Kisah Syarif dan Desi, 2 Sosok yang Konsisten Memajukan Pendidikan Guru di Samarinda
Senin, 26 Juni 2023 - 21:01 WIB
Syarif pun berusaha memotivasi siswanya agar terus konsisten mengejar prestasi sesuai ketertarikan mereka. Dengan begitu, Syarif berharap, cara semacam ini akan lebih mudah diterima dan dipahami.
Syarif tidak hanya membuat siswa-siswanya lebih semangat belajar, tetapi juga menjadikan guru sebagai sosok yang kehadirannya selalu dinanti.
Sementara, kepindahan Sotinsia Desi dari pusat kota ke sisi utara Samarinda, tepatnya di Lempake, lebih dari sekadar mutasi ke sekolah baru. Ia meninggalkan zona nyaman setelah lebih dari sepuluh tahun mengenyam karier sebagai guru.
Di SDN 007 Lempake, Samarinda Utara, Desi, panggilan akrabnya, menerima amanah sebagai kepala sekolah untuk terus menghidupkan denyut pendidikan di dalam ruang-ruang kelas yang sangat sederhana di sekolah yang dibangun sejak tahun 1970-an tersebut.
Menjadi kepala sekolah di usia muda membuat Desi juga berhadapan dengan rekan guru dengan rentang usia beragam, termasuk yang lebih senior. Hal ini membuat Desi harus berusaha keras melakukan pendekatan agar rekan-rekannya dapat lebih membuka diri untuk metode pengajaran yang lebih sesuai dengan generasi saat ini.
Desi pun menghadapi berbagai tantangan selama menjadi kepala sekolah, mulai dari beradaptasi dengan budaya yang berlaku di sekolah, metode belajar mengajar yang masih berporos pada guru, hingga partisipasi murid di kelas.
Oleh karena itu, Desi bertekad untuk menghadirkan solusi pengelolaan sekolah di setiap situasi yang mereka hadapi, terlepas dari kondisi fisik dan lokasi sekolah.
Dari masing-masing tantangan yang mereka hadapi, Syarif dan Desi sama-sama mengemban tanggung jawab besar terhadap kelangsungan pendidikan di sekolah.
Lebih jauh lagi, peran mereka diharapkan dapat membantu perbaikan kualitas sektor pendidikan yang menjadi prioritas utama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, salah satunya melalui pengembangan kompetensi guru.
Syarif tidak hanya membuat siswa-siswanya lebih semangat belajar, tetapi juga menjadikan guru sebagai sosok yang kehadirannya selalu dinanti.
Sementara, kepindahan Sotinsia Desi dari pusat kota ke sisi utara Samarinda, tepatnya di Lempake, lebih dari sekadar mutasi ke sekolah baru. Ia meninggalkan zona nyaman setelah lebih dari sepuluh tahun mengenyam karier sebagai guru.
Di SDN 007 Lempake, Samarinda Utara, Desi, panggilan akrabnya, menerima amanah sebagai kepala sekolah untuk terus menghidupkan denyut pendidikan di dalam ruang-ruang kelas yang sangat sederhana di sekolah yang dibangun sejak tahun 1970-an tersebut.
Menjadi kepala sekolah di usia muda membuat Desi juga berhadapan dengan rekan guru dengan rentang usia beragam, termasuk yang lebih senior. Hal ini membuat Desi harus berusaha keras melakukan pendekatan agar rekan-rekannya dapat lebih membuka diri untuk metode pengajaran yang lebih sesuai dengan generasi saat ini.
Desi pun menghadapi berbagai tantangan selama menjadi kepala sekolah, mulai dari beradaptasi dengan budaya yang berlaku di sekolah, metode belajar mengajar yang masih berporos pada guru, hingga partisipasi murid di kelas.
Oleh karena itu, Desi bertekad untuk menghadirkan solusi pengelolaan sekolah di setiap situasi yang mereka hadapi, terlepas dari kondisi fisik dan lokasi sekolah.
Dari masing-masing tantangan yang mereka hadapi, Syarif dan Desi sama-sama mengemban tanggung jawab besar terhadap kelangsungan pendidikan di sekolah.
Lebih jauh lagi, peran mereka diharapkan dapat membantu perbaikan kualitas sektor pendidikan yang menjadi prioritas utama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, salah satunya melalui pengembangan kompetensi guru.
tulis komentar anda