Guru Besar Unesa Sebut Tragedi Kanjuruhan Bencana Antropogenik, Apa Artinya?
loading...
A
A
A
Akhir-akhir ini, lanjutnya, begitu banyak masalah sosial mulai distribusi minyak goreng sampai penegakan hukum (law enforcement) yang rendah. Bukan tak mungkin, massa pendukung tim sepak bola yang mayoritas berasal dari golongan “akar rumput” sudah punya masalah sejak keberangkatan dari rumah.
Mungkin belum bekerja atau sudah bekerja, tetapi gaji rendah, perut lapar tak punya uang atau punya uang tapi tak seberapa. Kecemburuan sosial ada dimana-mana. Stratifikasi membelah massa menjadi polarisasi dua golongan, yaitu yang merasa “kalah dan dikalahkan” dan yang “diklaim menang”.
Polaritas yang besar memicu friksi sosial. Reaksi massa adalah erupsi sosial dari dalam dapur magma yang tertekan. Tragedi Kanjuruhan dengan demikian adalah tragedi sosial, tragedi kemanusiaan yang jelas menjadi petunjuk bahwa bencana antropogenik bisa menjadi pemicu kematian sia-sia.
“Tanpa harus menyalahkan pihak mana pun dan siapa pun atas jatuhnya seratus lebih korban jiwa di tragedi Kanjuruhan, mari belajar dari sekarang. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Ini harus menjadi pelajaran untuk memperbaiki budaya sepak bola, pertandingan, supporter dan sistem pengamanannya ke depan,” tutupnya.
Mungkin belum bekerja atau sudah bekerja, tetapi gaji rendah, perut lapar tak punya uang atau punya uang tapi tak seberapa. Kecemburuan sosial ada dimana-mana. Stratifikasi membelah massa menjadi polarisasi dua golongan, yaitu yang merasa “kalah dan dikalahkan” dan yang “diklaim menang”.
Polaritas yang besar memicu friksi sosial. Reaksi massa adalah erupsi sosial dari dalam dapur magma yang tertekan. Tragedi Kanjuruhan dengan demikian adalah tragedi sosial, tragedi kemanusiaan yang jelas menjadi petunjuk bahwa bencana antropogenik bisa menjadi pemicu kematian sia-sia.
“Tanpa harus menyalahkan pihak mana pun dan siapa pun atas jatuhnya seratus lebih korban jiwa di tragedi Kanjuruhan, mari belajar dari sekarang. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Ini harus menjadi pelajaran untuk memperbaiki budaya sepak bola, pertandingan, supporter dan sistem pengamanannya ke depan,” tutupnya.
(nnz)