Mahasiswa UB Gagas Greeny Maternity Pads Guna Pemulihan Luka Pasca Bersalin
loading...
A
A
A
JAKARTA - Empat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ( UB ) mengembangkan riset pembalut nifas yang dapat mempercepat pemulihan luka jahitan bagi ibu hamil. Inovasi itu mereka namakan Greeny Maternity Pads.
Inovasi ini digagas karena melihat kondisi banyak ibu yang baru saja melahirkan membutuhkan penanganan khusus, terlebih lagi jika mengalami luka robekan pada area genital pasca melahirkan. WHO merilis data pada tahun 2017, bahwa sebanyak 810 ibu meninggal setiap hari dengan 80 persen diantaranya akibat komplikasi pada fase nifas.
Keempat mahasiswa ini adalah Adinda Zahrani Mintarja, Arantxa Fahira Malaka, dan Dewi Elisa Angraeni dari Program Studi Kebidanan, serta Alfiatussaidah dari Program Studi Farmasi. Mereka menemukan ide kombinasi herbal dalam bentuk patch untuk membantu pemulihan luka robekan pasca melahirkan.
Baca juga: Viral! Mahasiswa Baru Unhas Diusir Dosen karena Memiliki Gender Netral
Menurut Adinda, Greeny Maternity Pads mampu mempercepat pemulihan luka robekan pasca melahirkan, dengan tetap menampung darah nifas. “Selama ini, tata laksana yang diberikan bagi ibu pasca melahirkan biasanya dengan menganjurkan mengonsumsi makanan yang tinggi protein selama nifas, khusus ibu yang memiliki luka robekan akibat persalinan akan dijahit kemudian dipasangkan kasa betadine selama 3 hari,” katanya, dikutip dari laman UB, Selasa (23/8/2022).
“Namun, banyak sekali ibu yang masih merasa kurang puas dan menginginkan pengobatan yang lebih cepat pada area jahitan tersebut, sehingga banyak dari mereka yang menggunakan pengobatan tradisional seperti mengoleskan rebusan daun sirih atau gerusan kunyit pada area kewanitaan,” lanjutnya.
Greeny Maternity Pad dibuat dari ekstrak kental daun pegagan, lidah buaya dan teh hijau. “Ekstrak ini kemudian diformulasikan menjadi patch transdermal sederhana yang dapat dilekatkan pada pembalut, sehingga lebih efisien daripada tata laksana yang sudah ada, sehingga mempercepat penyembuhan luka,” imbuhnya.
Zat Tanin dalam teh berperan dalam menyumbat luka dan memberikan efek pengamanan antioksidan. Zat Flavonoid pada lidah buaya berperan dalam meningkatkan peredaran darah serta meredakan bengkak. Zat Saponin dalam teh meningkatkan sintesis kolagen sehingga membantu memperkecil area luka pada kulit, menghentikan perdarahan, sehingga menyebabkan luka tertutup. Di akhir, zat Asiaticoside pada pegagan berperan membuat luka menutup dengan sempurna.
Bentuk patch atau plester dipilih karena membantu penyerapan ketiga zat tersebut dengan maksimal. Hasil penelitian tim menunjukkan, formulasi patch dengan perbandingan 2:1:1. Teh sebagai zat dengan kandungan tertinggi memiliki efektivitas penyembuhan luka terbaik.
Baca juga: KPK Dorong Penguatan Pendidikan Antikorupsi di SMA dan Sederajat di Jabar
Hal ini dibuktikan melalui observasi luka sayatan yang direpresentasikan pada tubuh tikus di mana luka menutup hingga 100% hanya kurang dari 3 minggu yaitu 15 hari saja, dari penggunaan betadine sebagai tata laksana yang sudah ada yang pada hari yang sama proses penyembuhan lukanya masih berada pada 95%.
“Penggunaannya pun sangat mudah, nantinya patch luka diletakkan di dalam pembalut, sehingga ketika ibu nifas menggunakan pembalut tersebut, di saat yang bersamaan pula luka ibu akan menjadi cepat kering dan mencegah reaksi inflamasi, sehingga luka cepat menutup,” jelas Arantxa.
“Artinya, Patch dalam Greeny Maternity Pad dapat dengan efektif menyembuhkan luka sayatan dalam kurun waktu 15 hari dengan efektivitas sebesar 100 persen, tergantung pada derajat robekan saat persalinan”, jelas Alfi.
Penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dibawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Penelitian di bawah bimbingan Rismaina Putri dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2022 bertempat di Laboratorium Farmasi, Farmakologi, serta Laboratorium Penelitian Hewan Coba Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Kelompok ini berharap di masa datang, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pembuatan bahan obat baru di masa yang akan datang, dapat bermanfaat dalam menyelesaikan permasalahan di masyarakat, serta dapat terus dikembangkan pada penelitian-penelitian berikutnya demi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lihat Juga: 5 Kampus Terbaik di Indonesia Versi Publikasi Riset Nature Index, PTS Ini Bersaing Ketat
Inovasi ini digagas karena melihat kondisi banyak ibu yang baru saja melahirkan membutuhkan penanganan khusus, terlebih lagi jika mengalami luka robekan pada area genital pasca melahirkan. WHO merilis data pada tahun 2017, bahwa sebanyak 810 ibu meninggal setiap hari dengan 80 persen diantaranya akibat komplikasi pada fase nifas.
Keempat mahasiswa ini adalah Adinda Zahrani Mintarja, Arantxa Fahira Malaka, dan Dewi Elisa Angraeni dari Program Studi Kebidanan, serta Alfiatussaidah dari Program Studi Farmasi. Mereka menemukan ide kombinasi herbal dalam bentuk patch untuk membantu pemulihan luka robekan pasca melahirkan.
Baca juga: Viral! Mahasiswa Baru Unhas Diusir Dosen karena Memiliki Gender Netral
Menurut Adinda, Greeny Maternity Pads mampu mempercepat pemulihan luka robekan pasca melahirkan, dengan tetap menampung darah nifas. “Selama ini, tata laksana yang diberikan bagi ibu pasca melahirkan biasanya dengan menganjurkan mengonsumsi makanan yang tinggi protein selama nifas, khusus ibu yang memiliki luka robekan akibat persalinan akan dijahit kemudian dipasangkan kasa betadine selama 3 hari,” katanya, dikutip dari laman UB, Selasa (23/8/2022).
“Namun, banyak sekali ibu yang masih merasa kurang puas dan menginginkan pengobatan yang lebih cepat pada area jahitan tersebut, sehingga banyak dari mereka yang menggunakan pengobatan tradisional seperti mengoleskan rebusan daun sirih atau gerusan kunyit pada area kewanitaan,” lanjutnya.
Greeny Maternity Pad dibuat dari ekstrak kental daun pegagan, lidah buaya dan teh hijau. “Ekstrak ini kemudian diformulasikan menjadi patch transdermal sederhana yang dapat dilekatkan pada pembalut, sehingga lebih efisien daripada tata laksana yang sudah ada, sehingga mempercepat penyembuhan luka,” imbuhnya.
Zat Tanin dalam teh berperan dalam menyumbat luka dan memberikan efek pengamanan antioksidan. Zat Flavonoid pada lidah buaya berperan dalam meningkatkan peredaran darah serta meredakan bengkak. Zat Saponin dalam teh meningkatkan sintesis kolagen sehingga membantu memperkecil area luka pada kulit, menghentikan perdarahan, sehingga menyebabkan luka tertutup. Di akhir, zat Asiaticoside pada pegagan berperan membuat luka menutup dengan sempurna.
Bentuk patch atau plester dipilih karena membantu penyerapan ketiga zat tersebut dengan maksimal. Hasil penelitian tim menunjukkan, formulasi patch dengan perbandingan 2:1:1. Teh sebagai zat dengan kandungan tertinggi memiliki efektivitas penyembuhan luka terbaik.
Baca juga: KPK Dorong Penguatan Pendidikan Antikorupsi di SMA dan Sederajat di Jabar
Hal ini dibuktikan melalui observasi luka sayatan yang direpresentasikan pada tubuh tikus di mana luka menutup hingga 100% hanya kurang dari 3 minggu yaitu 15 hari saja, dari penggunaan betadine sebagai tata laksana yang sudah ada yang pada hari yang sama proses penyembuhan lukanya masih berada pada 95%.
“Penggunaannya pun sangat mudah, nantinya patch luka diletakkan di dalam pembalut, sehingga ketika ibu nifas menggunakan pembalut tersebut, di saat yang bersamaan pula luka ibu akan menjadi cepat kering dan mencegah reaksi inflamasi, sehingga luka cepat menutup,” jelas Arantxa.
“Artinya, Patch dalam Greeny Maternity Pad dapat dengan efektif menyembuhkan luka sayatan dalam kurun waktu 15 hari dengan efektivitas sebesar 100 persen, tergantung pada derajat robekan saat persalinan”, jelas Alfi.
Penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan dibawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Penelitian di bawah bimbingan Rismaina Putri dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2022 bertempat di Laboratorium Farmasi, Farmakologi, serta Laboratorium Penelitian Hewan Coba Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Kelompok ini berharap di masa datang, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan pembuatan bahan obat baru di masa yang akan datang, dapat bermanfaat dalam menyelesaikan permasalahan di masyarakat, serta dapat terus dikembangkan pada penelitian-penelitian berikutnya demi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lihat Juga: 5 Kampus Terbaik di Indonesia Versi Publikasi Riset Nature Index, PTS Ini Bersaing Ketat
(nnz)