Wisuda Institut STIAMI, Wamenaker Ingatkan Pentingnya Kuasai Kompetensi Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Ketenagakerjaan ( Wamenaker ) Afriansyah Noor mengatakan, para wisudawan perguruan tinggi perlu melengkapi kemampuan diri dengan kompetensi digital. Sebab saat ini para wisudawan adalah generasi yang hidup di era digital.
“Sekarang ini kan sudah era digitalisasi , di mana dalam sistem kerja itu orang tidak ketemu orang lagi. Apalagi selama pandemi, pergerakan orang dibatasi dan itu membuat digitalisasi berkembang sangat pesat,” kata Afriansyah Noor saat memberikan orasi ilmiahnya Wisuda ke-43 Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI di Balai Samudera, Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Kegiatan wisuda tersebut diikuti 1.408 wisudawan dengan rincian 95 wisudawan Program Vokasi, 1.186 wisudawan Program Sarjana dan 127 wisudawan Pascasarjana semester genap tahun akademik 2021-2022.
Acara juga dihadiri Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah III Dr Ir Paristiyanti Nurwardani, Ketua Pembina Yayasan Ilomata Prof Safri Nurmantu, Pendiri Yayasan Ilomata Dr HM Syahrial Yusuf, Ketua Pengurus Yayasan Ilomata Drs Amrullah Satoto, Rektor Institut STIAMI Prof Dr Ir Wahyuddin Latunreng, dan Ketua Senat Akademik Institut STIAMI Prof Dr Muhammad Mulyadi.
Menurut Afriansyah, dengan kemampuan digital, maka kompetensi lulusan juga akan meningkat sehingga mereka dapat bersaing di dunia kerja baik nasional maupun internasional. “Jadi tidak cukup hanya prestasi akademik, tetapi perlu juga dilengkapi kompetensi digital,” kata Afriansyah yang juga alumnus Institut STIAMI 2010.
Wamenaker mengakui, rata-rata kompetensi digital mahasiswa Indonesia masih kurang sekitar 10%. Kondisi tersebut tentu berpengaruh terhadap daya saing tenaga kerja Indonesia baik dikancah nasional maupun internasional.
Karena itu dia mengimbau Kemendikbudristek untuk membuat program-program dalam rangka meningkatkan kemampuan digital mahasiswa.
Dia mengakui untuk meningkatkan kompetensi digital tenaga kerja Indonesia memang menghadapi beberapa kendala. Seperti belum meratanya sinyal internet, mahalnya peralatan yang dibutuhkan dan keterbatasan tingkat pemberdayaan mahasiswa. “Itu sebab dibutuhkan kolaborasi antar instansi antar lembaga,” ujar dia.
Afriansyah mengatakan, Kemenaker telah membuat laboratorium untuk pelatihan BLK di bidang digitalisasi dalam bentuk paket bantuan pelatihan dengan durasi pelatihan 200 jam atau selama 3 bulan yang bisa diikuti oleh siapa saja. Program tersebut semua didanai pemerintah melalui Kemenaker.
Dia juga mengimbau kampus-kampus untuk menyiapkan lulusan menjadi tenaga kerja yang benar-benar siap pakai, tidak hanya matang diteori tetapi juga benar-benar menguasai skill atau ketrampilan kerja. Dengan demikian, tingkat penerimaan tenaga kerja Indonesia pada 39 negara di dunia dapat ditingkatkan terus.
Selain kompetensi digital, Wamenaker juga mengingatkan pentingnya kompetensi bahasa asing. Dalam beberapa laporan menyebutkan bahwa ada banyak kesempatan kerja di luar negeri yang tidak bisa dimanfaatkan oleh tenaga kerja Indonesia akibat terkendala bahasa.
“Salah satunya adalah ketika Hyundai membutuhkan 500 ribu tenaga pengelasan, ternyata serapannya hanya 75 orang akibat terkendala bahasa,” jelas Afriansyah.
Sementara itu, Ketua LLDIKTI III Paristiyanti menyampaikan dukungannya terhadap program pelatihan kompetensi digital yang dilakukan Kemenaker melalui program BLK 200 jam. Langkah ini merupakan dukungan strategis bagi upaya pemerintah melahirkan 9 juta talenta digital hingga tahun 2035.
Untuk mendukung percepatan lahirnya jutaan talenta digital tersebut, LLDIKTI wilayah III diakui Paristiyanti telah mencanangkan 5.000 talenta digital setiap tahunnya melalui kegiatan bela negara.
“Jadi bela negara pada era digital bentuknya tidak harus angkat senjata tetapi bisa berupa ketrampilan dibidang komputer atau digital,” kata Paristiyanti.
Selain itu, untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja melalui talenta bahasa lulusan perguruan tinggi, LLDIKTI wilayah III juga sedang menyiapkan KKN tematik internasional dalam bidang bahasa. Tercatat ada 5 perguruan tinggi yang siap berkolaborasi dalam program yang akan dimulai Februari 2023.
Ada pun Bahasa asing yang masuk dalam program KKN tematik internasional tersebut adalah Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Bahasa Korea dan Bahasa Jepang.
