Raih IISMA ke Amerika, Mahasiswi Unair Ini Terpilih Jadi Asisten Riset di UC Davis
Rabu, 20 September 2023 - 16:30 WIB
Dari Amerika dia juga bisa memperluas jejaring relasi karena bertemu dengan para mahasiswa internasional tak hanya dari Amerika namun ujuga dari negara lain seperti Jepang, India, dan negara maju lainnya.
Namun di samping itu, Gia mengikuti perkuliahan dengan suasana yang berbeda di UC Davis. Menurutnya, kampus tujuannya memiliki sistem belajar yang bervariasi.
Gia mengungkapkan, membaca buku referensi cukup ditekankan oleh dosen di UC Davis, karena menjadi rujukan dalam pengerjaan midterm, final exam, dan quiz.
“Sebagian besar adalah lecture session, di mana dosen memberikan materi sesuai dengan kontrak perkuliahan. Bentuk-bentuk sistem belajar yang lain adalah seperti tugas kelompok. Biasanya, dalam satu quarter (6-10 minggu) terdapat ujian-ujian seperti midterm, final exam dan juga quiz yang materinya berasal dari buku referensi,” jelasnya.
Baca juga: Dapat Gelar Summa Cumlaude, Berikut Profil Novita Gemalasari Lulusan S3 Kedokteran UI
Yang berbeda dengan sistem edukasi di Indonesia, lanjut Gia, terdapat sistem office hour atau sesi tambahan selama satu jam yang disediakan dosen. Sesi tambahan itu jika siswa ingin penjelasan lebih lanjut terkait materi secara lebih privat.
Dari seluruh mata kuliah, cognitive neuroscience adalah mata kuliah yang paling berkesan karena sistem pembelajaran yang fleksibel karena mahasiswa tidak diwajibkan mengikuti perkuliahan. Terlebih, Sean Noah selaku dosen pengampu, membagikan donat di akhir kelas sebagai ungkapan terima kasih atas kehadiran mahasiswa.
“Setelah final exam mata kuliah ini, saya menangis terharu di luar kelas karena rasa sedih harus menyelesaikan mata kuliah ini. Saya merasa, mata kuliah cognitive neuroscience dan Bapak Sean Noah telah memberikan dampak yang besar di hidup saya,” tutur Gia.
Menikmati Kuliah dengan Sistem Belajar yang Variatif
Gia memang mengaku mengalami sedikit culture shock dengan porsi makanan yang cukup besar di sana. Selain itu, perbedaan yang dia kagumi adalah kota yang dia diami sangat menghormati para pejalan kaki.Namun di samping itu, Gia mengikuti perkuliahan dengan suasana yang berbeda di UC Davis. Menurutnya, kampus tujuannya memiliki sistem belajar yang bervariasi.
Gia mengungkapkan, membaca buku referensi cukup ditekankan oleh dosen di UC Davis, karena menjadi rujukan dalam pengerjaan midterm, final exam, dan quiz.
“Sebagian besar adalah lecture session, di mana dosen memberikan materi sesuai dengan kontrak perkuliahan. Bentuk-bentuk sistem belajar yang lain adalah seperti tugas kelompok. Biasanya, dalam satu quarter (6-10 minggu) terdapat ujian-ujian seperti midterm, final exam dan juga quiz yang materinya berasal dari buku referensi,” jelasnya.
Baca juga: Dapat Gelar Summa Cumlaude, Berikut Profil Novita Gemalasari Lulusan S3 Kedokteran UI
Yang berbeda dengan sistem edukasi di Indonesia, lanjut Gia, terdapat sistem office hour atau sesi tambahan selama satu jam yang disediakan dosen. Sesi tambahan itu jika siswa ingin penjelasan lebih lanjut terkait materi secara lebih privat.
Dari seluruh mata kuliah, cognitive neuroscience adalah mata kuliah yang paling berkesan karena sistem pembelajaran yang fleksibel karena mahasiswa tidak diwajibkan mengikuti perkuliahan. Terlebih, Sean Noah selaku dosen pengampu, membagikan donat di akhir kelas sebagai ungkapan terima kasih atas kehadiran mahasiswa.
“Setelah final exam mata kuliah ini, saya menangis terharu di luar kelas karena rasa sedih harus menyelesaikan mata kuliah ini. Saya merasa, mata kuliah cognitive neuroscience dan Bapak Sean Noah telah memberikan dampak yang besar di hidup saya,” tutur Gia.
(nnz)
tulis komentar anda