Apresiasi KRTI, Kemenristek Dikti Minta Replika Pemenang

Jum'at, 18 September 2015 - 05:36 WIB
Apresiasi KRTI, Kemenristek...
Apresiasi KRTI, Kemenristek Dikti Minta Replika Pemenang
A A A
GUNUNGKIDUL - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) memberikan apresiasi atas agenda Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) yang sudah tiga kali digelar. Untuk itu, pihaknya meminta replika dari sang juara sebagai bentuk monumen upaya hilirisasi agenda riset.

Direktur Riset dan Pengabdian Pada Masyarakat, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti Okky Karna Radjasa mengungkapkan, saat ini diperlukan upaya hilirisasi hasil penelitian atau riset. KRTI yang telah tiga kali digelar ini merupakan upaya hilirisasi tersebut.

"Ini sungguh menjadi perhatian serius, meskipun tahun mendatang bukan lagi bidang kami, namun bidang kemahasiswaan di Dikti yang akan menjadi bapak dari agenda kontes robot ini,” ungkapnya saat pembukaan KTRI 2015 di Lanud Gading, Playen, Gunungkidul, Kamis 17 September 2015.

Dia juga meminta panitia bisa membuat replika pemenang kejuaraan. Karena ini sangat penting menjadi monumen bersama riset yang dilakukan mahasiswa Indonesia dari tahun ke tahun.

"Nanti yang jelas setelah agenda berakhir siapa yang mendji juara KTRI, kita minta replikanya,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Okky meminta semua peserta menjunjung tinggi integritas dan sportifitas dalam kejuaraan tersebut.”Kita sangat bangga dengan kreasi robnot terbang mahasiswa Indonesia,” lanjutnya.

Event yang berlangsung dari 17 September hingga 19 September ini, sebanyak 71 tim dengan peserta 213 yang berasal dari 29 universitas di seluruh Indonesia siap bertarung dalam berbagai divisi robot terbang tanpa awak atau dikenal dengan drone.

Ketua Juri KRTI 2015 Gesang Nugroho menjelaskan, jenis lomba meliputi racing jet (RJ) terdiri dari kelas light weight (LW) dan kelas heavy weight (HW), kedua divisi fixed wing (FW) terdiri dari kelas monitoring (FWMon) dan kelas Maping (FWMap), divisi Vertical take off landing (Vtol) terdiri dari kelas water-based fire distinguiser (Vtol-WFE) dan kelas non water-based fire distinguiser (Vtol-NWFE).

”Semua adalah rintisan dasar, RJ misalnya bisa dikembangkan untuk pesawat tempur tanpa awak yang memudahkan penyerangan terhadap musuh,” ungkapnya.

Begitu juga dengan divisi FW. Ke depan, konsep FW ini bisa digunakan untuk memonitoring laut, dan hutan yang ada di Indonesia serta membuat maping peta dengan teknologi tinggi namun dengan biaya murah.

Berikutnya divisi Vtol ke depan bisa digunakan untuk helikopter yang bisa digunakan untuk peliputan bagi media, mendeteksi titik api jika terjadi kebakaran hutan. "Pesawat tanpa awak teknologinya terus berkembang," katanya.

Kepala Bidang Humas UGM Wijayanti yang juga tuan rumah KRTI 2015 mengungkapkan, kegiatan ini merupakan kompetisi pembuatan robot terbang. Para mahasiswa diminta membuat desain, menerbangkan hingga bisa menguasai sistem elektronik sesuai dengan ketugasan masing masing divisi.

"Tantangan yang diberikan mengharuskan tim benar benar berpikir keras untuk mengkompromikan antara geometri pesawat, konstruksi dan sistem elektronik yang diintegrasikan di pesawat,” ulasnya.

PILIHAN:
Pemerintah Ogah Negosiasi dengan Penyandera 2 WNI di PNG

Mendagri Ingin Penanganan Konflik Sosial seperti Orde Baru
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0843 seconds (0.1#10.140)