Kompetisi Sains Madrasah 2022 Ditutup, Banyak Temuan Ilmiah Menunggu Dikembangkan
loading...
A
A
A
Perinciannya, untuk tingkat MI diikuti oleh 68 siswa dengan 2 bidang lomba, yaitu Matematika dan Sains IPA. Sementara untuk tingkat MTs diikuti oleh 102 siswa dengan 3 bidang lomba, yaitu Matematika, IPA, dan IPS. Sedangkan untuk tingkat MA diikuti oleh 204 peserta, dengan enam mata pelajaran yang dilombakan, yaitu: Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi, dan Geografi.
KSM adalah olimpiade sains versi Kemenag, yang pelaksanaan tesnya menggunakan Computerized-Based Test dan soalnya memakai pendekatan “integrasi sains dan ilmu keislaman”. Sebagaimana Olimpiade Sains Nasional (OSN) boleh diikuti siswa madrasah, KSM juga boleh diikuti siswa sekolah umum.
Pada saat yang sama digelar pula Madrasah Young Researcher Super Camp (MYRES), sebuah ajang kompetisi penelitian dan penulisan karya ilmiah berbasis riset. Tahun ini panitia MYREST menerima 9.220 proposal penelitian, kemudian diperas menjadi 156 proposal terbaik dalam tiga bidang penelitian, yaitu bidang Sains dan Teknologi, Sosial dan Humaniora, serta Keagamaan.
Sebanyak 156 tim yang mengajukan proposal itu kemudian dibekali workshop selama empat hari dengan menghadirkan para narasumber dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Universitas Islam Negeri (UIN).
Selanjutnya dilakukan pendampingan selama satu bulan ketika dalam proses penelitian. Para juri kemudian menetapkan 36 proposal terbaik, yang masuk ke ajang grand final dan hasilnya dipamerkan di expo.
Salah satu pemenang MYRES 2022 adalah Tim Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Kediri, yang menemukan alat pendeteksi komplikasi diabetes.
Tim yang beranggotakan Bayu Cahyo Bintoro dan Intan Asmi Sahari, keduanya kelas 11, mempresentasikan hasil risetnya dengan judul "Pendeteksi Kadar C- Reaktif Protein (CRP) Saliva pada Pasien DMT 2 dalam Penentuan Derajat Komplikatif berbasis Machine Learning".
Alat ini dinamai CRP Strip, yang memiliki kemampuan mengukur kadar protein reaktif C pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2, tanpa mengambil sampel darah. Temuan ini menggunakan teknik analisa saliva atau air liur.
Ternyata catatan komplikasi penderita Diabetes Melitus Tipe (DMT) 2 dapat diintip dengan cara memeriksa saliva dengan cermat. Caranya, sampel saliva dicapur dengan silk febrion, sebuah senyawa kimiawi yang dihasilkan oleh kepompong ulat sutera.
Setelah saliva diikat oleh silk febrion ini, bentuknya jadi beku dan memiliki konfigurasi unsur yang dapat dianalisa di laboratorium, lalu dibaca dengan digital learning. Hasil bacaan digital lerning ini dapat menjadi catatan medik yang digunakan sebagai acuan tindakan yang tepat bagi pasien DMT2.
KSM adalah olimpiade sains versi Kemenag, yang pelaksanaan tesnya menggunakan Computerized-Based Test dan soalnya memakai pendekatan “integrasi sains dan ilmu keislaman”. Sebagaimana Olimpiade Sains Nasional (OSN) boleh diikuti siswa madrasah, KSM juga boleh diikuti siswa sekolah umum.
Pada saat yang sama digelar pula Madrasah Young Researcher Super Camp (MYRES), sebuah ajang kompetisi penelitian dan penulisan karya ilmiah berbasis riset. Tahun ini panitia MYREST menerima 9.220 proposal penelitian, kemudian diperas menjadi 156 proposal terbaik dalam tiga bidang penelitian, yaitu bidang Sains dan Teknologi, Sosial dan Humaniora, serta Keagamaan.
Sebanyak 156 tim yang mengajukan proposal itu kemudian dibekali workshop selama empat hari dengan menghadirkan para narasumber dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Universitas Islam Negeri (UIN).
Selanjutnya dilakukan pendampingan selama satu bulan ketika dalam proses penelitian. Para juri kemudian menetapkan 36 proposal terbaik, yang masuk ke ajang grand final dan hasilnya dipamerkan di expo.
Salah satu pemenang MYRES 2022 adalah Tim Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Kediri, yang menemukan alat pendeteksi komplikasi diabetes.
Tim yang beranggotakan Bayu Cahyo Bintoro dan Intan Asmi Sahari, keduanya kelas 11, mempresentasikan hasil risetnya dengan judul "Pendeteksi Kadar C- Reaktif Protein (CRP) Saliva pada Pasien DMT 2 dalam Penentuan Derajat Komplikatif berbasis Machine Learning".
Alat ini dinamai CRP Strip, yang memiliki kemampuan mengukur kadar protein reaktif C pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2, tanpa mengambil sampel darah. Temuan ini menggunakan teknik analisa saliva atau air liur.
Ternyata catatan komplikasi penderita Diabetes Melitus Tipe (DMT) 2 dapat diintip dengan cara memeriksa saliva dengan cermat. Caranya, sampel saliva dicapur dengan silk febrion, sebuah senyawa kimiawi yang dihasilkan oleh kepompong ulat sutera.
Setelah saliva diikat oleh silk febrion ini, bentuknya jadi beku dan memiliki konfigurasi unsur yang dapat dianalisa di laboratorium, lalu dibaca dengan digital learning. Hasil bacaan digital lerning ini dapat menjadi catatan medik yang digunakan sebagai acuan tindakan yang tepat bagi pasien DMT2.