Kemenag Tegaskan ToT Kurikulum Merdeka Berbasis Kebutuhan Guru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Pusdiklat Tenaga teknis Pendidikan dan Keagamaan, Mastuki mengatakan bahwa pelaksanaan Training Of Trainer (TOT) Kurikulum Merdeka dilakukan berbasis pada kebutuhan para guru.
Hal ini disampaikan Mastuki saat membuka TOT Kurikulum Merdeka angkatan III di kampus Pusdiklat Ciputat, seperti dilansir dari laman resmi Kemenag, Rabu (16/11/2022).
Menurutnya, pelaksanaan TOT ini agak sedikit terlambat karena pihaknya ingin memastikan bahwa pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat dan Balai-balai Diklat Keagamaan benar-benar berbasis kebutuhan pengguna.
"Kita berkolaborasi dengan Ditjen Pendidikan Islam melalui Direktorat KSKK (Kurikulum, Sarana Prasarana, Kesiswaan, dan Kelembagaan) Madrasah, karena pengguna Kurikulum Merdeka ini adalah madrasah, para guru di madrasah, dan lembaga pembina madrasah adalah Ditjen Pendidikan Islam," tuturnya.
"Pusdiklat hanya penyambung dari kebutuhan para user, para guru, para pegawai. Karena pelatihan yang tidak didasarkan atas kebutuhan para user, akan sulit landing dengan baik, akan sulit diterima," tambahnya.
Mastuki mengajak widyaiswara yang telah mengikuti TOT untuk berkolaborasi dengan para guru saat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di madrasah.
"Kita berharap hasil TOT ini bisa segera diimplementasikan di madrasah. Agar hasil TOT ini bisa maksimal, agar para widyaiswara yang sudah mengikuti TOT ini nanti di daerah bisa mendapatkan tandem para guru yang menguasai seluk beluk madrasah agar bisa mengakselerasi kurikulum dengan baik," tuturnya.
Kolaborasi dengan para guru sangat penting karena kurikulum itu sesuatu yang dinamis. Sebagai dokumen, kata Mastuki, Kurikulum Merdeka mungkin sudah matang. Tetapi sebagai sebuah proses pembelajaran, Kurikulum Merdeka membutuhkan pengetahuan, penerjemahan, dan pengalaman kekinian yang luas. Untuk itu, semua pihak harus terus berkolaborasi, bekerjasama dengan siapa saja, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.
"Kurikulum Merdeka bisa dipelajari siapa saja dan kapan saja, tapi untuk mengimplementasikannya membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kolaborasi," tambahnya.
Mastuki juga mengingatkan, bahwa sosialisasi dan implementasi Kurikulum Merdeka tidak hanya dilakukan melalui tatap muka hasil TOT ini saja. Lebih dari itu, sosialisasi juga akan memanfaatkan teknologi yang sudah dimiliki Kementerian Agama, yaitu melalui MOOC (Massive Open Online Course) Pintar.
"Guru di madrasah ini jumlahnya ratusan ribu, sementara pelatihan tatap muka hanya bisa menjangkau puluhan ribu. Maka kita akan maksimalkan penggunaan Pintar yang bisa menjangkau ratusan ribu peserta untuk membantu percepatan penguasaan materi Kurikulum Merdeka kepada guru-guru di madrasah," terangnya.
TOT Kurikulum Merdeka angkatan III ini diikuti 30 peserta, berasal dari widyaiswara Pusdiklat Teknis, dan perwakilan dari 14 Balai Diklat Keagamaan. Berlangsung di Kampus Pusdiklat Ciputat, dari 14 - 19 November 2022.
Hal ini disampaikan Mastuki saat membuka TOT Kurikulum Merdeka angkatan III di kampus Pusdiklat Ciputat, seperti dilansir dari laman resmi Kemenag, Rabu (16/11/2022).
Menurutnya, pelaksanaan TOT ini agak sedikit terlambat karena pihaknya ingin memastikan bahwa pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Pusdiklat dan Balai-balai Diklat Keagamaan benar-benar berbasis kebutuhan pengguna.
"Kita berkolaborasi dengan Ditjen Pendidikan Islam melalui Direktorat KSKK (Kurikulum, Sarana Prasarana, Kesiswaan, dan Kelembagaan) Madrasah, karena pengguna Kurikulum Merdeka ini adalah madrasah, para guru di madrasah, dan lembaga pembina madrasah adalah Ditjen Pendidikan Islam," tuturnya.
"Pusdiklat hanya penyambung dari kebutuhan para user, para guru, para pegawai. Karena pelatihan yang tidak didasarkan atas kebutuhan para user, akan sulit landing dengan baik, akan sulit diterima," tambahnya.
Mastuki mengajak widyaiswara yang telah mengikuti TOT untuk berkolaborasi dengan para guru saat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di madrasah.
"Kita berharap hasil TOT ini bisa segera diimplementasikan di madrasah. Agar hasil TOT ini bisa maksimal, agar para widyaiswara yang sudah mengikuti TOT ini nanti di daerah bisa mendapatkan tandem para guru yang menguasai seluk beluk madrasah agar bisa mengakselerasi kurikulum dengan baik," tuturnya.
Kolaborasi dengan para guru sangat penting karena kurikulum itu sesuatu yang dinamis. Sebagai dokumen, kata Mastuki, Kurikulum Merdeka mungkin sudah matang. Tetapi sebagai sebuah proses pembelajaran, Kurikulum Merdeka membutuhkan pengetahuan, penerjemahan, dan pengalaman kekinian yang luas. Untuk itu, semua pihak harus terus berkolaborasi, bekerjasama dengan siapa saja, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya.
"Kurikulum Merdeka bisa dipelajari siapa saja dan kapan saja, tapi untuk mengimplementasikannya membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan kolaborasi," tambahnya.
Mastuki juga mengingatkan, bahwa sosialisasi dan implementasi Kurikulum Merdeka tidak hanya dilakukan melalui tatap muka hasil TOT ini saja. Lebih dari itu, sosialisasi juga akan memanfaatkan teknologi yang sudah dimiliki Kementerian Agama, yaitu melalui MOOC (Massive Open Online Course) Pintar.
"Guru di madrasah ini jumlahnya ratusan ribu, sementara pelatihan tatap muka hanya bisa menjangkau puluhan ribu. Maka kita akan maksimalkan penggunaan Pintar yang bisa menjangkau ratusan ribu peserta untuk membantu percepatan penguasaan materi Kurikulum Merdeka kepada guru-guru di madrasah," terangnya.
TOT Kurikulum Merdeka angkatan III ini diikuti 30 peserta, berasal dari widyaiswara Pusdiklat Teknis, dan perwakilan dari 14 Balai Diklat Keagamaan. Berlangsung di Kampus Pusdiklat Ciputat, dari 14 - 19 November 2022.
(mpw)