5 Kampus dengan Fakultas Kedokteran Tertua di Indonesia
Rabu, 16 Agustus 2023 - 07:01 WIB
Secara resmi PTK bagian klinik dibuka di Surakarta pada 4 Maret 1946. Sedangkan PTK bagian pre-klinik dibuka di Klaten pada 5 Maret 1946, sekaligus menjadi tonggak sejarah pendirian Fakultas Kedokteran UGM.
PTK bersama dengan Perguruan Tinggi Kedokteran Gigi (PTKG) dan Perguruan Tinggi Ahli Obat (PTAO) pindah dari Klaten ke Yogyakarta pada 1949.
Di Yogyakarta, ketiga perguruan tinggi selanjutnya disebut sebagai Perguruan Tinggi Kedokteran. Prof. Dr. M. Sardjito ditunjuk sebagai Pemimpin Perguruan Tinggi Kedokteran.
Hingga pada 11 November 1949 PTK Yogyakarta diresmikan sebagai PTK RI terlengkap yang pertama kalinya. Kemudian PTK menjadi Faculteit Kedokteran, yang didalamnya terdapat Bagian Farmasu, Kedokteran Gigi, dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan Ilmu Hajat.
Pada 1982, gedung Fakultas Kedokteran yang tersebar di seluruh kota Yogyakarta berhasil dipindahkan ke kampus UGM di Sekip. Untuk mendukung kelancaran Pendidikan Kedokteran, Kementerian Kesehatan membangun rumah sakit sebagai fasilitas pendidikan di kampus UGM yaitu RSUP. Dr. Sardjito.
Sama halnya dengan UGM, pendirian Fakultas Kedokteran UI juga dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Dimulai dari keberadaan STOVIA, dilanjut adanya NIAS (Nederlands Indische Artsenschool) di Surabaya, juga GHS pada 1927.
Berlanjut pada masa penjajahan Jepang, 29 April 1943, sekolah kedokteran bernama Ika Daigaku dibuka sebagai hadiah dari pemerintah Jepang untuk Indonesia, dengan Prof. Itagaki sebagai dekan fakultas.
Pada 2 Februari 1950, Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia dan Geneeskundige Faculteit Nood-Universiteit van Indonesie, digabung dan disatukan dengan memakai nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Saat itu, ada 28 jenis mata kuliah dengan jumlah mahasiswa sebanyak 288 dengan beberapa orang dosen Belanda sehingga nayoritas mata pelajaran pun diberikan dalam bahasa Belanda.
PTK bersama dengan Perguruan Tinggi Kedokteran Gigi (PTKG) dan Perguruan Tinggi Ahli Obat (PTAO) pindah dari Klaten ke Yogyakarta pada 1949.
Di Yogyakarta, ketiga perguruan tinggi selanjutnya disebut sebagai Perguruan Tinggi Kedokteran. Prof. Dr. M. Sardjito ditunjuk sebagai Pemimpin Perguruan Tinggi Kedokteran.
Hingga pada 11 November 1949 PTK Yogyakarta diresmikan sebagai PTK RI terlengkap yang pertama kalinya. Kemudian PTK menjadi Faculteit Kedokteran, yang didalamnya terdapat Bagian Farmasu, Kedokteran Gigi, dan Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan Ilmu Hajat.
Pada 1982, gedung Fakultas Kedokteran yang tersebar di seluruh kota Yogyakarta berhasil dipindahkan ke kampus UGM di Sekip. Untuk mendukung kelancaran Pendidikan Kedokteran, Kementerian Kesehatan membangun rumah sakit sebagai fasilitas pendidikan di kampus UGM yaitu RSUP. Dr. Sardjito.
2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI)
Sama halnya dengan UGM, pendirian Fakultas Kedokteran UI juga dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Dimulai dari keberadaan STOVIA, dilanjut adanya NIAS (Nederlands Indische Artsenschool) di Surabaya, juga GHS pada 1927.
Berlanjut pada masa penjajahan Jepang, 29 April 1943, sekolah kedokteran bernama Ika Daigaku dibuka sebagai hadiah dari pemerintah Jepang untuk Indonesia, dengan Prof. Itagaki sebagai dekan fakultas.
Pada 2 Februari 1950, Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia dan Geneeskundige Faculteit Nood-Universiteit van Indonesie, digabung dan disatukan dengan memakai nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Saat itu, ada 28 jenis mata kuliah dengan jumlah mahasiswa sebanyak 288 dengan beberapa orang dosen Belanda sehingga nayoritas mata pelajaran pun diberikan dalam bahasa Belanda.
Lihat Juga :