Kuliah Umum di PBSI UIN Jakarta, Yudi Latif Gaungkan Pendidikan Berkebudayaan
loading...
A
A
A
Narasi Yudi Latif mengenai pendidikan sebagai peta utama dalam memperbaiki kebudayaan dilontarkan bukan tanpa alasan. Menurutnya, Indonesia kini berada di posisi yang berpotensi saangat menguntungkan untuk memperbaiki dan membangun peradabannya.
Ia menjelaskan, Indonesia diuntungkan selain karena letak geografisnya yang sangat strategis, juga human capital yang dimiliki Indonesia sangatlah besar, terutama mengenai bonus demografi yang sedang disandangnya saat ini
Wacana pendidikan yang berkebudayaan disampaikan dengan sangat komprehensif pada sesi kuliah umum ini. Ia seolah ingin menegaskan, pendidikan adalah jalan satu-satunya untuk memberbaiki peradaban yang semakin terpolarisasi dan dipenuhi narasi negatif yang intoleran. Baginya, pendidikan yang relevan dibutuhkan untuk saat ini adalah pendidikan yang berkebudayaan,
“Pendidikan di Indonesia terlalu mementingkan kognitif learning, padahal di tengah permasalahan hari ini, kita perlu membangun konsep pendidikan yang lebih dibutuhkan, yakni pendidikan berbasis nilai,” tuturnya. Lebih lanjut, “pendidikan yang bisa mengolah nilai pada dasarnya adalah pendidikan yang berkebudayaan,” sambungnya.
Tidak hanya itu, pendidikan yang berkebudayaan mempunyai ciri yang khas dan sangat relevan dengan masalah yang disorot. Berbagai masalah seperti kebencian, ekslusvitas, intoleransi, perundungan, bahkan kekerasan akan terkikis dengan manusia-manusia yang mempunyai nilai fundamental yang luhur, semisal terbuka dan welas asih.
Di titik ini, pendidikan yang berkebudayaan memainkan peran pentingnya, karena di sistem pendidikan ini, sesuai penegasannya, pendidikan tidak hanya mementingkan nalar tapi juga nilai.
“Pendidikan yang berkebudayaan tidak hanya menciptakan manusia yang bisa mengembangkan penalaran yang tinggi, melainkan juga menciptakan manusia yang mampu memandang dunia, nilai, dan keyakinan dengan lebih luas,” Tambahnya.
Kulian umum ini dirasa sangat penting bagi masyarakat secara umum, dan pelaku pendidikan secara khusus, terutama Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah sebagai penyelenggara.
Seperti yang diungkapkan Dr. Sururin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan dalam sambutannya, “Acara ini sangat penting, semacam pencerahan, bagi kita civitas akademika dan calon pendidik, untuk memberikan pembekalan mengenai pendidikan yang penuh rasa kasih, kasih sayang, yang akan menjadi jawaban atas berbagai kasus yang selama ini terjadi,” Ungkapnya.
Oleh karenanya, konsep pendidikan yang dipopulerkan Yudi Latif tersebut, diharapkan mampu menciptakan kualitas manusia yang tidak individualistik. Sebaliknya, menciptakan manusia yang memegang nilai-nilai luhur, seperti keterikatan, keterhubungan, dan keberartian secara komunal.
Ia menjelaskan, Indonesia diuntungkan selain karena letak geografisnya yang sangat strategis, juga human capital yang dimiliki Indonesia sangatlah besar, terutama mengenai bonus demografi yang sedang disandangnya saat ini
Wacana pendidikan yang berkebudayaan disampaikan dengan sangat komprehensif pada sesi kuliah umum ini. Ia seolah ingin menegaskan, pendidikan adalah jalan satu-satunya untuk memberbaiki peradaban yang semakin terpolarisasi dan dipenuhi narasi negatif yang intoleran. Baginya, pendidikan yang relevan dibutuhkan untuk saat ini adalah pendidikan yang berkebudayaan,
“Pendidikan di Indonesia terlalu mementingkan kognitif learning, padahal di tengah permasalahan hari ini, kita perlu membangun konsep pendidikan yang lebih dibutuhkan, yakni pendidikan berbasis nilai,” tuturnya. Lebih lanjut, “pendidikan yang bisa mengolah nilai pada dasarnya adalah pendidikan yang berkebudayaan,” sambungnya.
Tidak hanya itu, pendidikan yang berkebudayaan mempunyai ciri yang khas dan sangat relevan dengan masalah yang disorot. Berbagai masalah seperti kebencian, ekslusvitas, intoleransi, perundungan, bahkan kekerasan akan terkikis dengan manusia-manusia yang mempunyai nilai fundamental yang luhur, semisal terbuka dan welas asih.
Di titik ini, pendidikan yang berkebudayaan memainkan peran pentingnya, karena di sistem pendidikan ini, sesuai penegasannya, pendidikan tidak hanya mementingkan nalar tapi juga nilai.
“Pendidikan yang berkebudayaan tidak hanya menciptakan manusia yang bisa mengembangkan penalaran yang tinggi, melainkan juga menciptakan manusia yang mampu memandang dunia, nilai, dan keyakinan dengan lebih luas,” Tambahnya.
Kulian umum ini dirasa sangat penting bagi masyarakat secara umum, dan pelaku pendidikan secara khusus, terutama Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah sebagai penyelenggara.
Seperti yang diungkapkan Dr. Sururin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan dalam sambutannya, “Acara ini sangat penting, semacam pencerahan, bagi kita civitas akademika dan calon pendidik, untuk memberikan pembekalan mengenai pendidikan yang penuh rasa kasih, kasih sayang, yang akan menjadi jawaban atas berbagai kasus yang selama ini terjadi,” Ungkapnya.
Oleh karenanya, konsep pendidikan yang dipopulerkan Yudi Latif tersebut, diharapkan mampu menciptakan kualitas manusia yang tidak individualistik. Sebaliknya, menciptakan manusia yang memegang nilai-nilai luhur, seperti keterikatan, keterhubungan, dan keberartian secara komunal.