Dosen IPB Ungkap Potensi Minyak Pala sebagai Kosmetik Antiaging
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia masih menjadi salah satu negara pengekspor minyak atsiri terbesar di dunia. Keragaman tanaman penghasil minyak atsiri yang tinggi di Indonesia berpotensi sebagai sediaan bahan baku industri. Salah satunya minyak atsiri pala.
Minyak ini berpotensi besar sebagai bahan baku industri kosmetik. Terutama sebagai agen antioksidan dan antiaging.
Kepala Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB University yang juga dosen di Departemen Teknologi Industri Pertanian Dr Meika Syahbana Rusli, menuturkan terkait potensi minyak pala sebagai antioksidan dan antiaging sediaan kosmetik. Ia mengatakan hampir setiap daerah memiliki tanaman yang menghasilkan, terutama pala. Pusat penghasil pala terdapat di Aceh Selatan, sebagian Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Maluku, dan sebagian Papua.
Baca juga: ITS Luncurkan MEvITS, Mobil Listrik Multiguna yang Elegan dan Stylish
“Produksi pala per tahunnya berkisar antara 300 sampai 350 ton. Berdasarkan angka dan trennya, produksi pala termasuk stabil hingga saat ini,” terangnya, melalui siaran pers, Senin (28/11/2022)
Menurutnya, komoditas minyak pala dari Indonesia telah memasok 75 persen kebutuhan pasar dunia. Porsi pangsa dunia yang besar ini menyebabkan minyak pala berdaya saing kuat di pasar dunia. Selain itu memiliki kemampuan dari segi mutu dan harga yang baik.
“Minyak atsiri pala memiliki potensi sebagai antioksidan dan antiaging menghambat degradasi kolagen akibat paparan sinar ultraviolet. Aktivitas antioksidan minyak atsiri ini dipengaruhi oleh kandungan monoterpen di dalamnya,” terangnya.
Ia menambahkan, dibandingkan dengan sesama senyawa aktif minyak atsiri Indonesia lain, ternyata kandungan 4-terpineol dan miristisin dalam minyak atsiri pala diyakini bersifat paling kuat sebagai antioksidan atau antiaging. “Senyawa tersebut paling cocok dikembangkan sebagai sediaan kosmetik antiaging. Temuan ini dibuktikan lebih lanjut melalui pengujian in silico,” ujarnya.
Ia menjelaskan proses mendapatkan bahan aktif murni pada minyak pala dapat dilakukan melalui fraksinasi. Proses skala laboratorium dilakukan dengan metode spinning band distillation column. Dengan rasio refluks 1:1, kandungan senyawa 4-terpineol dan miristisin relatif meningkat.
Baca juga: Pendaftaran Beasiswa LPDP Dokter Spesialis dan Subspesialis Telah Dibuka, Ini Linknya
Dengan metode yang tepat, imbuhnya, baik skala laboratorium dan skala pilot, menghasilkan nilai inhibition concentration 50 persen (IC50) yang rendah. Nilai ini adalah konsentrasi yang dapat meredam aktivitas radikal bebas sebesar 50 persen dan hasilnya memperoleh hanya sekitar 9,39 ppm. Semakin kecil nilai IC50, maka aktivitas antioksidan semakin baik.
“Artinya, dengan sedikit minyak atsiri pala yang digunakan, tetap menimbulkan sifat antioksidan yang kuat. Namun demikian, saran saya, proses pemurnian ini masih memerlukan pengembangan metode sehingga diperoleh minyak atsiri pala dengan kemurnian yang lebih tinggi,” ujarnya.
Minyak ini berpotensi besar sebagai bahan baku industri kosmetik. Terutama sebagai agen antioksidan dan antiaging.
Kepala Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB University yang juga dosen di Departemen Teknologi Industri Pertanian Dr Meika Syahbana Rusli, menuturkan terkait potensi minyak pala sebagai antioksidan dan antiaging sediaan kosmetik. Ia mengatakan hampir setiap daerah memiliki tanaman yang menghasilkan, terutama pala. Pusat penghasil pala terdapat di Aceh Selatan, sebagian Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Maluku, dan sebagian Papua.
Baca juga: ITS Luncurkan MEvITS, Mobil Listrik Multiguna yang Elegan dan Stylish
“Produksi pala per tahunnya berkisar antara 300 sampai 350 ton. Berdasarkan angka dan trennya, produksi pala termasuk stabil hingga saat ini,” terangnya, melalui siaran pers, Senin (28/11/2022)
Menurutnya, komoditas minyak pala dari Indonesia telah memasok 75 persen kebutuhan pasar dunia. Porsi pangsa dunia yang besar ini menyebabkan minyak pala berdaya saing kuat di pasar dunia. Selain itu memiliki kemampuan dari segi mutu dan harga yang baik.
“Minyak atsiri pala memiliki potensi sebagai antioksidan dan antiaging menghambat degradasi kolagen akibat paparan sinar ultraviolet. Aktivitas antioksidan minyak atsiri ini dipengaruhi oleh kandungan monoterpen di dalamnya,” terangnya.
Ia menambahkan, dibandingkan dengan sesama senyawa aktif minyak atsiri Indonesia lain, ternyata kandungan 4-terpineol dan miristisin dalam minyak atsiri pala diyakini bersifat paling kuat sebagai antioksidan atau antiaging. “Senyawa tersebut paling cocok dikembangkan sebagai sediaan kosmetik antiaging. Temuan ini dibuktikan lebih lanjut melalui pengujian in silico,” ujarnya.
Ia menjelaskan proses mendapatkan bahan aktif murni pada minyak pala dapat dilakukan melalui fraksinasi. Proses skala laboratorium dilakukan dengan metode spinning band distillation column. Dengan rasio refluks 1:1, kandungan senyawa 4-terpineol dan miristisin relatif meningkat.
Baca juga: Pendaftaran Beasiswa LPDP Dokter Spesialis dan Subspesialis Telah Dibuka, Ini Linknya
Dengan metode yang tepat, imbuhnya, baik skala laboratorium dan skala pilot, menghasilkan nilai inhibition concentration 50 persen (IC50) yang rendah. Nilai ini adalah konsentrasi yang dapat meredam aktivitas radikal bebas sebesar 50 persen dan hasilnya memperoleh hanya sekitar 9,39 ppm. Semakin kecil nilai IC50, maka aktivitas antioksidan semakin baik.
“Artinya, dengan sedikit minyak atsiri pala yang digunakan, tetap menimbulkan sifat antioksidan yang kuat. Namun demikian, saran saya, proses pemurnian ini masih memerlukan pengembangan metode sehingga diperoleh minyak atsiri pala dengan kemurnian yang lebih tinggi,” ujarnya.
(nnz)