Dosen dan Mahasiswa FT UI 'Sulap' Kayu Bekas Jadi Mebel Multifungsi
A
A
A
DEPOK - Dosen dan mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) mengubah kayu bekas menjadi benda bernilai dan multifungsi.
Melalui program Pengabdian Masyarakat dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI, warga Palsigunung, Cimanggis Depok diajarkan untuk mengolah kayu bekas menjadi mebel yang memiliki berbagai fungsi.
Dalhar Susanto bersama tim dan mahasiswanya dari klaster Sustainable Housing Technology, salah satu dari tim dosen-mahasiswa UI yang mendapatkan bantuan pendanaan dari DRPM UI dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Dia dan timnya menginisiasi Program Kampung Hijau Palsigunung melakukan pengembangan interior Kantor RW 03.
Kantor RW 03 dinilai mencerminkan karakteristik menarik dari warganya. Tidak hanya digunakan untuk memenuhi fungsi administratif, kantor ini dalam kesehariannya merupakan wadah interaksi komunal bagi masyarakat sekitar.
Untuk mengoptimalisasi keragaman fungsi tersebut, Dalhar Susanto, Hendrajaya, Nur Hadianto dan tim mahasiswa dari Program Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) UI mengembangkan furniture multifungsi untuk ruang kantor RW 03.
“Furniture multifungsi ini dikembangkan dengan tujuan untuk menghemat penggunaan ruang. Sifatnya yang moveable dan transformable didukung dengan pendekatan ergonomi dan optimasi, berfungsi untuk meningkatkan okupansi dari suatu ruang. Dengan begitu, Kantor RW 03 dengan ukuran hanya yang awalnya hanya mampu menampung 5-10 orang diharapkan selajutnya dapat digunakan sebagai ruang berkumpul sekaligus melayani kebutuhan administratif bagi masyarakat Kampung Palsigunung,” tutur Dalhar, Senin (28/1/2019).
Tim mahasiswa melakukan studi dan eksplorasi terhadap potensi pengembangan dari bahan dasar tersebut. “Dengan menggunakan istilah upcycle, kayu bekas yang awalnya dipandang sebagai sampah kemudian diolah sehingga dapat bernilai lebih khususnya dalam ekonomi, estetika, dan ekologi,” ungkapnya.
Melihat dari banyaknya manfaat yang didapat dari produksi mebel berbahan kayu bekas ini, program interactive furniture selanjutnya akan dikembangkan lebih jauh.
Di samping untuk menerapkan konsep sustainable, dari segi desain interior, pengembangan program ini juga bertujuan untuk menjaga nilai lokalitas dalam penggunaan kayu sebagai material furnitur.
“Ditambah lagi dengan lebih dalamnya riset dari teknologi kayu lokal, program ini diharapkan juga mampu memberdayakan lebih banyak tukang kayu untuk menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif serta memperkaya kosa kata craftmanship dalam proses produksinya,” tuturnya.
Melalui program Pengabdian Masyarakat dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) UI, warga Palsigunung, Cimanggis Depok diajarkan untuk mengolah kayu bekas menjadi mebel yang memiliki berbagai fungsi.
Dalhar Susanto bersama tim dan mahasiswanya dari klaster Sustainable Housing Technology, salah satu dari tim dosen-mahasiswa UI yang mendapatkan bantuan pendanaan dari DRPM UI dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Dia dan timnya menginisiasi Program Kampung Hijau Palsigunung melakukan pengembangan interior Kantor RW 03.
Kantor RW 03 dinilai mencerminkan karakteristik menarik dari warganya. Tidak hanya digunakan untuk memenuhi fungsi administratif, kantor ini dalam kesehariannya merupakan wadah interaksi komunal bagi masyarakat sekitar.
Untuk mengoptimalisasi keragaman fungsi tersebut, Dalhar Susanto, Hendrajaya, Nur Hadianto dan tim mahasiswa dari Program Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) UI mengembangkan furniture multifungsi untuk ruang kantor RW 03.
“Furniture multifungsi ini dikembangkan dengan tujuan untuk menghemat penggunaan ruang. Sifatnya yang moveable dan transformable didukung dengan pendekatan ergonomi dan optimasi, berfungsi untuk meningkatkan okupansi dari suatu ruang. Dengan begitu, Kantor RW 03 dengan ukuran hanya yang awalnya hanya mampu menampung 5-10 orang diharapkan selajutnya dapat digunakan sebagai ruang berkumpul sekaligus melayani kebutuhan administratif bagi masyarakat Kampung Palsigunung,” tutur Dalhar, Senin (28/1/2019).
Tim mahasiswa melakukan studi dan eksplorasi terhadap potensi pengembangan dari bahan dasar tersebut. “Dengan menggunakan istilah upcycle, kayu bekas yang awalnya dipandang sebagai sampah kemudian diolah sehingga dapat bernilai lebih khususnya dalam ekonomi, estetika, dan ekologi,” ungkapnya.
Melihat dari banyaknya manfaat yang didapat dari produksi mebel berbahan kayu bekas ini, program interactive furniture selanjutnya akan dikembangkan lebih jauh.
Di samping untuk menerapkan konsep sustainable, dari segi desain interior, pengembangan program ini juga bertujuan untuk menjaga nilai lokalitas dalam penggunaan kayu sebagai material furnitur.
“Ditambah lagi dengan lebih dalamnya riset dari teknologi kayu lokal, program ini diharapkan juga mampu memberdayakan lebih banyak tukang kayu untuk menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif serta memperkaya kosa kata craftmanship dalam proses produksinya,” tuturnya.
(dam)