Membangun Daerah Seusai Menyelesaikan Kuliah
A
A
A
JAKARTA - Sejak beberapa tahun terakhir sudah banyak lembaga pemberi beasiswa bagi masyarakat, baik yang berasal dari dalam negeri seperti Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan beasiswa unggulan masyarakat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) maupun luar negeri seperti Chevening dariI nggris atau beasiswa Fulbright yang dikelola oleh The American-Indonesian Exchange Foundation (Aminef).
Melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi tentunya merupakan impian banyak orang, apalagi jika ada pihak ketiga yang membiayai alias mendapatkan beasiswa. Tentunya kesempatan itu tidak akan disia-siakan. Namun, sebenarnya ada alasan tertentu yang melatarbelakangi seseorang memilih sekolah di luar negeri ataupun di dalam negeri melalui jalur beasiswa.
Apakah itu? Ketua Ikatan Alumni Penerima Beasiswa LPDP “Mata Garuda”, Danang Rizki Ginanjar, mengatakan, dari sekitar 18 ribuan alumni penerima beasiswa LPDP, 55% diantaranya memilih melan -jutkan pendidikan di dalam negeri.
“Biasanya dalam pemilihan kampus disesuaikan dengan bidang masing-masing calon penerima beasiswa,” ujar dia saat dihubungi KORAN SINDO. Misalkan saja, mereka yang hendak memperdalam ilmu pertanian, lebihbanyak memilih Institut Pertanian Bogor (IPB) atau perguruan tinggi di Belanda.
Pasalnya, IPB maupun sejumlah perguruan tinggi di Belanda dianggap lebih maju dalam mempelajari bidang pertanian. Jadi, tidak harus ke luar negeri. Apalagi, perguruan tinggi di Tanah Air telah memiliki kualitas yang memadai dan alumninya juga diakui.
Beberapa perguruan tinggi di dalam negeri yang kerap menjadi tempat melanjutkan pendidikan melalui beasiswa, di antaranya Universitas Gadjah mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) maupun IPB. Pemilihan kam pus disesuai kan kebutuhan dari penerima beasiswa. Kendati usia beasiswa LPDP belum setua lembaga penyalur beasiswa dari luar negeri.
Namun, menurut Danang, biasanya pene rimanya lebih bersemangat dalam belajar. Sebab, dananya berasal dari dalam negeri sehingga penerimanya harus memberikan yang terbaik agar dam pak dari beasiswa yang diberikan bisa dirasakan masyarakat.
“Tidak sedikit alumni LPDP yang kembali untuk memajukan daerahnya,” tutur dia. Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) Bimo Sasongko mengakui kalau masih banyak masyarakat yang mencari program bea siswa untuk melanjutkan sekolah di dalam negeri. Namun, ini diduga karena masih banyaknya penerima beasiswa yang belum bisa mandiri. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan bahasa yang kurang. “Misalkan saja di Jepang, orang asing yang kuliah di sana terbanyak adalah China, Korsel, dan Vietnam. Indonesia berada diperingkat 15,“ ujar dia.
Kendati demikian, tidak sedikit juga yang mengajukan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di luar negeri. Biasanya karena mereka hendak mencari wawasan dan memperluas jaringan. Hal itu dirasakan masih minim didapatkan jika hanya sekolah di dalam negeri. Untuk itu, diperlukan motivasi kepada mereka yang berencana meneruskan pen didikan ke luar negeri agar tidak merasa minder ketika berada di negara orang.
Selain itu, harus banyak menjalin persahabatan dengan mahasiswa lain sehingga bisa mem peroleh banyak manfaat dari masa pendidikan yang dilalui.
Mengenai negara yang saat ini banyak diminati, dia menjelaskan, untuk kawasan Eropa, Inggris, Prancis, Belanja, Jerman, dan Belanda. Sementara kawasan Amerika, yakni Amerika Serikat dan Kanada. Untuk kawasan Asia, diantaranya Jepang, Korea Selatan, China. “Rata-rata mengambil jurusan teknik, ekonomi dan bisnis, serta kedokteran,” ujar dia.
Sayangnya, belum banyak penerima beasiswa di luar negeri yang memilih untuk bertahan dan bekerja di sana dalam jangka waktu relatif lama. Padahal jika dilakukan, bisa berdampak positif bagi Indonesia, terutama ketika memutuskan kembali ke Tanah Air dan melakukan transfer ilmu.
