Unpad Beri Layanan Terapi Seni untuk Anak Penyintas Gempa Cianjur
loading...
A
A
A
Pemeriksaan kesehatan dan distribusi obat dilakukan di beberapa posko pengungsian yang terletak di Kampung Cikaret Girang dan Kampung Tegallega, Desa Limbangansari dan Kampung Wargaluyu, Desa Nagrak. Masalah kesehatan yang paling banyak dikeluhkan oleh pengungsi adalah gatal-gatal, batuk, diare, dan flu.
Baca juga: Bukan Hanya Siswa, Guru Juga Wajib Tahu Mekanisme SNPMB 2023
Gatal-gatal merupakan masalah umum yang terjadi pada kondisi pengungsian. Penyebabnya dapat berasal dari sanitasi posko pengungsian yang buruk dan kebersihan diri yang kurang baik. Keadaan posko pengungsian yang kumuh semakin memperbesar faktor terjadinya gatal-gatal, terutama pada kondisi penyakit skabies (kudis) yang mudah menular.
Sementara itu, masalah batuk dan flu terjadi akibat hujan yang sering turun serta minimnya ventilasi pada tenda-tenda pengungsian. Pengungsi juga mengeluhkan khawatir terhadap kemungkinan gempa susulan yang sudah terjadi beberapa kali sejak gempa pertama.
Kegiatan sukarelawan gempa Cianjur masih akan diteruskan oleh tim lainnya dari Fakultas Keperawatan Unpad hingga pertengahan bulan Desember. Rangkaian kegiatan dari sukarelawan Fkep sendiri sudah dilaksanakan sejak 23 November 2022 lalu. Kegiatan dilakukan bergantian secara berkelompok di bawah koordinasi Pusat Riset Kebencanaan Universitas Padjadjaran.
Tim sukarelawan terdiri dari dosen, mahasiswa S2, mahasiswa PPN, dan mahasiswa S1. Satu kelompok terdiri dari 10–18 orang. Masing-masing kelompok bertugas selama 3 hari.
“Kegiatan sukarelawan bencana yang dilakukan oleh mahasiswa PPN merupakan wujud realisasi dari pembelajaran Stase Elektif Bela Negara, sedangkan bagi mahasiswa S1 kegiatan ini merupakan bentuk pembelajaran dari program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM),” jelas Ida.
Baca juga: Bukan Hanya Siswa, Guru Juga Wajib Tahu Mekanisme SNPMB 2023
Gatal-gatal merupakan masalah umum yang terjadi pada kondisi pengungsian. Penyebabnya dapat berasal dari sanitasi posko pengungsian yang buruk dan kebersihan diri yang kurang baik. Keadaan posko pengungsian yang kumuh semakin memperbesar faktor terjadinya gatal-gatal, terutama pada kondisi penyakit skabies (kudis) yang mudah menular.
Sementara itu, masalah batuk dan flu terjadi akibat hujan yang sering turun serta minimnya ventilasi pada tenda-tenda pengungsian. Pengungsi juga mengeluhkan khawatir terhadap kemungkinan gempa susulan yang sudah terjadi beberapa kali sejak gempa pertama.
Kegiatan sukarelawan gempa Cianjur masih akan diteruskan oleh tim lainnya dari Fakultas Keperawatan Unpad hingga pertengahan bulan Desember. Rangkaian kegiatan dari sukarelawan Fkep sendiri sudah dilaksanakan sejak 23 November 2022 lalu. Kegiatan dilakukan bergantian secara berkelompok di bawah koordinasi Pusat Riset Kebencanaan Universitas Padjadjaran.
Tim sukarelawan terdiri dari dosen, mahasiswa S2, mahasiswa PPN, dan mahasiswa S1. Satu kelompok terdiri dari 10–18 orang. Masing-masing kelompok bertugas selama 3 hari.
“Kegiatan sukarelawan bencana yang dilakukan oleh mahasiswa PPN merupakan wujud realisasi dari pembelajaran Stase Elektif Bela Negara, sedangkan bagi mahasiswa S1 kegiatan ini merupakan bentuk pembelajaran dari program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka (MBKM),” jelas Ida.
(nnz)