SMK Ini Buat Kacamata dengan Sensor Ultrasonik untuk Tunanetra
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tak henti berkreasi, ragam inovasi terus ditorehkan oleh siswa sekolah kejuruan menengah ( SMK ). Salah satu yang teranyar datang dari para siswa SMK Al Huda, Kota Kediri, Jawa Timur, yang berhasil membuat kacamata dengan sensor ultrasonik yang bisa membantu para tunanetra .
Kacamata tersebut mereka hadirkan dalam ajang “Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3 – 2021/2022” yang memasuki stage ketiga, yaitu IoT Product Development Bootcamp.
Baca juga: Siswa Perlu Tahu, Mengenang Kiprah Sang Jenderal Besar AH Nasution
Menurut salah seorang siswa, Daffa Eka Sujianto, produk tersebut merupakan hasil dari materi boothcamp yang telah mengajarkan berbagai cara menjalankan sensor dengan program python, mengirim data sensor ke data IoT, cara menjadikan ide menjadi produk melalui tahap perakitan hardware, serta pembuatan program.
“Kami senang bisa lolos sampai ke stage ini karena belum pernah diajarkan materi-materi seperti itu,” kata Daffa, dikutip dari laman Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Jumat (30/9/2022).
Sebagai informasi, inovasi tersebut merupakan kacamata yang dilengkapi sensor ultrasonik, GPS, kamera, dan speaker yang bisa memberikan perintah berbelok kepada tunanetra berdasarkan data dari sensor. Oleh karena itu, kacamata tersebut diciptakan untuk membantu tunanetra beraktivitas.
Tantangan yang dihadapi saat mengerjakan proyek tersebut terjadi pada tahap merakit hardware karena ada yang tidak mendukung atau malah tidak tersedia. Selain itu, beberapa sensor juga tidak bisa menangkap sinyal sehingga harus membeli perangkat baru. Daffa pun berharap, kegiatan tersebut bisa menambahkan waktu untuk mentoring guna menyelesaikan masalah yang terjadi ketika hendak mewujudkan ide.
Sementara itu, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono, mengatakan bahwa “Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3 – 2021/2022” sejalan dengan upaya pemerintah mendorong peningkatan kapasitas guru dalam bidang TIK.
Baca juga: Ki Hajar Dewantara Menteri Pendidikan Pertama, Rela Lepas Kebangsawanan demi Sekolah Rakyat
"Kami ingin mencetak siswa Indonesia sebagai generasi muda yang menguasai teknologi digital, mampu menghasilkan solusi nyata untuk berbagai permasalahan di komunitas mereka, dan siap bersaing di industri. Kami berharap yang mereka dapatkan di SIC akan bermanfaat bagi masa depan mereka,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, pada stage ketiga yang telah digelar pada bulan Juni-September 2022 ini telah meloloskan sebanyak 100 siswa dari stage 2 yang terbagi dalam 25 tim. Tim tersebut terdiri atas 6 madrasah aliyah negeri (MAN) sebanyak 8 tim dan 10 SMK sebanyak 17 tim yang berasal dari berbagai sekolah di Indonesia.
Pada stage ketiga, para siswa didorong untuk memiliki kapasitas menjadi IoT developer yang terampil dan siap diserap oleh industri. Selain itu, para siswa diajarkan beberapa materi, meliputi Foundation & Hardware (IoT), Networking & Communication Basics (Raspberry Pi), dan Software & Platform (MongoDB, PyMongo, UBIDOTS).
Sebagai informasi, SMK Al Huda di Kota Kediri ini mempunyai 6 program keahlian, yakni Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Komputer dan Jaringan, Teknik Bisnis Sepeda Motor, Teknik Kendaraan Ringan, Komputer Multimedia, serta Teknik Pemesinan yang telah terakreditasi "A" oleh BAN S/M.
SMK ini juga tercatat telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan untuk mendirikan kelas industri, di antaranya Axioo Class Program, DNA Evercoss, TSM Honda, dan Samsung Tech Institute.
Kacamata tersebut mereka hadirkan dalam ajang “Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3 – 2021/2022” yang memasuki stage ketiga, yaitu IoT Product Development Bootcamp.
Baca juga: Siswa Perlu Tahu, Mengenang Kiprah Sang Jenderal Besar AH Nasution
Menurut salah seorang siswa, Daffa Eka Sujianto, produk tersebut merupakan hasil dari materi boothcamp yang telah mengajarkan berbagai cara menjalankan sensor dengan program python, mengirim data sensor ke data IoT, cara menjadikan ide menjadi produk melalui tahap perakitan hardware, serta pembuatan program.
“Kami senang bisa lolos sampai ke stage ini karena belum pernah diajarkan materi-materi seperti itu,” kata Daffa, dikutip dari laman Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Jumat (30/9/2022).
Sebagai informasi, inovasi tersebut merupakan kacamata yang dilengkapi sensor ultrasonik, GPS, kamera, dan speaker yang bisa memberikan perintah berbelok kepada tunanetra berdasarkan data dari sensor. Oleh karena itu, kacamata tersebut diciptakan untuk membantu tunanetra beraktivitas.
Tantangan yang dihadapi saat mengerjakan proyek tersebut terjadi pada tahap merakit hardware karena ada yang tidak mendukung atau malah tidak tersedia. Selain itu, beberapa sensor juga tidak bisa menangkap sinyal sehingga harus membeli perangkat baru. Daffa pun berharap, kegiatan tersebut bisa menambahkan waktu untuk mentoring guna menyelesaikan masalah yang terjadi ketika hendak mewujudkan ide.
Sementara itu, Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono, mengatakan bahwa “Samsung Innovation Campus (SIC) Batch 3 – 2021/2022” sejalan dengan upaya pemerintah mendorong peningkatan kapasitas guru dalam bidang TIK.
Baca juga: Ki Hajar Dewantara Menteri Pendidikan Pertama, Rela Lepas Kebangsawanan demi Sekolah Rakyat
"Kami ingin mencetak siswa Indonesia sebagai generasi muda yang menguasai teknologi digital, mampu menghasilkan solusi nyata untuk berbagai permasalahan di komunitas mereka, dan siap bersaing di industri. Kami berharap yang mereka dapatkan di SIC akan bermanfaat bagi masa depan mereka,” ungkapnya.
Sekadar diketahui, pada stage ketiga yang telah digelar pada bulan Juni-September 2022 ini telah meloloskan sebanyak 100 siswa dari stage 2 yang terbagi dalam 25 tim. Tim tersebut terdiri atas 6 madrasah aliyah negeri (MAN) sebanyak 8 tim dan 10 SMK sebanyak 17 tim yang berasal dari berbagai sekolah di Indonesia.
Pada stage ketiga, para siswa didorong untuk memiliki kapasitas menjadi IoT developer yang terampil dan siap diserap oleh industri. Selain itu, para siswa diajarkan beberapa materi, meliputi Foundation & Hardware (IoT), Networking & Communication Basics (Raspberry Pi), dan Software & Platform (MongoDB, PyMongo, UBIDOTS).
Sebagai informasi, SMK Al Huda di Kota Kediri ini mempunyai 6 program keahlian, yakni Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Komputer dan Jaringan, Teknik Bisnis Sepeda Motor, Teknik Kendaraan Ringan, Komputer Multimedia, serta Teknik Pemesinan yang telah terakreditasi "A" oleh BAN S/M.
SMK ini juga tercatat telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan untuk mendirikan kelas industri, di antaranya Axioo Class Program, DNA Evercoss, TSM Honda, dan Samsung Tech Institute.
(nnz)