Saat ini, Brian tengah mengambil S-3 di University of Western Australia, Perth, jurusan social sciences mengenai pendidikan di bawah program Australia Award dari pemerintah Australia. Ini bukan beasiswa pertamanya, sebelumnya Brian mendapat beasiswa S-2 dari program beasiswa unggulan bekerja sama dengan Ohio University, AS. Beasiswa ini dengan skema pemerintah membayar uang bulanan untuk pelajar hidup di sana, sementara Ohio University menggratiskan biaya kuliah. (Hermansah)
Melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi tentunya merupakan impian banyak orang, apalagi jika ada pihak ketiga yang membiayai alias mendapatkan beasiswa. Tentunya kesempatan itu tidak akan disia-siakan. Namun, sebenarnya ada alasan tertentu yang melatarbelakangi seseorang memilih sekolah di luar negeri ataupun di dalam negeri melalui jalur beasiswa.
Apakah itu? Ketua Ikatan Alumni Penerima Beasiswa LPDP “Mata Garuda”, Danang Rizki Ginanjar, mengatakan, dari sekitar 18 ribuan alumni penerima beasiswa LPDP, 55% diantaranya memilih melan -jutkan pendidikan di dalam negeri.
“Biasanya dalam pemilihan kampus disesuaikan dengan bidang masing-masing calon penerima beasiswa,” ujar dia saat dihubungi KORAN SINDO. Misalkan saja, mereka yang hendak memperdalam ilmu pertanian, lebihbanyak memilih Institut Pertanian Bogor (IPB) atau perguruan tinggi di Belanda.
Pasalnya, IPB maupun sejumlah perguruan tinggi di Belanda dianggap lebih maju dalam mempelajari bidang pertanian. Jadi, tidak harus ke luar negeri. Apalagi, perguruan tinggi di Tanah Air telah memiliki kualitas yang memadai dan alumninya juga diakui.
Beberapa perguruan tinggi di dalam negeri yang kerap menjadi tempat melanjutkan pendidikan melalui beasiswa, di antaranya Universitas Gadjah mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) maupun IPB. Pemilihan kam pus disesuai kan kebutuhan dari penerima beasiswa. Kendati usia beasiswa LPDP belum setua lembaga penyalur beasiswa dari luar negeri.
Namun, menurut Danang, biasanya pene rimanya lebih bersemangat dalam belajar. Sebab, dananya berasal dari dalam negeri sehingga penerimanya harus memberikan yang terbaik agar dam pak dari beasiswa yang diberikan bisa dirasakan masyarakat.
“Tidak sedikit alumni LPDP yang kembali untuk memajukan daerahnya,” tutur dia. Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) Bimo Sasongko mengakui kalau masih banyak masyarakat yang mencari program bea siswa untuk melanjutkan sekolah di dalam negeri. Namun, ini diduga karena masih banyaknya penerima beasiswa yang belum bisa mandiri. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan bahasa yang kurang. “Misalkan saja di Jepang, orang asing yang kuliah di sana terbanyak adalah China, Korsel, dan Vietnam. Indonesia berada diperingkat 15,“ ujar dia.
Kendati demikian, tidak sedikit juga yang mengajukan beasiswa untuk melanjutkan sekolah di luar negeri. Biasanya karena mereka hendak mencari wawasan dan memperluas jaringan. Hal itu dirasakan masih minim didapatkan jika hanya sekolah di dalam negeri. Untuk itu, diperlukan motivasi kepada mereka yang berencana meneruskan pen didikan ke luar negeri agar tidak merasa minder ketika berada di negara orang.
Selain itu, harus banyak menjalin persahabatan dengan mahasiswa lain sehingga bisa mem peroleh banyak manfaat dari masa pendidikan yang dilalui.
Mengenai negara yang saat ini banyak diminati, dia menjelaskan, untuk kawasan Eropa, Inggris, Prancis, Belanja, Jerman, dan Belanda. Sementara kawasan Amerika, yakni Amerika Serikat dan Kanada. Untuk kawasan Asia, diantaranya Jepang, Korea Selatan, China. “Rata-rata mengambil jurusan teknik, ekonomi dan bisnis, serta kedokteran,” ujar dia.
Sayangnya, belum banyak penerima beasiswa di luar negeri yang memilih untuk bertahan dan bekerja di sana dalam jangka waktu relatif lama. Padahal jika dilakukan, bisa berdampak positif bagi Indonesia, terutama ketika memutuskan kembali ke Tanah Air dan melakukan transfer ilmu.
Saat ini, Brian tengah mengambil S-3 di University of Western Australia, Perth, jurusan social sciences mengenai pendidikan di bawah program Australia Award dari pemerintah Australia. Ini bukan beasiswa pertamanya, sebelumnya Brian mendapat beasiswa S-2 dari program beasiswa unggulan bekerja sama dengan Ohio University, AS. Beasiswa ini dengan skema pemerintah membayar uang bulanan untuk pelajar hidup di sana, sementara Ohio University menggratiskan biaya kuliah. (Hermansah)
(nfl)