Dengan memiliki talenta digital dan talenta bahasa, Paristiyanti yakin dapat mendongkrak daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar tenaga kerja global.
Sementara itu, Ketua Pengurus Yayasan Ilomata Drs Amrullah Satoto menyatakan Institut STIAMI siap berkolaborasi dengan pemerintah dalam berbagai program termasuk program KKN internasional.
“Kami siap berkolaborasi pada program KKN internasional. Jadi tidak hanya 5 perguruan tinggi, tetapi ada 6 perguruan tinggi termasuk Institut STIAMI yang siap berkolaborasi dalam KKN internasional,” kata Satoto.
Bagi Satoto, terlibat dalam program KKN internasional bukan masalah yang sulit mengingat selama ini Institut STIAMI telah melangkah jauh ke panggung global/internasional. Institut STIAMI menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang dalam dua tahun telah menyelenggarakan konferensi internasional sebanyak 4 kali, dengan melibatkan peserta dan pembicara dari 9 negara.
“Kami juga telah menginisiasi berdirinya asosiasi doktor internasional ilmu komunikasi, dan asosiasi doktor internasional ilmu adminsitrasi public. Anggotanya bukan hanya dari Indonesia tetapi dari seluruh negara di dunia. Bahkan kini di Institut STIAMI telah memiliki beberapa guru besar dari luar negeri,” kata Satoto.
Sebelumnya, Rektor Institut STIAMI Prof Dr Ir Wahyuddin Latunreng mengatakan, Institut STIAMI dalam upaya mengakselerasikan kepentingan kebijakan mutu, terus berupaya mempersiapkan peningkatan kualitas lulusan melalui penguatan digitalisasi dengan pembelajaran daring maupun luring.
Selain itu, juga menerapan inovasi pembelajaran tugas akhir non skripsi melalui penulisan karya ilmiah dengan pilihan laporan magang atau praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaga, studi proyek independent, KKN tematik, produk atau karya serta pembuatan policy paper.
“Keseluruhan program kerja tersebut telah dicanangkan dalam Panca Program melalui 5 Indikator Kinerja Utama atau IKU sebagaimana ditetapkan Kemendikbudristek,” jelas Rektor.
Kelima IKU tersebut meliputi program peningkatan kualitas SDM, peningkatan tata kelola kelembagaan, peningkatan kualitas pembelajaran dan mahasiswa, peningkatan penelitian dan pengabdian masyarakat serta program inovasi.
Lihat Juga: Ikut Partisipasi pada Pameran SINOX 01, Hulu Migas Komitmen Perluas Dukungan di Lingkungan Akademik
“Sekarang ini kan sudah era digitalisasi , di mana dalam sistem kerja itu orang tidak ketemu orang lagi. Apalagi selama pandemi, pergerakan orang dibatasi dan itu membuat digitalisasi berkembang sangat pesat,” kata Afriansyah Noor saat memberikan orasi ilmiahnya Wisuda ke-43 Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI di Balai Samudera, Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Kegiatan wisuda tersebut diikuti 1.408 wisudawan dengan rincian 95 wisudawan Program Vokasi, 1.186 wisudawan Program Sarjana dan 127 wisudawan Pascasarjana semester genap tahun akademik 2021-2022.
Acara juga dihadiri Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) wilayah III Dr Ir Paristiyanti Nurwardani, Ketua Pembina Yayasan Ilomata Prof Safri Nurmantu, Pendiri Yayasan Ilomata Dr HM Syahrial Yusuf, Ketua Pengurus Yayasan Ilomata Drs Amrullah Satoto, Rektor Institut STIAMI Prof Dr Ir Wahyuddin Latunreng, dan Ketua Senat Akademik Institut STIAMI Prof Dr Muhammad Mulyadi.
Menurut Afriansyah, dengan kemampuan digital, maka kompetensi lulusan juga akan meningkat sehingga mereka dapat bersaing di dunia kerja baik nasional maupun internasional. “Jadi tidak cukup hanya prestasi akademik, tetapi perlu juga dilengkapi kompetensi digital,” kata Afriansyah yang juga alumnus Institut STIAMI 2010.
Wamenaker mengakui, rata-rata kompetensi digital mahasiswa Indonesia masih kurang sekitar 10%. Kondisi tersebut tentu berpengaruh terhadap daya saing tenaga kerja Indonesia baik dikancah nasional maupun internasional.
Karena itu dia mengimbau Kemendikbudristek untuk membuat program-program dalam rangka meningkatkan kemampuan digital mahasiswa.
Dia mengakui untuk meningkatkan kompetensi digital tenaga kerja Indonesia memang menghadapi beberapa kendala. Seperti belum meratanya sinyal internet, mahalnya peralatan yang dibutuhkan dan keterbatasan tingkat pemberdayaan mahasiswa. “Itu sebab dibutuhkan kolaborasi antar instansi antar lembaga,” ujar dia.
