Kompetisi Sains Madrasah 2022 Ditutup, Banyak Temuan Ilmiah Menunggu Dikembangkan
loading...
A
A
A
Belum ada informasi tentang tingkat akurasinya, apakah seakurat metode yang dipakai dokter selama ini atau berbeda. Metode yang dikenal selama ini adalah dengan analisa darah. Darah yang diperoleh dari pasien diolah secara kimiawi menjadi serum. Serum ini kemudian diperiksa, hingga keluar informasi tentang kadar gula darah.
Temuan ini menjadi salah satu yang favorit di ajang MYREST 2022. Booth milik MAN 2 Kota Kediri ini sempat dikunjungi Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa'adi dan sempat berdiskusi dengan para penelitinya.
Menurut Intan Asmi Sahari, risetnya ini terpicu oleh tingginya prevalensi DMT2 di Indonesia. "Biasanya untuk mengetahui kadar gula darah penderita DMT 2, digunakan metode elisa, metode konvensional untuk mendapatkan C-Reactive Protein (CRP) pada pasien DMT 2 dengan mengambil sampel darah pasien," katanya.
Namun sayangnya sampling darah kadang membuat pasien trauma. Selain itu biayanya lumayan mahal. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang analisa komplikasi DMT2 dengan cara yang lebih mudah dan murah. Penelitian ini dibimbing oleh dr. Safitri Indah Masithah, Sp.PD.
Pengujian komplikasi DMT2 versi madrasah ini, kata Intan, tidak akan banyak biaya. Bahannya hanya kertas filter, kertas foto, dan kertas karton. “Kami belum menghitung biayanya, yang jelas sangat murah,” katanya.
Intan menegaskan, alat ini mudah diaplikasikan secara mandiri, tanpa bantuan orang lain ataupun tanpa harus ke rumah sakit.
Temuan ini menjadi salah satu yang favorit di ajang MYREST 2022. Booth milik MAN 2 Kota Kediri ini sempat dikunjungi Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa'adi dan sempat berdiskusi dengan para penelitinya.
Menurut Intan Asmi Sahari, risetnya ini terpicu oleh tingginya prevalensi DMT2 di Indonesia. "Biasanya untuk mengetahui kadar gula darah penderita DMT 2, digunakan metode elisa, metode konvensional untuk mendapatkan C-Reactive Protein (CRP) pada pasien DMT 2 dengan mengambil sampel darah pasien," katanya.
Namun sayangnya sampling darah kadang membuat pasien trauma. Selain itu biayanya lumayan mahal. Maka dari itu dilakukan penelitian tentang analisa komplikasi DMT2 dengan cara yang lebih mudah dan murah. Penelitian ini dibimbing oleh dr. Safitri Indah Masithah, Sp.PD.
Pengujian komplikasi DMT2 versi madrasah ini, kata Intan, tidak akan banyak biaya. Bahannya hanya kertas filter, kertas foto, dan kertas karton. “Kami belum menghitung biayanya, yang jelas sangat murah,” katanya.
Intan menegaskan, alat ini mudah diaplikasikan secara mandiri, tanpa bantuan orang lain ataupun tanpa harus ke rumah sakit.
(mpw)