Guru Besar UI Tawarkan Teknologi Biomassa untuk Energi Alternatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Di Indonesia, penerapan energi terbarukan secara masif masih didominasi Solar Photovoltaic (PV), sedangkan energi terbarukan lainnya seperti energi angin dan biomassa masih minim. Dengan kondisi yang demikian, biomassa dapat menjadi salah satu primadona pengganti energi fosil seperti batu bara dan gas.
Salah seorang Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo meneliti potensi biomassa Indonesia sebagai alternatif energi terbarukan. “Biomassa adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua senyawa organik yang berasal dari tanaman budidaya, alga dan sampah organik yang dapat dijadikan sumber energi alternatif dengan bahan baku yang dapat terbarukan,” katanya, melalui siaran pers, Rabu (2/11/2022).
Menurut peneliti Tropical Renewable Energy Center (TREC) FTUI ini, Indonesia memiliki tanah yang subur serta iklim tropis, memungkinkan biomassa diproduksi sepanjang tahun. Energi biomassa dapat menjadi solusi bahan bakar yang selama ini tidak dapat diperbaharui dan mencemari lingkungan hidup.
Baca juga: Dekan Universitas BINUS Melihat Peluang Karier Besar bagi Konten Kreator
FTUI juga mengembangkan gasifikasi biomassa yang terhubung dengan Internet of Things (IoT) dalam pengembangan komersial. Gasifikasi biomassa merupakan proses reaksi endotermis untuk mengkonversi biomassa menjadi gas mudah bakar, terjadi pada suhu tinggi dengan oksigen terbatas.
"Kami merancang Mobile Biomass Gasifier Prototype 3 sebagai tahap lanjutan dari generasi sebelumnya yang bertujuan untuk memanfaatkan biomassa dari beras menjadi gas yang mudah terbakar yang dapat dimanfaatkan sebagai listrik melalui mesin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi gas produser dari Mobile Gasifier Prototype 3 (P3) pada proses gasifikasi kontinyu dengan reaktor tipe fixed bed downdraft," kata Prof. Adi.
Sejak 2019, Grup Riset Gasifikasi Biomassa, Departemen Teknik Mesin FTUI, bekerja sama dengan Mitra Pengembangan PT Melu Bangun Wiweka, mengembangkan Mobile Biomass Gasifier. Mobile Biomass Gasifier merupakan alat konversi biomassa (sekam padi, kayu, daun, bonggol jagung, dan sebagainya) menjadi gas gasifikasi (producer gas).
Gas gasifikasi ini dapat digunakan sebagai bahan bakar gas untuk gas engine maupun sumber panas skala industri. Alat ini berkapasitas 35 kW termal untuk produk gas dan 20 kW elektrik untuk produk listriknya.
Baca juga: Seminar Literasi dari MNC, Menjadikan Mahasiswi Komunikasi BINUS Ini Lebih Percaya Diri
“Mobile Biomass Gasifier memiliki keunggulan sebagai sumber energi terbarukan yang dapat menopang transisi energi terbarukan karena memenuhi konsep carbon neutral, tanaman yang menghasilkan biomassa dapat menangkap CO2 yang dihasilkan dalam proses gasifikasi. Selain itu, teknologi ini juga ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi lingkungan. Dalam pengembangannya, alat ini diteliti dalam tiga tahap prototipe, yaitu Purwarupa 1 (P1), Purwarupa 2 (P2), dan Purwarupa 3 (P3),” ujar Prof. Adi.
Salah seorang Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo meneliti potensi biomassa Indonesia sebagai alternatif energi terbarukan. “Biomassa adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua senyawa organik yang berasal dari tanaman budidaya, alga dan sampah organik yang dapat dijadikan sumber energi alternatif dengan bahan baku yang dapat terbarukan,” katanya, melalui siaran pers, Rabu (2/11/2022).
Menurut peneliti Tropical Renewable Energy Center (TREC) FTUI ini, Indonesia memiliki tanah yang subur serta iklim tropis, memungkinkan biomassa diproduksi sepanjang tahun. Energi biomassa dapat menjadi solusi bahan bakar yang selama ini tidak dapat diperbaharui dan mencemari lingkungan hidup.
Baca juga: Dekan Universitas BINUS Melihat Peluang Karier Besar bagi Konten Kreator
FTUI juga mengembangkan gasifikasi biomassa yang terhubung dengan Internet of Things (IoT) dalam pengembangan komersial. Gasifikasi biomassa merupakan proses reaksi endotermis untuk mengkonversi biomassa menjadi gas mudah bakar, terjadi pada suhu tinggi dengan oksigen terbatas.
"Kami merancang Mobile Biomass Gasifier Prototype 3 sebagai tahap lanjutan dari generasi sebelumnya yang bertujuan untuk memanfaatkan biomassa dari beras menjadi gas yang mudah terbakar yang dapat dimanfaatkan sebagai listrik melalui mesin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi gas produser dari Mobile Gasifier Prototype 3 (P3) pada proses gasifikasi kontinyu dengan reaktor tipe fixed bed downdraft," kata Prof. Adi.
Sejak 2019, Grup Riset Gasifikasi Biomassa, Departemen Teknik Mesin FTUI, bekerja sama dengan Mitra Pengembangan PT Melu Bangun Wiweka, mengembangkan Mobile Biomass Gasifier. Mobile Biomass Gasifier merupakan alat konversi biomassa (sekam padi, kayu, daun, bonggol jagung, dan sebagainya) menjadi gas gasifikasi (producer gas).
Gas gasifikasi ini dapat digunakan sebagai bahan bakar gas untuk gas engine maupun sumber panas skala industri. Alat ini berkapasitas 35 kW termal untuk produk gas dan 20 kW elektrik untuk produk listriknya.
Baca juga: Seminar Literasi dari MNC, Menjadikan Mahasiswi Komunikasi BINUS Ini Lebih Percaya Diri
“Mobile Biomass Gasifier memiliki keunggulan sebagai sumber energi terbarukan yang dapat menopang transisi energi terbarukan karena memenuhi konsep carbon neutral, tanaman yang menghasilkan biomassa dapat menangkap CO2 yang dihasilkan dalam proses gasifikasi. Selain itu, teknologi ini juga ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi lingkungan. Dalam pengembangannya, alat ini diteliti dalam tiga tahap prototipe, yaitu Purwarupa 1 (P1), Purwarupa 2 (P2), dan Purwarupa 3 (P3),” ujar Prof. Adi.