTAR mendukung para guru untuk berkreasi menciptakan praktik baik pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan khususnya di masa pandemi. Praktik baik pembelajaran kemudian didiseminasikan kepada rekan-rekan guru di sekolah lain melalui berbagai platform seperti sosial media dan surat kabar, sehingga para guru saling menginspirasi untuk mempercepat peningkatan kualitas pendidikan,” kata Ganjar dalam sambutannya.
Menurut Ganjar, program Jateng PINTAR yang merupakan bagian dari Program PINTAR Tanoto Foundation selaras dengan tujuan Provinsi Jawa Tengah meningkatkan kualitas pendidikan serta sejalan dengan salah satu misi Kemendikbudristek yaitu mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi, merata dan berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur dan teknologi.
Sementara itu Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation M Ari Widowati menuturkan bahwa pelatihan yang dilakukan oleh Tanoto Foundation telah menghasilkan kepala sekolah dan guru unggul atau fasilitator telah memberi banyak warna dalam kemajuan pendidikan di jantung Pulau Jawa.
Para fasilitator tersebut menjadikan kegiatan mendidik tidak hanya sekadar pekerjaan, namun juga pengabdian untuk membawa perubahan.
“Semangat itu pun melahirkan komitmen kuat untuk membangun lingkungan belajar yang sehat, yang berorientasi pada siswa, agar menjadi individu yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, berkebhinekaan, dan berakhlak. Keterbatasan tidak mengurangi kreativitas para fasilitator tersebut dalam menciptakan pembelajaran aktif selama pandemi,” pungkas Ari.
(nnz)