Afriansyah mengatakan, Kemenaker telah membuat laboratorium untuk pelatihan BLK di bidang digitalisasi dalam bentuk paket bantuan pelatihan dengan durasi pelatihan 200 jam atau selama 3 bulan yang bisa diikuti oleh siapa saja. Program tersebut semua didanai pemerintah melalui Kemenaker.
Dia juga mengimbau kampus-kampus untuk menyiapkan lulusan menjadi tenaga kerja yang benar-benar siap pakai, tidak hanya matang diteori tetapi juga benar-benar menguasai skill atau ketrampilan kerja. Dengan demikian, tingkat penerimaan tenaga kerja Indonesia pada 39 negara di dunia dapat ditingkatkan terus.
Selain kompetensi digital, Wamenaker juga mengingatkan pentingnya kompetensi bahasa asing. Dalam beberapa laporan menyebutkan bahwa ada banyak kesempatan kerja di luar negeri yang tidak bisa dimanfaatkan oleh tenaga kerja Indonesia akibat terkendala bahasa.
“Salah satunya adalah ketika Hyundai membutuhkan 500 ribu tenaga pengelasan, ternyata serapannya hanya 75 orang akibat terkendala bahasa,” jelas Afriansyah.
Sementara itu, Ketua LLDIKTI III Paristiyanti menyampaikan dukungannya terhadap program pelatihan kompetensi digital yang dilakukan Kemenaker melalui program BLK 200 jam. Langkah ini merupakan dukungan strategis bagi upaya pemerintah melahirkan 9 juta talenta digital hingga tahun 2035.
Untuk mendukung percepatan lahirnya jutaan talenta digital tersebut, LLDIKTI wilayah III diakui Paristiyanti telah mencanangkan 5.000 talenta digital setiap tahunnya melalui kegiatan bela negara.
“Jadi bela negara pada era digital bentuknya tidak harus angkat senjata tetapi bisa berupa ketrampilan dibidang komputer atau digital,” kata Paristiyanti.
Selain itu, untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja melalui talenta bahasa lulusan perguruan tinggi, LLDIKTI wilayah III juga sedang menyiapkan KKN tematik internasional dalam bidang bahasa. Tercatat ada 5 perguruan tinggi yang siap berkolaborasi dalam program yang akan dimulai Februari 2023.
Ada pun Bahasa asing yang masuk dalam program KKN tematik internasional tersebut adalah Bahasa Arab, Bahasa Mandarin, Bahasa Korea dan Bahasa Jepang.
Dengan memiliki talenta digital dan talenta bahasa, Paristiyanti yakin dapat mendongkrak daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar tenaga kerja global.
Sementara itu, Ketua Pengurus Yayasan Ilomata Drs Amrullah Satoto menyatakan Institut STIAMI siap berkolaborasi dengan pemerintah dalam berbagai program termasuk program KKN internasional.
“Kami siap berkolaborasi pada program KKN internasional. Jadi tidak hanya 5 perguruan tinggi, tetapi ada 6 perguruan tinggi termasuk Institut STIAMI yang siap berkolaborasi dalam KKN internasional,” kata Satoto.
Bagi Satoto, terlibat dalam program KKN internasional bukan masalah yang sulit mengingat selama ini Institut STIAMI telah melangkah jauh ke panggung global/internasional. Institut STIAMI menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta yang dalam dua tahun telah menyelenggarakan konferensi internasional sebanyak 4 kali, dengan melibatkan peserta dan pembicara dari 9 negara.
“Kami juga telah menginisiasi berdirinya asosiasi doktor internasional ilmu komunikasi, dan asosiasi doktor internasional ilmu adminsitrasi public. Anggotanya bukan hanya dari Indonesia tetapi dari seluruh negara di dunia. Bahkan kini di Institut STIAMI telah memiliki beberapa guru besar dari luar negeri,” kata Satoto.
Sebelumnya, Rektor Institut STIAMI Prof Dr Ir Wahyuddin Latunreng mengatakan, Institut STIAMI dalam upaya mengakselerasikan kepentingan kebijakan mutu, terus berupaya mempersiapkan peningkatan kualitas lulusan melalui penguatan digitalisasi dengan pembelajaran daring maupun luring.
Selain itu, juga menerapan inovasi pembelajaran tugas akhir non skripsi melalui penulisan karya ilmiah dengan pilihan laporan magang atau praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian, proyek kemanusiaan, kegiatan wirausaga, studi proyek independent, KKN tematik, produk atau karya serta pembuatan policy paper.
“Keseluruhan program kerja tersebut telah dicanangkan dalam Panca Program melalui 5 Indikator Kinerja Utama atau IKU sebagaimana ditetapkan Kemendikbudristek,” jelas Rektor.
Kelima IKU tersebut meliputi program peningkatan kualitas SDM, peningkatan tata kelola kelembagaan, peningkatan kualitas pembelajaran dan mahasiswa, peningkatan penelitian dan pengabdian masyarakat serta program inovasi.
Lihat Juga: Ikut Partisipasi pada Pameran SINOX 01, Hulu Migas Komitmen Perluas Dukungan di Lingkungan Akademik
(mpw)