Cetak Sejarah, Pramadita Wicaksono Jadi Guru Besar Termuda UGM, Berusia 35 Tahun
Rabu, 06 September 2023 - 10:49 WIB
Tawaran itu pun tak ia lewatkan dengan mengambil program Doktor Geografi minat Penginderaan Jauh di Fakultas Geografi joint program dengan Cologne University of Applied Sciences, Jerman.
“Jadi saya melamar jadi dosen di Fakultas Geografi saat ditengah menempuh pendidikan S3,” ujarnya, dikutip dari laman UGM, Rabu (6/9/2023).
Prama memutuskan melamar menjadi dosen karena profesi tersebut sesuai dengan karakteristiknya sebagai pribadi yang suka melakukan eksplorasi. Tak hanya itu, ia juga gemar bercerita dan berbagi pengalaman, serta senang bertemu dengan orang-orang baru.
Baca juga: Riwayat Pendidikan Arsjad Rasjid, Anggota Kehormatan MWA Unpad yang Jadi Ketua TPN Ganjar Pranowo
“Ya, karena saya orangnya suka eksplore, berpikirnya kalau tidak jadi peneliti ya dosen. Namun setelah dipikir-pikir, kalau jadi peneliti pasti ada masa bosannya meneliti terus, sementara kalau dosen kan bisa tridharma, ya meneliti, melaksanakan pendidikan, dan pengabdian masyarakat, jauh lebih berwarna,” paparnya.
Pria kelahiran Semarang, 6 Juli 1987 ini memiliki jejak karier akademis yang unik. Dia loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa harus menjadi lektor kepala terlebih dulu. Ini karena jumlah angka kredit dosen sebagai profesor telah dipenuhinya.
Dia menuturkan, selain karena loncat jabatan, percepatan raihan jabatan guru besar karena dia produktif melakukan penelitian dan publikasi ilmiah. Setiap tahunnya memiliki rata-rata 5 publikasi ilmiah yang berhasil diterbitkan.
Hingga saat ini tercatat ada 55 publikasi pada jurnal ilmiah nasional dan internasional bereputasi yang telah dibuat Prama. Belum lagi 76 tulisan yang diterbitkan dalam prosiding, book chapter, buletin, serta media massa.
“Saya memang senang riset dan menulis, passionnya di situ jadi ya hepi-hepi aja ngejalaninnya. Lalu, saya berusaha fokus pada bidang ilmu yang saya tekuni, sehingga bisa produktif menghasilkan sesuatu untuk bidang keilmuan tersebut,” katanya.
“Jadi saya melamar jadi dosen di Fakultas Geografi saat ditengah menempuh pendidikan S3,” ujarnya, dikutip dari laman UGM, Rabu (6/9/2023).
Prama memutuskan melamar menjadi dosen karena profesi tersebut sesuai dengan karakteristiknya sebagai pribadi yang suka melakukan eksplorasi. Tak hanya itu, ia juga gemar bercerita dan berbagi pengalaman, serta senang bertemu dengan orang-orang baru.
Baca juga: Riwayat Pendidikan Arsjad Rasjid, Anggota Kehormatan MWA Unpad yang Jadi Ketua TPN Ganjar Pranowo
“Ya, karena saya orangnya suka eksplore, berpikirnya kalau tidak jadi peneliti ya dosen. Namun setelah dipikir-pikir, kalau jadi peneliti pasti ada masa bosannya meneliti terus, sementara kalau dosen kan bisa tridharma, ya meneliti, melaksanakan pendidikan, dan pengabdian masyarakat, jauh lebih berwarna,” paparnya.
Loncat Jabatan
Pria kelahiran Semarang, 6 Juli 1987 ini memiliki jejak karier akademis yang unik. Dia loncat jabatan dari lektor langsung menjadi guru besar tanpa harus menjadi lektor kepala terlebih dulu. Ini karena jumlah angka kredit dosen sebagai profesor telah dipenuhinya.
Dia menuturkan, selain karena loncat jabatan, percepatan raihan jabatan guru besar karena dia produktif melakukan penelitian dan publikasi ilmiah. Setiap tahunnya memiliki rata-rata 5 publikasi ilmiah yang berhasil diterbitkan.
Hingga saat ini tercatat ada 55 publikasi pada jurnal ilmiah nasional dan internasional bereputasi yang telah dibuat Prama. Belum lagi 76 tulisan yang diterbitkan dalam prosiding, book chapter, buletin, serta media massa.
“Saya memang senang riset dan menulis, passionnya di situ jadi ya hepi-hepi aja ngejalaninnya. Lalu, saya berusaha fokus pada bidang ilmu yang saya tekuni, sehingga bisa produktif menghasilkan sesuatu untuk bidang keilmuan tersebut,” katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda