8 Mahasiswa Unikom Wakili Indonesia sebagai Finalis Dunia Imagine Cup 2023
Rabu, 05 April 2023 - 22:06 WIB
Inovasi ini terinspirasi dari semakin banyaknya generasi muda yang terekspos ke ranah digital, ketika mereka belum mampu memilah informasi di situs yang sesuai dengan rentang usia mereka. Hal ini pun dapat mengakibatkan pengalaman buruk dalam berinternet.
Di Indonesia sendiri, remaja memiliki tingkat penetrasi internet tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, yaitu mencapai 99,16% untuk usia 13 – 18 tahun. Anak-anak usia 5 – 12 tahun juga masuk dalam daftar tersebut, dengan angka 62,43%.
Berangkat dari situasi ini, kelompok SnaillyProject mengembangkan aplikasi berbasis machine learning, yaitu Snailly, untuk memberdayakan orang tua agar dapat mengawasi aktivitas internet anak, guna memastikan keamanan online.
Aplikasi ini pun terpilih sebagai pemenang kategori education tingkat Asia, sehingga berhak mendapatkan hadiah senilai USD2.500 dan kredit Azure dari Microsoft Founders Hub.
“Memanfaatkan kapabilitas Azure Machine Learning, aplikasi Snailly dapat mendeteksi dan memblokir situs yang memuat konten dengan kata kunci negatif. Jikalau anak-anak secara sengaja ataupun tidak sengaja membuka situs dengan kata kunci yang dinilai tidak sesuai bagi mereka, orang tua akan mendapatkan notifikasi," ujar Adinda Regita Afifah Cahyani, salah satu perwakilan dari Snailly Project.
"Kumpulan situs ini pun akan tersimpan di database history yang dibangun menggunakan Azure Blob Storage, sehingga orang tua dapat mengecek kembali hasil blokiran yang ada. Kami berharap, inovasi ini dapat mempermudah proses pemantauan orang tua di lingkup digital yang sebelumnya lebih terbatas, dan mendukung internet sehat di Indonesia,” tambahnya.
Dalam menentukan situs atau konten yang termasuk kategori negatif, ada subjektivitas tersendiri di baliknya. Pihaknya sadar, setiap orang tua memiliki kriterianya masing-masing mengenai apa yang boleh dan tidak boleh diakses anak. Karena itu, dirinya menambahkan fitur whitelist yang memungkinkan orang tua untuk membuat personalisasi pemblokiran.
"Melalui fitur ini, orang tua dapat memasukkan kata kunci berbeda dari apa yang disarankan oleh Machine Learning, mengenai apa yang perlu dan tidak perlu diblok,“ tambah Mohammad Aziz Riza, anggota SnaillyProject.
Pencapaian dua kelompok mahasiswa Unikom tersebut, yang dalam prosesnya saling bekerja sama menyempurnakan ide satu sama lain, kian menunjukkan potensi tanpa batas generasi muda Indonesia. Tidak hanya itu, pencapaian ini juga menggarisbawahi bagaimana dengan intensi dan ide positif manusia, teknologi dampak memberikan dampak positif bagi dunia.
Di Indonesia sendiri, remaja memiliki tingkat penetrasi internet tertinggi dibandingkan dengan kelompok usia lainnya, yaitu mencapai 99,16% untuk usia 13 – 18 tahun. Anak-anak usia 5 – 12 tahun juga masuk dalam daftar tersebut, dengan angka 62,43%.
Berangkat dari situasi ini, kelompok SnaillyProject mengembangkan aplikasi berbasis machine learning, yaitu Snailly, untuk memberdayakan orang tua agar dapat mengawasi aktivitas internet anak, guna memastikan keamanan online.
Aplikasi ini pun terpilih sebagai pemenang kategori education tingkat Asia, sehingga berhak mendapatkan hadiah senilai USD2.500 dan kredit Azure dari Microsoft Founders Hub.
“Memanfaatkan kapabilitas Azure Machine Learning, aplikasi Snailly dapat mendeteksi dan memblokir situs yang memuat konten dengan kata kunci negatif. Jikalau anak-anak secara sengaja ataupun tidak sengaja membuka situs dengan kata kunci yang dinilai tidak sesuai bagi mereka, orang tua akan mendapatkan notifikasi," ujar Adinda Regita Afifah Cahyani, salah satu perwakilan dari Snailly Project.
"Kumpulan situs ini pun akan tersimpan di database history yang dibangun menggunakan Azure Blob Storage, sehingga orang tua dapat mengecek kembali hasil blokiran yang ada. Kami berharap, inovasi ini dapat mempermudah proses pemantauan orang tua di lingkup digital yang sebelumnya lebih terbatas, dan mendukung internet sehat di Indonesia,” tambahnya.
Dalam menentukan situs atau konten yang termasuk kategori negatif, ada subjektivitas tersendiri di baliknya. Pihaknya sadar, setiap orang tua memiliki kriterianya masing-masing mengenai apa yang boleh dan tidak boleh diakses anak. Karena itu, dirinya menambahkan fitur whitelist yang memungkinkan orang tua untuk membuat personalisasi pemblokiran.
"Melalui fitur ini, orang tua dapat memasukkan kata kunci berbeda dari apa yang disarankan oleh Machine Learning, mengenai apa yang perlu dan tidak perlu diblok,“ tambah Mohammad Aziz Riza, anggota SnaillyProject.
Satu Karya untuk Berdayakan Indonesia
Pencapaian dua kelompok mahasiswa Unikom tersebut, yang dalam prosesnya saling bekerja sama menyempurnakan ide satu sama lain, kian menunjukkan potensi tanpa batas generasi muda Indonesia. Tidak hanya itu, pencapaian ini juga menggarisbawahi bagaimana dengan intensi dan ide positif manusia, teknologi dampak memberikan dampak positif bagi dunia.
tulis komentar anda