Ini Cara Mencegah dan Mengendalikan Penyebaran Malaria dari Guru Besar Esa Unggul

Selasa, 25 April 2023 - 21:24 WIB
Setelah replikasi awal ini di hati (skizogoni ekso-eritrositik), parasit menjalani multiplikasi aseksual dalam eritrosit (skizogoni eritrositik).

Selanjutnya merozoit menginfeksi sel darah merah. Beberapa merozoit berdiferensiasi menjadi tahap eritrositik seksual (gametosit). Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit) ini, saat nyamuk menghisap darah manusia, akan ditelan oleh nyamuk Anopheles spp.

Selanjutnya, perkembangbiakan parasit pada nyamuk dikenal dengan siklus sporogonik. Di dalam perut nyamuk, mikrogamet berkembang menjadi zigot. Zigot ini pada gilirannya menjadi motil dan memanjang (ookinetes) yang menyerang dinding usus nyamuk di mana mereka berkembang menjadi ookista.

Ookista tumbuh, pecah, dan melepaskan sporozoit, yang menuju ke kelenjar ludah nyamuk. Inokulasi sporozoit ke inang manusia dapat meneruskan siklus hidup malaria dengan menggigit inang manusia lainnya.

Multiplikasi parasit plasmodium pada fase siklus eritrositik ini meningkatkan jumlah parasit, sehingga terjadi parasitemia dalam darah manusia yang terinfeksi yang meningkat setiap kali terjadi lisis eritrosit dan ruptur skizon eritrosit yang melepaskan ribuan parasit dalam bentuk merozoit dan zat hasil metabolik ke sirkulasi darah.

Tubuh yang mengenali antigen tersebut kemudian melepaskan makrofag, monosit, limfosit, dan berbagai sitokin, seperti tumor necrosis factor alpha (TNF- α). Sirkulasi sitokin, TNF-α dalam darah ini akan menstimulasi munculnya demam. Selain TNF-α, juga ditemukan senyawa sitokin proinflamasi lainnya, seperti interleukin 10 (IL-10) dan interferon γ (IFN- γ).

Parasitemia pada malaria falciparum lebih hebat dibandingkan parasitemia spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena Plasmodium falciparum dapat menginvasi semua fase eritrosit, sedangkan Plasmodium vivax lebih dominan menginfeksi retikulosit dan Plasmodium malariae menginvasi eritrosit yang matang.

Anemia pada malaria terjadi akibat proses hemolisis dan fagositosis eritrosit. Peningkatan aktivitas limpa menyebabkan splenomegali. Hemolisis dapat meningkatkan serum bilirubin sehingga menimbulkan jaundice,” urainya.

Cara Diagnosis Malaria

Prof. Maksum mengatakan bahwa malaria dapat didiagnosis menggunakan tes yang menentukan keberadaan parasit Plasmodium penyebab penyakit malaria. Ada 2 jenis tes utama yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan darah dan tes diagnostik cepat.

WHO merekomendasikan tes diagnosis cepat malaria pada semua pasien yang dicurigai menderita malaria sebelum pengobatan diberikan. Tes diagnostik cepat malaria (Rapid Diagnostic Test, RDT) memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pengelolaan infeksi malaria, terutama di daerah terpencil dengan akses terbatas ke layanan pemeriksaan mikroskop yang berkualitas baik.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More